Etika Kembali Gelar Webinar Kedua, Rudi Rohi Minta Dukungan Lima Aktor
Etnis Tionghoa Kupang (ETIKA) kembali melaksanakan WEBINAR kedua bertemakan "NTT Menuju Pooled q-PCR Method Test Cepat Massal Cegah Covid-19".
Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Rosalina Woso
Etika Kembali Gelar Webinar Kedua, Rudi Rohi Minta Dukungan Lima Aktor
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Etnis Tionghoa Kupang (ETIKA) kembali melaksanakan WEBINAR kedua bertemakan "NTT Menuju Pooled q-PCR Method Test Cepat Massal Cegah Covid-19".
WEBINAR yang berlangsung Sabtu (11/7/2020) merupakan kerja sama ETIKA dan Forum Academia NTT dan media Harian Pagi Pos Kupang.
Acara dipandu oleh David Kenenbudi dan Moderator FAN NTT, Rudi Rohi dengan inovator teknologi terapan FAN NTT, Ben Vasco Tarigan.
Rudi Rohi ketika dihubungi POS-KUPANG.COM via telepon, Jumat (10/7/2020), mengatakan ada dua narasumber dalam diskusi virtual lewat aplikasi Zoom tersebut. Dimana satu narasumber akan membahas inovasi teknologi pendukung untuk q-PCR Pooled Test.
Misalnya mobile swab, box swab dan lainnya yang bisa ciptakan sendiri sehingga bisa mempercepat memiliki alat teknologinya, hemat waktu dan hemat Alat Perlindungan Diri (APD).
Sedangkan, dirinya akan lebih pada tata kelola bagaiman proses ini bisa berjalan.
Misalnya komunikasi dengan birokrasi, bagaimana mengurai keterlambatan yang ada di birokrasi, menghadapi atau mensiasati regulasi yang berlapis sehingga memperlambat penanganan Covid-19 termasuk juga meyakinkan publik dan pemerintah bahwa NTT memang sangat membutuhkan laboratorium.
"Untuk itu kita punya tenaga dan orang-orang yang bisa menjalankan lab. Lab itu sangat penting tidak hanya untuk keperluan menangani Covid-19. Tapi Lab ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan jangka pendek dan jangka panjang," tuturnya.
Ia menguraikan untuk kepentingan jangka pendek, bisa melakukan tes massal yang dapat digunakan untuk pemerintah smembuat kebijakan penanganan Covid-19.
"Misalnya kita bisa membuat pemetaan area merah dan hijau. Bila sudah bisa membuat pemetaan dalam waktu cepat, Maka Pemerintah bisa membuat kebijakan area mana yang ditutup dan mana yang bisa berjalan normal. Karena tes massal yang dirancang ini satu hari bisa running 600 hingga 1500 orang. Termasuk sekolah, bisa tes di area sekolah. Sehingga sekolah area mana yang bisa dibuka. Kemudian pasar, rumah sakit, puskesmas-puskesmas, teknologi q-PCR Pooled Test memungkinkan melakukan itu," terangnya.
Kata Rudi, ini berbeda dengan PCR otomatis yang ada di RSU karena hanya bisa dites per individu. Kalau yang tengah dikembangkan ini bisa melakukan tes 600 sampai 1500 orang per hari.
Dalam satu bulan saja, lanjutnya, bisa mengetes 50 ribu orang. Maka kota ini tidak butuh waktu lama untuk membuat pemetaan dan pemerintah mengambil kebijakan.
Untuk jangka menengah, lanjutnya, lab ini bisa bermanfaat untuk tes uji lab untuk demam berdarah, hiv aids atau penyakit epidemik yang lain, termasuk virus atau bakteri yang menyerang binatang dan lingkungan bisa gunakan lab ini.
"Kalau kita bisa punya teknologi ini dan pemetaan, maka pemerintah bisa membuat kebijakan di daerah tersebut. Tidak hanya itu tapi bisa meluas untuk mendukung sektor pariwisata dalam menguji kuliner dan air yang dijajakan kepada wisatawan agar makanan yang dikonsumsi adalah makanan sehat," tuturnya.