WALHI NTT: Penggusuran Tanaman Pandan di Mingar Lembata Tak Sesuai Etika Lingkungan
Kabupaten Lembata merupakan tindakan yang tidak memiliki etika terhadap lingkungan dan histori masyarakat pesisir.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
WALHI NTT: Penggusuran Tanaman Pandan di Mingar Lembata Tak Sesuai Etika Lingkungan
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) NTT akhirnya angkat bicara perihal masalah penggusuran tanaman pandan (pandanus tectorius) di wilayah Pantai Desa Pasir Putih, Kampung Mingar, Kecamatan Nagawutung semata untuk kepentingan wisata voli pantai. Aksi penggusuran tanaman pencegah abrasi ini dilakukan Pemerintah Desa Pasir Putih sejak Jumat, (3/7/2020).
Koordinator Divisi Media dan Komunikasi WALHI NTT Dominikus Karangora menyatakan kawasan penyangga di pesisir Desa Pasir Putih, Kabupaten Lembata merupakan tindakan yang tidak memiliki etika terhadap lingkungan dan histori masyarakat pesisir.
"Sangat tidak masuk akal jika ratusan pohon pandan yang selama ini berfungsi untuk meminimalisir risiko bencana dibabat hanya untuk membangun lapangan voli pantai," tandasnya di Desa Lewoleba, Sabtu (5/7/2020).
Tanaman Pandan, kata Dominikus, memiliki fungsi yang sama dengan bakau (mangrove) yakni meminimalisasi terjadinya abrasi pantai. Selama ini masyarakat Desa pasir Putih merasa sangat terlindungi dengan adanya pohon pandan ketika gelombang laut selatan menerjang.
Dia memaparkan akar pandan di pantai mampu mencengkram pasir hingga tertahan di antara wilayah daratan dan lautan. Selain itu akarnya mampu menahan tanah agar tidak bercampur dengan pasir saat musim hujan.
"Bukankah pemerintah tahu bahwa nilai jual destinasi wisata Pantai Mingar adalah pasir putih. Dampak dari pembabatan ini adalah memudarnya pasir putih akibat tercampur dengan tanah," tambahnya.
Hal ini, lanjutnya, bukan belum pernah terjadi. Pembabatan yang sebelumnya juga telah memudarkan pasir putih di pantai Mingar.
"Apa lagi yang mau dipromosikan kalau nasib pasir putih pantai Mingar terus terancam seperti ini," ujar Dominikus.
Disebutkan, pembabatan tanaman pandan berdampak juga pada aktivitas ekonomi mama-mama yang selama ini berjualan di pantai ini.
Pengembangan pariwisata itu menurutnya tidak hanya bicara dari aspek ekonomi saja tetapi juga bicara soal aspek ekologi atau keberlanjutan lingkungan.
Dia menerangkan kerusakan lingkungan hari ini merupakan bagian dari kebangkrutan di masa yang akan datang.
"Alasan yang paling tidak masuk akal adalah pembabatan ini untuk menata infastruktur di destinasi wisata pantai Mingar, sebab membangun pariwisata dengan objek ekowisata itu membutuhkan keindahan alam yang orisinal," tambahnya menjelaskan.
• Beredar Nama Menteri Hasil Reshuffle: Ahok Menteri BUMN, Erick Thohir Mendag, AHY Menkop dan UKM
• TRIBUNWIKI : Sensasi Berfoto di Pantai Nangakeo Ende, Indah dan Menantang
• Bupati Lembata: Pantai Mingar Akan Ditata Kembali
• Belum Selesai Dikerjakan, Rumah Layak Huni Di Desa Nasi Sudah Diresmikan
"Kejadian ini menambah lagi satu dari deretan fakta bahwa pengembangan pariwisata oleh segerombolan orang yang tidak mengerti hanya akan menumpuk kerusakan lingkungan," pungkasnya.
Bupati Lembata: Pantai Mingar Akan Ditata Kembali