Sudah 24 Tahun Bu Mega Diam, Kasus Kerusuhan 27 Juli 1996 Pun Terdiam Sampai Sekarang, Kenapa Ya?

Hari itu, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) diambil alih lewat pertumpahan darah. Suasana di Jalan Diponegoro, Jakarta berubah mencekam.

Editor: Frans Krowin
kompas.com
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengatakan pemilu 2024 akan terjadi regenerasi pemimpin di Indonesia 

24 Tahun Bu Mega Diam, Kasus Kerusuhan 27 Juli 1996 Pun Terdiam Sampai Sekarang, Kenapa Ya?

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Hari ini, Senin 27 Juli 2020, genap 24 Tahun insiden politik yang namanya kerusuhan 27 Juli atau lebih dikenal dengan Kudatuli, berlalu seiring bergulirnya waktu.

Namun peristiwa heroik itu tetap terkenang hingga sekarang. Pasalnya, dalam insiden itu, tak sedikit orang tewas, yang lainnya hilang dan banyak juga yang luka-luka.

Itulah peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang dikenal dengan Kudatuli, dimana Megawati Soekarnoputri tampil, berjibaku melawan penguasa hanya karena perbedaan politik.

Hari itu, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) diambil paksa lewat pertumpahan darah. Suasana di Jalan Diponegoro, Jakarta pun berubah menjadi sangat mencekam.

Peristiwa Kudatuli bahkan disebut sebagai salah satu peristiwa terkelam dalam sejarah demokrasi, terutama terkait dualisme partai politik di Indonesia.

Sebelum sampai ke kerusuhan, hampir satu dekade lamanya PDI mengalami konflik internal. Bergabungnya Megawati ke PDI pada 1987 meresahkan banyak pihak, terutama Pemerintah Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.

Kala itu, keluarga Soekarno menjadi korban ambisi Soeharto. Upaya de-Soekarnoisasi dilakukan dengan membatasi pergerakan putra-putri Soekarno, terutama dalam politik.

Hanya ada tiga pilihan partai saat itu. Partai Golkar yang menjadi alat Orde Baru melanggengkan kuasa, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merepresentasikan basis massa Islam, dan PDI.

Pilkada 2020, KPU Sumba Timur Sortir Stiker Coklit

Kasat Lantas Polres Sikka : Kami Sudah Tangani

Laka Lantas, Pik Up dari Arah Geliting ke Maumere, Dua Orang Tewas

Sejak Pemilu 1977, PDI selalu memperoleh nomor buncit dengan perolehan suara tak lebih dari 10 persen. Upaya mendongkrak suara dilakukan dengan mendekati Megawati.

Kendati keluarga Soekarno yang semula sepakat tak ikut politik praktis, namun pada 1987 Megawati akhirnya luluh bergabung ke PDI.

Ketua Umum PDI saat itu, Soerjadi, berhasil menjadikan Megawati dan adiknya Guruh Soekarnoputra sebagai vote getter bagi mereka yang merindukan sosok Soekarno.

Jadi Ancaman

Megawati menjadi anggota DPR dan karier politiknya di PDI melejit. Melambungnya suara PDI pada pemilu 1987 dan 1992 mengkhawatirkan penguasa Orde Baru. Begitu pula Soerjadi yang ketokohannya tersaingi Megawati waktu itu.

Meski dijegal, Megawati akhirnya berhasil menjabat Ketua Umum PDI berdasarkan hasil Kongres PDI di Surabaya pada 1993. Dengan dukungan mayoritas kader PDI, ia merebut pucuk kepemimpinan dari Soerjadi.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved