Capres Kombinasi Militer-Sipil Diprediksi Meraih Elektabilitas Tinggi Saat Pilpres 2024, Benarkah?
Setelah Megawati Soekarnoputri jadi Presiden kelima RI, posisinya digantikan Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki latar belakang militer lalu Jokowi
Capres Kombinasi Militer - Sipil Diprediksi Meraih Elektabilitas Tinggi Saat Pilpres 2024, Benarkah?
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Di tengah gegap gempitanya sorotan publik terhadap figur yang tampil pada Pilpres 2024, muncul wacana mengenai pasangan calon yang disebut layak untuk Indonesia ke depan.
Berdasarkan hasil survei, publik cenderung memilih pasangan yang merupakan kombinasi antara militer sipil.
Bila ada duet yang demikian, maka calon presiden yang memiliki latar belakang militer, diprediksi akan mendapatkan elektabilitas tinggi pada Pilpres 2024 nanti.
Apalagi bila calon presiden itu bersanding dengan kandidat yang punya latar belakang sipil sebagai calon wakil presiden.
Survei yang dilakukan Politika Research Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) menunjukkan, pasangan calon militer-sipil menjadi kombinasi yang paling disukai dengan persentase 30,9 persen.
"Ini cukup sederhana, semacam ada kerinduan atau semacam era siklus sepuluh tahunan di republik ini," kata Direktur Eksekutif PPI, Adi Prayitno, saat menyampaikan hasil survei di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta.
• Jakarta di Masa Transisi PSBB,Masjid,Gereja, Kantor, Restoran hingga Mal Mulai Dibuka, Ini Jadwalnya
• Pilpres 2024, Prabowo Tertinggi, Anis Baswedan Meredup, Ahok dan Sandiaga Uno Justeru Naik
• 192 Siswa SMPK St Yoseph Naikoten Lulus 100 Persen Setelah Mengikuti 4 Kali Try Out Online
Kombinasi latar belakang tersebut sejalan dengan preferensi masyarakat dalam memilih kombinasi militer-sipil saat pilpres mendatang.
Adi menjelaskan, setelah Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden kelima RI, posisinya digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki latar belakang militer selama sepuluh tahun.
Kini, setelah militer tak lagi memimpin dan digantikan Presiden Joko Widodo untuk periode kedua hingga 2024 nanti, ada semacam keinginan publik agar Indonesia kembali dipimpin oleh sosok capres yang memiliki latar belakang militer.
"Sepertinya siklus sepuluh tahunan ini jadi perhitungan publik supaya dalam lima tahun berikutnya itu adalah dari kalangan militer," ujar Adi.
Salah satu alasan mengapa kalangan militer cukup dilirik, karena figur dengan latar belakang tersebut, dianggap dapat dipercaya dalam mengabdi pada bangsa dan negara.
"Selain itu, TNI dianggap tidak rada genit ke politik. Itu yang membuat harapan sosok militer jadi harapan," tutur Adi.
Selain kombinasi pasangan militer-sipil, kombinasi capres dan cawapres dengan latar belakang sipil-sipil juga masih disukai masyarakat (27,9 persen).
Disusul dengan sipil-militer (15,2 persen) dan militer-militer (8,5 persen).
Survei ini dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 2.197 orang di 220 desa/kelurahan secara proporsional pada 28 Januari hingga 5 Februari 2020.
Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen dengan margin of error sebesar 2,13 persen
Apakah hasil survei tersebut mengartikan sosok Prabowo Subianto layak menjadi presiden yang pantas didampingi oleh sosok sipil, yakni Puan Maharani?
Atau adakah sosok militer lain yang bisa menjadi kuda hitam dan berkemungkinan ikut meramaikan Pilpres 2024?

Bila benar demikian, apakah figur yang militer itu adalah sosok Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY?
Masih berdasarkan hasil survei, popularitas Prabowo Subianto masih menempati posisi tertinggi, disusul Anis Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Sandiaga Uno.
Dalam tiga riset yang dipublikasikan baru-baru ini, nama Prabowo Subianto menempati posisi teratas dalam setiap survei tersebut.
Survei itu merupakan gabungan dari Politika Research and Consulting (PRC), Parameter Politik Indonesia (PPI); Indo Barometer; serta Media Survei Indonesia (Median).
PRC dan PPI melakukan survei pada 28 Januari hingga 5 Februari 2020 terhadap 2.197 responden di 220 desa/kelurahan secara proporsional dengan margin of error sebesar 2,13 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
• Wagub NTT Serahkan Bantuan untuk Rutan Kelas II Bajawa
• Kades Oenenu Salurkan BLT Dana Desa Kepada Ahli Waris Almarhum Benedikta Kolo
• Warga Malaka Jangan Bangga Zona Hijau, Protokoler Kesehatan Wajib Diterapkan
Adapun survei yang dilakukan Indo Barometer dilangsungkan sekitar 9-15 Januari 2020 terhadap 1.200 responden.
Tingkat margin of error sebesar 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara itu, riset yang dilakukan Median terjadi pada pekan I-II Februari 2020 terhadap 1.200 responden dengan margin of error 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasilnya PRC dan PPI memetakan 30 nama tokoh politik yang berpotensi akan diusung pada saat pemilu mendatang.
