Salam Pos Kupang
Jangan Menular ke Sumba dan Flores
Selain Covid-19, virus flu babi Afrika menjadi trend dan perbincangan di NTT beberapa bulan terakhir ini
POS-KUPANG.COM - Selain Covid-19, virus flu babi Afrika menjadi trend dan perbincangan di NTT beberapa bulan terakhir ini. Bagaimana tidak, ribuan ternak babi di wilayah NTT khususnya di daratan Timor tewas akibat virus flu babi Afrika itu.
Pemerintah pun sepertinya kewalahan dalam mengatasi dan melakukan upaya pencegahan dan penangulan meluasnya virus flu babi Afrika itu. Apalagi penyakit ini belum ada vaksinnya.
Serangan virus mematikan tersebut, mengakibatkan para peternak sangat dirugikan dengan adanya virus flu babi Afrika itu. Padahal, ternak babi yang dipelihara dalam rentang waktu yang panjang akan bisa dijual dengan harga yang pantas.
• Lagi, Kejati NTT Tangkap Tersangka Keempat Kasus Korupsi Kredit Bank NTT di Surabaya
Dan hasil penjualannya bisa digunakan untuk mencukupi biaya hidup dan anak sekolah.
Tetapi mimpi itu akhirnya tak bisa dipenuhi. Karena ternak babi tewas akibat virus flu babi Afrika itu. Dan daging babi tersebut tidak bisa diperjual-belikan.
Bayangkan saja berapa kerugian para peternak babi dimaksud. Tak hanya itu, dampak virus flu babi Afrika juga dialami pada pemilik rumah makan yang mengelola daging babi sebagai menu utamanya.
• Mahasiswi Undana Ini Berharap Biaya SPP Diturunkan
Sudah pasti banyak sekali yang juga gulung tikar karena tak bisa lagi menjual menu daging babi sebab tak ada lagi pembeli.
Masyarakat pun takut untuk mengkonsumsi dan membeli daging babi karena kuatir daging babi itu berasal dari babi mati akibat terkena virus flu babi Afrika.
Giat ekonomi masyarakat pun nyaris lumpuh sebab kebanyakan masyarakat NTT berbisnis daging babi.
Melihat kondisi ini, maka sudah seharusnya Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan mulai lebih berperan aktif untuk melakukan pemeriksaan dan memberi penyuluhan secara rutin kepada para peternak.
Dan peternak babi pun mesti pro aktif untuk membersihkan kandang babinya sehingga selalu bersih dan tidak memberikan tempat bagi menyebarnya virus tersebut.
Pemerintah juga mesti rutin memberikan informasi kepada masyarakat tentang perkembangan penanganan virus flu babi Afrika agar masyarakat tidak resah dan bisa mengetahui pasti perkembangan virus dimaksud.
Masyarakat, peternak membutuhkan informasi yang baik dan benar tentang virus flu babi Afrika sehingga tidak panik dan gaduh.
Pendataan ternak babi milik warga mesti rutin dilakukan instansi terkait dan sosialisasi pun mesti gencar dilakukan. Pengadaan dan pemberian vaksin lain mesti rutin dilakukan terhadap ternak babi.
Sehingga berbagai penyakit pada ternak babi bisa diketahui sejak awal dan penanganannya pun bisa lebih cepat dilakukan.
Mari semua pihak melakukan antisipasi meluasnya virus flu babi Afrika sesuai peran dan tanggungjawabnya masing masing. Gunakan media yang tepat untuk melakukan sosialisasi terkait virus flu babi afrika. Jangan biarkan virus ini mematikan babi-bai yang ada di Flores dan Sumba. Jadikan Timor sebagai pelajaran. (*)