Wawancara Ekslusif dengan Rektor Undana Kupang : Undana Tetap Ambil Terobosan untuk Bantu Mahasiswa

Dia merupakan rektor kesembilan setelah universitas negeri pertama di Provinsi NTT berdiri sejak 1 September tahun 1962.

Penulis: Paul Burin | Editor: Rosalina Woso
istimewa
Prof. Fred Benu, Rektor Undana Kupang 

Saya masih menulis pada jurnal internasional. Saat ini juga saya tengah membimbing seorang mahasiswa asal luar negeri, yakni dari Western Australia yang adalah calon doktor. Ia melakukan riset tentang Timor Leste. Bimbingan itu dilakukan atas dasar jalinan kerja sama antaruniversitas.

Apakah ada kesulitan dalam bimbingan. Berkomunikasi, misalnya?

Dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa Inggris. Jangankan bahasa Inggris, bahasa Indonesia saja terkadang kita mengalami kesulitan. Semua bisa dipercakapkan. Saya diuntungkan karena saat kuliah di Australia saya aktif berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Jika tidak, maka saya pasti mengalami banyak kendala karena sistim perkuliahan di Australia sama dengan sistim di Indonesia, yakni diam dan kerjakan tugas. Kalau Pak PR 4 (I Wayan Mudita, red) magisternya di North America.

Di sana, sistim perkuliahan memaksa mahasiswa wajib bicara, wajib presentasi sehingga jebolan Amerika sangat aktif dalam menggunakan bahasa Inggris. Di Amerika, seperti kata Pak I Wayan, jika mahasiswa tak aktif bicara saat kuliah bisa saja tak lulus.

Membimbing mahasiswa asing bergengsi sekali ya Pak Rektor?

Ya, kita diminta sebagai co- supervisor. Jadi bukan pembimbing utama. Saya diberi waktu selama enam pekan untuk menilai hasil riset mahasiswa itu. Penilaian sudah selesai, tinggal saya kirim. Nanti di sana yang menyidangkan untuk menentukan kelulusan. Dalam opini saya di Pos Kupang beberapa hari lalu, saya juga mencantumkan bahwa saat ini saya tengah melakukan supervisi atau bimbingan terhadap seorang mahasiswa asing tingkat doktoral asal Australia.

Sebagai satu di antara alumni Australia terbaik di dunia tahun 2019, apa kriterianya?

Banyak kriterianya. Satu dua di antaranya karena saya tetap menulis di jurnal internasional dan menjadi rektor. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved