Di Belu-NTT, Miris! Air Bendungan Rotiklot Penuh, Masyarakat Sekitar Menjerit Kesulitan Air Minum
Sungguh miris, pembangunan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, NTT yang salah satu tujuannya adalah pemenuhan air baku bagi mas
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG.COM/TENI JENAHAS
KADES DAN BPD--Kepala Desa Fatuketi, Markus Y. Taus dan Ketua BPD Fatuketi, Kanisius Kabita.
Laporan Reporter POS KUPANG.COM,Teni Jenahas
POS KUPANG.COM| ATAMBUA----Sungguh miris, pembangunan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, NTT yang salah satu tujuannya adalah pemenuhan air baku bagi masyarakat namun masyarakat sekitar justru menjerit kesulitan air minum bersih.
Jaringan perpipaan dan bak penampung yang sudah dikerjakan oleh pihak kontraktor tapi tidak berfungsi dengan baik di sejumlah titik. Air mengalir hanya di tiga dusun.
Hal ini diungkapkan Kepala Desa Fatuketi, Markus Y. Taus kepada Pos Kupang.Com saat ditemui, Kamis (25/6/2020). Dikatakannya, jaringan perpipaan dan bak penampung sudah dibangun oleh kontraktor pelaksana namun air tidak mengalir ke semua titik-titik. Markus tidak menghafal jumlah bak yang dibangun karena sejak awal pekerjaan, kontraktor kurang koordinasi dengan pemerintah desa.
Kata Markus, saat ini air hanya mengalir di tiga dusun yakni, Dusun Rotilot, Nera dan Dusun Obokin sedangkan lima dusun lainnya tidak mendapatkan air. Padahal, tujuan pembangunan Bendungan Rotiklot untuk menjawabi kebutuhan air minum bagi seluruh masyarakat Desa Fatuketi dan sekitarnya serta fasilitas publik.
"Desa Fatuketi kan delapan dusun. Air hanya mengalir di tiga dusun sedangkan lima dusun lainnya tidak dapat. Kita anggap proyek ini belum menjawabi kebutuhan masyarakat", tutur Kades Markus.
Lanjutnya Markus, sesuai sosialisasi awal, pemerintah membangun jaringan air bersih di setiap dusun yang ada di Desa Fatuketi serta fasilitas publik, seperti kantor desa, puskesmas, gereja, sekolah, pos polisi dan Kantor BPP Pertanian. Bahkan setiap 10 kepala keluarga dibangun satu bak penampung. Namun semua itu tidak direalisasikan.
"Waktu sosialisasi awal, 10 KK bangun 1 bak, tapi pelaksaan tidak ada. Terus di Puskesmas tidak ada,
sekolah, kantor desa, pos polisi
BPP Pertanian dan gereja-gereja tidak ada bak", kesal Markus.
Markus mengatakan, yang ia tahu bahwa pekerjaan proyek jaringan air bersih sudah 100 persen sejak Desember 2019 sehingga air dari Bendungan Rotiklot semestinya sudah mengalir dengan lancar ke semua bak dan sudah seharusnya dinikmati oleh seluruh masyarakat Desa Fatuketi. Tetapi faktanya, lima dusun yang ada di Desa Fatuketi belum menikmati air bersih dari Bendungan Rotiklot.
Markus merasa kesal karena niat baik dari Presiden Jokowi untuk membantu masyarakat lewat pembangunan Bendungan Rotiklot malah dibuat masalah baru oleh pihak yang bertangungjawab mengerjakan sarana air bersih.
Markus tidak mengetahui persis kontraktor pelaksana yang mengerjakan sarana air bersih di Desa Fatuketi. Pasalnya, pekerjaan tersebut dibawah kendalai Balai Wilayah Sungai (BWS) NTT II di Kupang dan saat pelaksanaan pekerjaan kurang berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
"Mereka datang kerja tidak koordinasi dengan pemerintah desa. Habis kerja, pulang begitu saja. Tidak pamit juga. Terus tidak ujicoba juga itu air", ungkap Markus.
Menurut Markus, selain pemanfaatan air bersih, juga saluran irigasi dari Bendungan Rotiklot belum bisa dimanfaatkan. Dua pekerjaan ini dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda.