Paul Bero Bahagia Gereja Kembali Buka Ratusan Umat Katolik Cewonikit Ruteng Mulai Misa
Gereja Paroki St Vitalis Cewonikit Ruteng di Keuskupan Ruteng dibuka untuk misa dengan menghadirkan umat
POS-KUPANG.COM | RUTENG - Setelah lebih dari 20 minggu menjalankan perayaan ekaristi atau misa secara online, Gereja Paroki St Vitalis Cewonikit Ruteng di Keuskupan Ruteng dibuka untuk misa dengan menghadirkan umat, Sabtu (13/6) sore kemarin.
Pantauan Pos Kupang di Gereja Paroki St Vitalis Cewonikit Ruteng, tampak ratusan umat paroki mendatang gereja untuk mengikuti misa. Sebelum memasuki gereja, umat wajib menyimpan uang kolekte di tempat yang disediakan di halaman depan gereja dan selanjutnya diarahkan untuk mencuci tangan.
Setelah itu umat menuju pintu masuk gereja untuk diukur suhu tubuh menggunakan thermo gun oleh petugas medis dari Dinas Kesehatan. Jika ditemukan suhu tubuh tidak normal maka tidak disarankan mengikuti misa.
• Misa di Keuskupan Agung Kupang Tanpa Nyanyian
Selanjutnya umat disemperotkan cairan hand sanitizer ketangan umat lalu masuk gereja. Namun setelah mencuci tangan dengan hand sanitizer umat tidak boleh memegang suatu lagi, barang bawaan umat diminta simpan di luar gereja.
Kemudian di dalam gereja terlihat umat duduk berjarak. Sekitar 1 meter ke samping kiri dan kanan serta ke belakang. Untuk mengatur jarak diberi garis silang merah yang menandakan umat tidak boleh duduk.
Pastor Paroki St Vitalis Cewonikit, Rm Servulus Juanda, Pr kepada Pos Kupang mengatakan, memasuki new normal aktifitas misa di Gereja St Vitalis Cewonikit resmi mulai dibuka. Namun tata caranya mengikuti protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19.
• Pemprov NTT Proses Payung Hukum New Normal
"Kita atur sangat ketat sesuai protokol pencegahan covid-19. Prosesnya untuk pencegahan penularan virus corona umat masuk pintu pagar gereja simpan kolekte, lalu wajib cuci tangan dilanjutkan ukur suhu badan dan cuci tangan dengan hand sanitizer di depan pintu gereja, lalu diperbolehkan masuk untuk mengikuti misa, ini diawasi ketat oleh petugas,"jelas Rm Servulus.
Selain itu jelas Rm Servulus, pihaknya mengatur jarak duduk umat sekitar 1 meter minimal baik ke depan, ke belakang dan ke samping.
"Terkait jarak ini kita sudah atur dengan garis silang merah. Di garis silang itu umat dilarang duduk untuk mencegah penularan virus ini," ungkap Rm Servulus.
Dengan diberlakukan jaga jarak ini, tambahnya, sehingga sebelum pandemi covid-19 Gereja Paroki St Vitalis Cewonikit menampung 1.700 orang umat, namun kini hanya bisa diterima 400 orang umat saja setiap misa.
Untuk semua umat di paroki tersebut kebagian mengikuti misa, kata Rm Servulus, pihaknya mengatur tambahan jadwal misa hari Minggu menjadi 4 kali. Untuk Sabtu sore dilakukan 1 kali misa dan hari Minggu dilakukan tiga kali waktu misa.
"Hal ini juga selain untuk semua umat bisa ikut misa dengan jaga jarak, juga untuk mengurangi kerumunan umat. Jadi untuk 1 kali misa hanya diikuti oleh umat dari 2 wilayah dengan jumlah maksimal 10 KBG, sehingga 4 kali waktu misa bisa diikuti semua umat dari 8 wilayah dengan total 41 KBG umat di paroki ini,"jelas Rm Servulus.
Umat Paroki St Vitalis Cewonikit Paul Bero mengaku bahagia karena gereja kembali dibuka. Namun harus tetap mengikuti protokol kesehatan untuk pencegahan covid-19.
"Kita sebagai umat tentu sangat setuju dengan instruksi pemerintah dan gereja baik edaran Kementerian Agama, Gubernur dan Bupati terkait pencegahan virus corona di new normal. Umat harus ikuti semua ketentuan yang ada untuk pencegahan covid-19," ungkap Paul.
Umat Paroki Cewonikit lainya, Yos Epol juga mengaku bahagia dan terharu kini gereja kembali dibuka untuk misa dilakukan di gereja.
"Saya sangat setuju karena menjaga agar terhindar dari virus. Kalau kita tidak terapkan begitu tentu sangat membayakan kita semua," ungkap Yos.
Gereja Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi Labuan Bajo akan melaksanakan misa dengan mengedepankan protokol kesehatan pada Minggu (14/6) hari ini.
"Kami sudah siap untuk besok, segala persiapan telah dilakukan," kata Pastor Paroki Gereja Maria Bunda Maria Segala Bangsa Wae Kesambi, Romo Benediktus Ardi Obot, Pr didampingi Ketua Dewan Paroki Gereja Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi, Agustinus Jik.
Menurut Romo Ardi, pihaknya membagi misa di tiga tempat yakni di gereja induk, seminari di Ketentang dan di rumah ret-ret di Ketentang. Hal ini dilakukan agar lebih memudahkan umat dan menghindari penumpukan umat.
