Hanyut 8 Hari di Tengah Laut, Nelayan Asal Sabu Bertahan Hidup dengan Gula Air
Saat hanyut 8 hari di tengah laut, nelayan asal Sabu Raijua ini bertahan hidup dengan gula air
Saat hanyut 8 hari di tengah laut, nelayan asal Sabu Raijua ini bertahan hidup dengan gula air
POS-KUPANG. COM|KUPANG- Wajah Lelaki berambut uban itu masih menyisakan raut-raut lelah. Kulit keriput membungkus tulang. Sorot matanya gagah dan tajam, menumpuk asa dan puing-puing kisah hidup yang sulit.
Ia duduk terpaku di atas sofa. Sesekali menatap ke luar jendela lalu kembali berdiam diri. Wajahnya sedikit menyembul raut cemas, seakan hari terlalu lama dihitung jemari tangan. Niat bersua keluarga kecil di desa, terkubur larangan pandemi Covid-19.
• Pemerintah Provinsi NTT Tentukan Tarif Rapid Test dan Swab Test
Lelaki itu adalah Timotius Tina Geta (57). Ia adalah seorang nelayan ditemukan para pelaut asal NTB (nusa tenggara barat) setelah 8 hari bergumul di atas hamparan laut, pasca mengalami musibah mesin perahu tidak berfungsi.
"Saya pergi memancing di laut menggunakan perahu. Setelah memperoleh hasil tangkapan 1 ekor ikan, mesin perahu saya mati (tidak berfungsi)." ujarnya kepada POS-KUPANG. COM, Kamis, 04/06/2020, melalui penerjemah atas nama, Mikhael Ludji, Pegawai Kantor Dinas Sosial Provinsi NTT, Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial, seksi Perlindungan Korban Bencana Sosial.
• DPRD Minta Penetapan Biaya Rapid Test Menjangkau Masyarakat
Dikatakan Timotius, ketika mesin perahu rusak, dirinya sempat ditolong sesama teman nelayan yang datang menolongnya dengan menarik perahu miliknya menggunakan seutas tali.
Tali tersebut kemudian putus karena tidak mampu menarik beban perahu yang begitu besar. Melihat situasi semakin tak terkendali karena angin kencang, temannya kemudian memutuskan untuk kembali ke darat mengambil tali dan kembali untuk menolongnya.
Gelombang berkecamuk kian garang. Pusaran arus berderet tak terkendali mengikuti laju arah angin. Tak disangka perahu miliknya hanyut ke laut luas tak tentu arah.
Berperang dengan tinggi gelombang kira-kira 3 meter, Timotius tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya hanya bisa mengeluarkan air dari dalam perahu yang mulai menggenang ke semua sisi.
"Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya bisa duduk dan mengeluarkan air dari dalam perahu. Berdiri juga tidak bisa sama sekali." ungkapnya mengenang tragedi yang akan diingat seumur hidupnya.
Lapar dan haus mendera. Perjuangan melawan derasnya arus dan tinggi gelombang, membuatnya lupa menutup mata untuk sekedar meneduhkan lelah dan frustrasi. Malam tak berbeda dengan siang. Dirinya, bertahan memuaskan dahaga dan lapar selama 8 hari di atas hamparan laut dengan mengonsumsi Gula Sabu dan air minum sisa bekal dari keluarga.
Setelah 8 hari diamuk badai, lanjut Timotius, dirinya kemudian ditemukan para nelayan asal NTB (Nusa Tenggara Barat) dan diarahkan ke dinas sosial NTB.
"Tanggal 2 Juni saya diberangkatkan dari Mataram menuju ke Bali. Kemudian dari bali baru ke Kupang." jelasnya
Ia menjelaskan bahwa, dirinya memiliki 3 orang anak dan saat ini Ia masih aktif bekerja untuk menafkahi keluarga dan membiayai pendidikan 2 orang anaknya yang duduk di bangku SMP.
Pria asal desa Kolorae, Kecamatan Raijua Kabupaten Sabu Raijua ini, kesehariaanya sebagai seorang nelayan. Selain mengais rejeki dari profesi sebagai nelayan, ia juga berusaha bertahan hidup dengan budidaya rumput laut. (Laporan Reporter POS-KUPANG. COM, Oncy Rebon)