Persiapan Jelang New Normal, Simak Tanggapan Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang

Dosen Filsafat Sosial Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang memberikan tanggapan terkait new normal

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Persiapan Jelang New Normal, Simak Tanggapan Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang
ISTIMEWA
Dosen Filsafat Sosial, Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang, Dr Norbertus Jegalus, Kamis (11/06/2020)

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Dosen Filsafat Sosial pada Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang, Dr. Norbert Jegalus memberikan tanggapan seputar persiapan menuju era new normal NTT ( Nusa Tenggara Timur).

Berdasarkan rilis yang dikirim kepada POS-KUPANG.COM, Kamis, 11/06/2020, pertama sekali dirinya memberikan tanggapan tentang sebutan new normal.

"Ada banyak tanggapan dan komentar menyangkut peristilahan ini, seperti dari ilmu bahasa dan ilmu sosial,"ujar Dr. Norbertus.

Tim Gugus Tugas Covid-19 Golewa Lakukan Penyemprotan Cairan Disinfektan di Pasar Malanuza

Menurutnya, penamaan dengan dua kata sifat itu adalah sebutan media. Sedangkan, dari segi kebijakannya sebenarnya disebut The New Normal Era. Key word di sini, bukan normal melainkan baru, karena kita mau keluar dari kondisi wabah Covid 19 ini menuju kondisi normal, namun sifat normalnya tidak persis sama seperti sebelum wabah.

Dikatakan Dr. Norbertus, sifat baru terkait sebutan The New Normal Era tampak dalam beberapa perilaku yang harus dilakukan oleh siapapun dalam beraktivitas: pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Jadi, kita beraktivitas seperti biasa, beraktivitas normal, namun ke normalannya tidak seperti kenormalan sebelum pandemi yakni tanpa ketiga perilaku dasar itu.

Lagi, Pelaku Perjalanan Masuk Lembata Melalui Jalur Tikus

" Kita menjalankan tugas seperti biasa, seperti sediakala, jadi bekerja normal, namun dengan keharusan ketiga perilaku dasar itu. Itulah New Normal. Menurut saya, inilah perilaku baru yang paling pokok yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat sebagai persiapan menuju era normal baru." terangnya

"Kita mulai dari yang sederhana ini, dan menurut saya, ketiga hal itu relatif mudah dilakukan. Tentu baik kebijakan pemerintah tentang 8 (delapan) perilaku/tindakan menuju atau dalam New Normal Era, yakni: Sebelum ke luar rumah pastikan tas sudah berisi: (1) pakai masker dan siapkan cadangannya; (2) hand sanitizer, disinfektan semprot atau sabun cair; (3) Tisu basah dan kering; (4) alat makan dan botol minum; (5) perlengkapan ibadah; (6) totebag; (7) suplemen atau vitamin; (8) memakai helm pribadi jika menggunakan ojek." jelas Dosen yang juga Staf Pengurus Komisi Komsos KWI; penerima beasiswa dua kali dari Konferensi Uskup Jerman untuk menyelesaikan studi S2 dan S3 dalam bidang filsafat politik pada Universitas Munchen, Jerman.

Ia menambahkan, Kebijakan pemerintah ini bagus, semua orang ke luar rumah dengan penuh rasa aman, dengan delapan tindakan .

Namun, paparnya, setiap orang perlu bersikap realistis dan berpikir sederhana, yakni mempastikan terlebih dahulu ketiga perilaku dasar di atas. Mengingat, kondisi sosial ekonomi dan sosial pendidikan masyarakat kita masih relatif rendah.

"Saya setuju dengan kebijakan pemerintah bahwa kita tidak boleh tenggelam dalam kondisi buruk ini: di rumah saja, tidak bekerja, tidak ke kantor, tidak buka usaha, tidak buka transportasi dan lain-lain. Dengan ini, di depan kita sudah menanti bencana berikutnya, bencana kejatuhan ekonomi yang parah."jelas Dr. Norbertus

Jika masyarakat tidak bijaksana menangani dan menanggapi kondisi wabah ini, maka kita akan hidup dari bencana ke bencana. Dari bencana wabah pandemi ke bencana kejatuhan ekonomi dan bahkan kelaparan. Janganlah kita anggap sepele soal kejatuhan ekonomi. Indonesia sudah memiliki pengalaman tahun 1998 lalu yang ekornya masih kita rasakan sampai sekarang.

Akan tetapi, Sambung Dr. Norbertus, sikapnya tersebut tidak berarti ia tidak menghargai hidup, atau mau menyuruh orang untuk menceburkan diri ke dalam mulut Covid 19. Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa protokol kesehatan yang paling sederhana dan mudah yakni ketiga prilaku utama itu harus dimiliki oleh semua orang. Dan akan menjadi lebih baik lagi kalau kedelapan tindakan yang dianjurkan pemerintah itu dilakukan.

"Sebagai warga NTT saya patut bangga karena Gugus Tugas Nasional menyebut NTT sebagai salah satu provinsi dengan tingkat penyebaran Covid 19 rendah. Kita harus mengapresiasi kesuksesan Pemda NTT dalam hal ini. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita di NTT sudah aman. Kita baru aman, menurut saya: pertama, kalau penyebaran Covid 19 ini tidak hanya rendah tetapi sudah sampai pada tingkat nihil; kedua, obat dan vaksin Covid 19 sudah ditemukan dan kita semua telah divaksinasi. Itu baru aman." tegasnya

Namun, sambil menunggu itu, setiap orang bersikap bijaksana dan itulah yang sekarang pemerintah canangkan, yakni persiapan menuju Era Normal Baru. Dan di dalam era normal baru itu masyarakat bisa kembali seperti sediakala menjalankan aktivitas masing-masing namun dengan mengikuti protokol kesehatan.

"Karena itu, kita perlu tetapkan protokol kesehatan baru menurut kondisi riil kita di NTT, dengan memperhatikan: pertama, Covid 19 masih mengancam kita dan karena itu kita tetap menjakankan protokol kesehatan; kedua, kita harus kembali menjalankan aktivitas, terutama di sektor ekonomi dan transportasi agar kita tidak jatuh ke bencana kejatuhan ekonomi dan kelaparan." tutup Dr. Norbertus (Laporan Reporter POS-KUPANG. COM, Oncy Rebon)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved