Virus Corona

Ditemukan di Wuhan, Tapi Laporan Pertama Covid-19 Bukan Oleh Otoritas China, Melainkan Lembaga Ini

Kasus infeksi virus corona pertama kali dikabarkan terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir 2019 lalu.

Editor: Agustinus Sape
REUTERS/Naohiko Hatta
Tedros Adhanom, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, berjabat tangan dengan Presiden Tiongkok Xi jinping sebelum pertemuan di Aula Besar Rakyat di Beijing, Cina, 28 Januari 2020. 

Ditemukan di Wuhan, Tapi Laporan Pertama Covid-19 Bukan Dilakukan Otoritas China, Melainkan Lembaga Ini

POS-KUPANG.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) mengatakan laporan kasus infeksi virus pertama kali dilaporkan oleh cabang WHO di China, dan bukan dari pemerintah China itu sendiri.

Kasus infeksi virus corona pertama kali dikabarkan terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir 2019 lalu.

Dilansir media Perancis AFP, Badan Kesehatan PBB itu telah dituduh Amerika Serikat (AS) gagal dalam menginformasikan wabah virus corona dan dianggap terlalu percaya diri terhadap Beijing.

Pada 9 April lalu, WHO mempublikasikan kronologi komunikasi beruntun, sebagian merupakan respons terhadap kritik awal tanggapan wabah yang kini telah merenggut lebih dari 520.000 jiwa di dunia.

Dalam kronologi komunikasi itu, WHO hanya mengatakan bahwa Komisi Kesehatan kota Wuhan di Provinsi Hubei pada 31 Desember 2020 hanya memiliki kasus pneumonia. 

Namun, Badan Kesehatan PBB itu tidak memberi tahu siapa yang menginformasikan berita tersebut.

Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya pada 20 April lalu, mengatakan bahwa laporan pertama datang dari China tanpa memperjelas apakah laporan itu dikirim oleh Otoritas China ataukah dari sumber lain.

Namun kronologi baru yang dipublikasikan pekan ini oleh lembaga yang bermarkas di Jenewa itu menawarkan lebih banyak versi detail terkait runtutan peristiwa-peristiwa tersebut.

Versi itu mengindikasikan bahwa cabang WHO di China pada 31 Desember lalu mencatat laporan 'virus pneumonia' setelah menemukan pengumuman dari media di situs web Komisi Kesehatan Wuhan terkait isu tersebut.

Di hari yang sama, layanan informasi wabah WHO mengambil laporan berita lain yang dikirim oleh jaringan pengawasan wabah internasional ProMed.

Jaringan tersebut berbasis di AS melaporkan tentang kelompok kasus pneumonia serupa dari penyebab yang tidak diketahui di Wuhan.

Setelah itu, WHO menanyakan kepada Otoritas China terkait kasus ini dalam 2 hari yang berbeda yakni pada 1 dan 2 Januari silam. Otoritas China kemudian mengabarkan pada 3 Januari silam.

Direktur Darurat WHO, Michael Ryan mengatakan pada konferensi pers pada Jumat bahwa setiap negara punya waktu 24-48 jam untuk secara resmi memverifikasi suatu peristiwa dan memberikan informasi tambahan tentang sifat atau penyebab peristiwa yang terjadi kepada WHO.

Ryan menambahkan bahwa Otoritas China segera menghubungi WHO setelah badan kesehatan internasional itu meminta China untuk memverifikasi laporan.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan bahwa negaranya sebagai kontributor finansial terbesar WHO memotong pendanaan terhadap badan kesehatan tersebut.

Hal itu dilakukan setelah Trump menuduh WHO terlalu 'dekat' dengan China dan gagal dalam menangani wabah virus corona.

Kembali Meningkat

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) memperingatkan bahwa saat ini wabah virus corona yang menyebabkan munculnya penyakit Covid-19 kembali meningkat cepat dan telah berada di tingkat fase yang baru dan berbahaya.

Lebih dari 150.000 kasus infeksi baru virus corona dilaporkan ke badan kesehatan global itu pada Kamis lalu, menurut NZ Herald.

Angka tertinggi yang terjadi dalam satu hari sejauh ini, menurut Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Konferensi Pers di Jenewa, Jumat (20/6/2020).

"Hampir separuh dari kasus-kasus yang dilaporkan berasal dari Amerika, dengan angka tinggi yang juga dilaporkan dari Asia Selatan dan Timur Tengah," ujar Tedros.

Tedros juga mengatakan bahwa dunia saat ini tengah memasuki fase baru dan berbahaya di mana banyak orang disarankan untuk tetap lebih banyak di rumah.

"Banyak negara sangat bersemangat untuk kembali membuka masyarakat dan ekonomi mereka. Namun virus ini masih menyebar dengan cepat, masih mematikan dan kebanyakan orang masih sangat rentan," ujarnya.

Virus corona di Beijing kemungkinan 'diimpor'

Menurut Dr Michael Ryan dari WHO, virus corona di Beijing saat ini kemungkinan diimpor. Data genom yang diterbitkan oleh China pada Jumat menunjukkan bahwa virus berbagi beberapa kesamaan dengan galur virus yang ada di Eropa.

Namun, bukan berarti menurut Ryan, virus itu diimpor dari Eropa. "Ketika kita berbicara tentang galur virus di Eropa, kita harus berhati-hati," katanya.

"Ada berbagai galur yang beredar, tetapi jujur saja, galur virus telah berpindah di seluruh dunia.

Misalnya jika Anda pergi ke New York, banyak virus yang beredar di New York berasal dari Eropa. Bahkan tempat-tempat seperti Jepang telah mengimpor ulang kasus-kasus infeksi dari Eropa."

Meski begitu, Ryan mengatakan bahwa bukan berarti Eropa adalah asal mula penyakit Covid-19.

"Maksudnya, kemungkinan besar penyakit itu diimpor dari luar Beijing," ujar Ryan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO Sebut Laporan Pertama Covid-19 Bukan dari China", https://www.kompas.com/global/read/2020/07/04/123917070/who-sebut-laporan-pertama-covid-19-bukan-dari-china?page=all#page2.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved