Opini Pos Kupang tanggal 3 Juni 2020

Pancasila: Dari Ende-Nusa Bunga untuk Nusantara

Pancasila adalah ideologi negara Indonesia yang dirancang Presiden RI pertama Soekarno di sebuah taman di Ende-Flores (Nusa Bunga), NTT

Editor: Ferry Jahang
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI
Ruang depan Rumah Pengasingan Bung Karno terdapat beberapa kotak kaca menyimpan barang-berang peninggalan Soekarno dan keluarga. Jl. Perwira, Kabupaten Ende, Senin (1/6/2020). 

Tidak jarang atas nama Pancasila, pemerkosaan atas hak-hak anak bangsa dibiarkan bahkan dibenarkan. Kelompok minoritas (Ahmadiyah) misalnya menjadi korban dari misinterpretasi Pancasila.

Pancasila tidak hanya menindas para kelompok minoritas, tetapi juga membungkam suara-suara kritis terhadap pemerintah.

Kelompok fundamentalis kadang-kadang menggunakan Pancasila sebagai `alat' untuk membenarkan tindakan tidak berperikemanusiaan.

Banyak kasus di mana Pancasila disalahgunakan demi kepentingan politik dan bahkan digunakan sebagai alat untuk memperkosa hak-hak asasi manusia.

HUT Pancasila: Kembali ke Akar

Merayakan hari lahir Pancasila adalah momentum untuk melihat dan mengevaluasi serta kesempatan untuk pulang ke `rumah'-kembali kepada akar Pancasila itu sendiri.

Perayaan hari lahir Pancasila bukan sekedar seremonial sehingga kelihatan `Pancasilais' tetapi perayaan ini harus menjadi momen

di mana setiap anak bangsa menggali dan menemukan kembali akar dari Pancasila sebagai dasar negara.

Pancasila adalah internalisasi nilai-nilai budaya. Dengan demikian, momen merayakan kelahirannya adalah kesempatan untuk melihat kembali nilai-nilai budaya di mana Pancasila itu lahir.

Sebagai sebuah internalisasi budaya, Pancasila bukanlah sebuah dogma atau doktrin yang tidak dapat diperdebatkan lagi.

Pancasila adalah ideologi terbuka (Ari? 2010,59) artinya setiap orang bebas dan terbuka untuk mendiskusikannya bahkan mempertanyakannya.

Mereka yang mendiskusikan dan mempertanyakan Pancasila tidak dapat dicap atau dinamakan heresi yang harus dibinasakan.

Sebaliknya, kelompok ini harus didukung agar Pancasila tidak menjadi pedang bermata dua yang dapat menghunus siapa saja.

Perdebatan dan diskusi tentang Pancasila sangat dibutuhkan agar Pancasila mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Pancasila adalah falsafah hidup dan bukan sebuah dogma. Sebagai falsafah hidup, Pancasila adalah penunjuk jalan bagi semua anak bangsa dalam bernegara.

Sebagai penunjuk jalan, esensi Pancasila harus disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Indonesia dengan konteksnya yang selalu berubah.

Pancasila hendaknya mampu memeluk setiap individu dengan keunikannya. Sebagai falsafah hidup, Pancasila tidak dapat didoktrinasi tetapi harus dihidupi dalam kehidupan.

Akibat negatif dari doktrinasi adalah tindakan represif terhadap mereka yang dituduh tidak `Pancasilais'

Dengan demikian, keberadaan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau disingkat BPIP perlu didiskusikan ulang dan diperdebatkan lagi terutama di saat kita merayakan hari jadinya Pancasila ini.

Pada dasarnya, Pancasila adalah alat pemersatu bangsa. Melihat sejarah lahirnya Pancasila dan proses pengimplementasiannya, Pancasila sudah, sedang dan akan menjadi tolak ukur bagi peradaban bangsa Indonesia.

Perayaan hari lahirnya Pancasila tahun ini, 1 Juni 2020, di mana covid -19 sedang melanda negeri harus dilihat sebagai tantangan

dan sekaligus peluang bagi semua anak bangsa untuk melihat dan merefleksikan kembali nilai-nilai Pancasila. Pancasila adalah rumah kita.

Kita Indonesia, Kita Pancasila. Selamat merayakan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2020. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved