Rumput Laut, Sumber Uang Warga Riangduli di Pulau Adonara
PANDEMI wabah virus corona ( Covid-19) telah melumpuhkan semua sektor usaha warga di berbagai belahan wilayah
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM - PANDEMI wabah virus corona ( Covid-19) telah melumpuhkan semua sektor usaha warga di berbagai belahan wilayah. Usaha budidaya rumput laut jadi sumber uang warga Riangduli di Pulau Adonara.
Protokol kesehatan ketat yang mesti dipatuhi ditambah ketakutan bahaya virus mematikan yang belum ditemukan vaksin penawar dan obatnya itu membuat kebanyakan orang tak berani beraktivitas di luar rumah. Dasyat dampaknya membuat kebanyakan kaum papa sulit mendapatkan makan dan minum.
Warga Desa Riangduli bermukim di Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, tak luput dari terpaan wabah itu. Kebanyakan warga tak bisa berpergian mengadu nasib di luar kampung.
• Kakanwil Kemenag NTT Masih Menunggu Keputusan Pemerintah Terkait Pembukaan Rumah Ibadah
Ketika kebanyakan sektor usaha gulung tikar, budiya rumput laut digeluti lima kelompok warga Riangduli menjadi sandaran warga mendapatkan penghasilan. Pada saat kebanyakan petani kesulitan mendapatkan rupiah menyambung hidup, warga Rianduli justru menikmati jerih payahnya.
Desa dipimpin Silvinus Lego Ola, telah memulai budidaya sejak 2004. Benih rumput laut didatangkan dari Baopukang, Kecamatan Nagawutun, Pulau Lembata, wilayah tetangga dibatasi selat sempit. Pesisir Pantai Wiling menjadi lokasi budidaya rumput laut jenis katonik subur berkembang.
• Harla Pancasila di Ende, dari Gunung Meja ke Sarasehan di Markas Kodim 1602
“Lima kelompok beranggotakan 10 orang membudidayakan rumput laut didanai dari dana desa untuk pengembangan rumput laut,” ujar Silvinus, memulai obrolan dengan POS-KUPANG.COM, Selasa (2/6/2020).
Budidaya rumput laut yang semakin bagus dari waktu ke waktu telah mengantar sebagian warga desa itu menjadikanya salah satu potensi primadona yang menjanjikan peningkatan ekonomi masyarakat. Setelah 21 hari dilepas, rumput laut sudah bisa dipanen kemudian dijemur empat hari dan dipasarkan.
Silvinus mengatakan, harga rumput laut tergantung kualitas bervariasi antara Rp 15 ribu-Rp 20 ribu/Kg. Sekali panen, ;petani bisa terkumpul sekitar 5-10 ton kemudian dijual ke Makassar.
“Sekali panen, lima kelompok tani bisa mendapat omset sekitar Rp 16 juta,” ujar Silvinus.
Umar Boro Kian, anggota kelompok tani mengaku beruntung membudidayakan rumput laut. Beberapa kali merantau, Umar mengaku belum pernah memperoleh penghasilan sebesar dari panen rumput laut.
"Saya merantau beberapa kali, tetapi hasilnya tidak seperti yang saya dapat dari usaha rumput laut. Dari usaha rumput laut, saya bisa bangun rumah, anak bisa sekolah, makan dan minum lebih terjamin. Saya tidak punya kebun atau ladang, kebun saya di laut,” ujar Umar Boro.
Umar terus berharap pemerintah daerah memfasilitasi dan memberi akses pasar yang lebih baik kepada petani. Harga yang lebih bagus, kehidupan petani di desa lebih sejahtera. (laporan wartawan wartawan POS-KUPANG.COM, eginius mo’a)