Sementara di Gereja GMIT Imanuel Oehani ibadah bersama umat akan dimulai, Minggu (14/6) hari ini. Namun pelaksaan ibadah berlangsung dengan pelaksaan protokol kesehatan.
Untuk memastikan seluruh jemaat duduk dengan mengatur jarak minimal 1 hingga 2 meter, pihak gereja telah memasang tanda menggunakan lakban pada bangku jemaat. Lakban dipasang dengan jarak 1,5 meter antar jemaat.
"Kita pasang lakban di bangku agar jemaat duduk berjarak 1,5 meter. Seluruh bangku dalam gereja sudah kita pasangi lakban. Jadi jika sebelumnya satu bangku bisa menampung hingga 9 jemaat, saat ini hanya tiga jemaat per bangku," ungkap Pendeta Isak D A. La'a , Pendeta Jemaat GMIT Imanuel Oehani kepada Pos Kupang, Sabtu (13/6) melalui sambungan telepon.
Dengan pemberlakuan jarak posisi duduk tersebut kata Isak, maka kapasitas gereja dalam menampung jemaat menjadi berkurang. Jika sebelumnya kapasitas gereja mencapai 500 jemaat, dengan adanya jarak, jemaat hanya 200.
Oleh karena itu, untuk mencegah jemaat membludak dalam gedung gereja lanjutnya, maka pihak gereja menambah jumlah perayaan ibadah menjadi dua kali seminggu dari awalnya hanya satu kali.
Bupati TTS, Egusem Piether Tahun menegaskan pemerintah telah mengizinkan seluruh rumah ibadah untuk kembali menggelar ibadah bersama umat. Namun menggunakan protokol kesehatan.
Sementara Gembala Jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Anak Dara Kupang, Pendeta Yehezkiel Amseke, SE menjelaskan pihaknya berlakukan 3 kali ibadah di Gereja dan sejauh ini mereka belum memiliki keinginan beribadah bersama di Gereja.
"Tetapi kita menyiapkan tempat duduk dengan jarak kursi 1 sampai 2 meter. Jika memang nanti animo jemaat untuk melaksanakan ibadah di gereja cukup tinggi, kita akan melaksanakan ibadah hingga 3 kali. Tapi untuk Minggu besok (hari ini, Red) kita lihat dulu." ungkapnya.
Belum Gelar Ibadah
Jika gereja lain, baik Katolik maupun Protestan sudah ada yang menggelar ibadah, tetapi masih banyak juga yang belum. Bahkan ada gereja yang baru memulai ibadah pada 1 Juli mendatang.
Sebanyak 11 gereja GMIT di Kota Soe sejauh ini belum akan menggelar ibadat bersama jemaat. Hal ini menyusul adanya imbauan Sinode GMIT dan hasil sidang Klasis Soe.
Belum dibukanya ibadat bersama karena Kota Soe masih dinyatakan zona merah. Jadi khusus Kota Soe ibadat bersama umat belum dilaksanakan. Sedangkan untuk gereja GMIT di luar Kota Soe boleh merayakan ibadah bersama jemaat.
"Berdasarkan hasil sidang Klasis Kota Soe pada tanggal 10 Juni lalu, kita bersepakat memutuskan 11 gereja GMIT dalam Kecamatan Soe belum kita merayakan ibadat bersama karena masih berstatus zona merah sedangkan untuk Jemaat di luar kota Soe sudah diperbolehkan beribadah," ungkap Pendeta Gereja Efata Soe, Yos Manu kepada Pos Kupang.
Jika Kota Soe sudah dinyatakan zona hijau lanjut Pdt Yos, baru akan kembali merayakan ibadah bersama jemaat. Saat ini, pihaknya masih melakukan sosialisasi terkait protokol kesehatan kepada jemaat seandainya nanti gereja Efata sudah merayakan ibadah kembali bersama jemaat.
Hal yang sama juga disampaikan Pendeta di Gereja Petra Soe, Yeni Manao. Menurut Yeni, pihaknya giat melakukan sosialisasi kepada jemaat.
Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS), Pdt. Alfred Dj. Samani, STh, Msi saat rapat bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda ) Sumba Timur di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Jumat (12/6) menegaskan, pihaknya siap menjalankan protokol kesehatan ketika menggelar kebaktian atau ibadah di gereja.
Menurut Pdt.Alfred, Sinode GKS telah mengeluarkan surat ke seluruh gereja di Pulau Sumba bahwa menjelang new normal tanggal 15 Juni, di GKS ada yang beribadah pada tanggal 14 Juni dengan mengikuti semua ketentuan yang berlaku.
"Saya kuatir masyarakat hanya menggunakan kata normal dan kata new tidak.
Bayangkan masker kita bagi tidak ada yang pakai. Anak yang jual sayur di pasar kejar pembeli tidak pakai masker. Karena itu, saya katakan bahwa masa transisi membutuhkan ketegasan. TNI Polri lakukan tilang saja," kata Pdt Alfred.
Ketua Badan Pelaksana Majelis Jemaat (BPMJ) GKS Payeti, Pdt. Yuliana Ata Ambu, S.Th menjelaskan, Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Payeti, Sumba Timur baru akan melaksanakan ibadah atau kebaktian Minggu di gereja pada tanggal 21 Juni 2020.
Untuk menjaga jarak antara umat, tempat duduk di GKS Mata Tambolaka, Sumba Barat Daya (SBD) juga dilakukan penjarakan. Di gereja ini ibadah sudah dilaksanakan sejak Minggu (7/6) dengan tetap mentaati protokol kesehatan. (rob/din/yel/cr5/pet/ii)