Di dalam top of mind calon presiden, nama Presiden Joko Widodo sebenarnya masih muncul dengan perolehan persentase elektabilitas 15,48 persen.
Namun, Jokowi yang sudah dua kali menjabat sebagai presiden tidak dapat dipilih kembali untuk periode ketiga jika merujuk pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
Di posisi kedua, nama Prabowo baru muncul dengan elektabilitas 13,78 persen. Tingkat elektabilitas ini sejalan dengan popularitas Prabowo.
Sebesar 89,7 persen responden tahu dengan sosok Ketua Umum Partai Gerindra itu dan 75,5 persen menyatakan suka.
Sedangkan elektabilitas Anies terpaut jauh dibandingkan elektabilitas Prabowo, yakni 6,6 persen. Demikian pula dalam hal popularitasnya.
Anies bahkan kalah populer dibandingkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Meskipun dalam hal top of mind capres dan cawapres, Ahok harus mengakui popularitas Anies.
Popularitas Anies jika dilihat dari pengenalan publik sebesar 74 persen, sedangkan tingkat ketersukaannya mencapai 78,4 persen atau unggul tipis dibandingkan Prabowo.
Sementara itu, jika nama Jokowi dihilangkan dalam bursa capres, maka elektabilitas Prabowo melesat menjadi 17,3 persen.
Anies sendiri harus puas berada di urutan keempat hanya dengan 7,8 persen.
Elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini masih kalah bila dibandingkan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda, Sandiaga Uno (9,1 persen) dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (8,8 persen).
Sementara itu, Indo Barometer melakukan simulasi terhadap 23 nama dengan langsung meniadakan nama Jokowi.
Prabowo menduduki posisi pertama tingkat elektabilitas dengan hasil 22,5 persen.
Posisi berikutnya diikuti Anies (14,3 persen), Sandiaga (8,1 persen), Ganjar (7,7 persen), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (6,8 persen), Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (5,7 persen), dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (3,3 persen).
Selanjutnya ada nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (2,6 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (2,5 persen), Menko Polhukam Mahfud MD (1,6 persen), dan Ketua DPR Puan Maharani (1 persen).
Sementara itu, jika melihat hasil survei Median, Anies (15,8 persen) menempati posisi kedua terbesar tingkat elektabilitas setelah Prabowo (18,8 persen).
Hal itu turut sejalan dengan tingkat popularitas Prabowo yang mencapai 93,6 persen.
Kendati dari sisi elektabilitas Anies lebih unggul, namun ia dianggap tak lebih populer dibandingkan Sandiaga (83,9 persen) yang menduduki urutan ketiga dalam hal elektabilitas (9,6 persen).
Analisis Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyatakan, Anies akan menjadi saingan terberat Prabowo jika keduanya sama-sama mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2024.
Tidak adanya batasan usia maksimum dalam mencalonkan diri yang diatur di dalam UU 7/2017, membuat Prabowo dapat dengan leluasa mencalonkan diri.
"Tampak jika lawan terberat untuk Prabowo Subianto adalah Anies Baswedan," kata Qodari saat memaparkan hasil survei di Century Park Hotel, Jakarta.
Masih masuknya nama Prabowo sebagai sosok yang memiliki elektabilitas tinggi dinilai tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang militer.

• Taktik Jahat 6 Terdakwa Kasus Jiwasraya Dibongkar Jaksa, Pakai Nama Samaran Untuk Kaburkan Identitas
• Prabowo Bisa Tumbang Hadapi Anies Baswedan Di Pilpres 2024? Seperti Megawati Kalah dari Gus Dur
• Rapat Virtual Online, Anggota Wakil Rakyat Ini Telanjang Dada dan Pakai Celana Dalam, Intip Fotonya!
Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno menuturkan, saat ini ada kecenderungan masyarakat merindukan sosok pemimpin dengan latar belakang militer untuk kembali memimpin Indonesia.
Hal itu pun turut terafirmasi dengan riset yang mereka lakukan terhadap latar belakang atau profesi dan kombinasi pasangan capres dan cawapres.
Dilihat dari latar belakang, capres dan cawapres yang bersal dari kalangan TNI menduduki peringkat ketiga (15,2 persen) setelah profesional (22,6 persen) dan tokoh agama (17,1 persen).
Sementara, kombinasi militer-sipil menduduki urutan pertama tingkat ketersukaan (30,9 persen) untuk kombinasi capres-cawapres, dibandingkan sipil-sipil (27,9 persen), sipil-militer (15,2 persen), maupun militer-militer (8,5 persen).
"Ini cukup sederhana, ada semacam kerinduan atau semacam era siklus sepuluh tahunan di era republik ini," kata Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno saat menyampaikan hasil survei di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Minggu (23/2/2020).
Pasca-Soeharto lengser pada 1998, dalam kurun enam tahun setelahnya Indonesia dipimpin oleh tiga sosok Presiden dengan latar belakang sipil yakni BJ Habibie, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dan Megawati Soekarnoputri.
Setelah itu, posisi Mega digantikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang memiliki latar belakang militer.
SBY pun digantikan oleh sosok yang berlatar belakang sipil setelah memimpin dua periode selama sepuluh tahun, yakni Jokowi.
Kini, setelah Jokowi menduduki posisi yang sama untuk dua periode, menurut Adi, ada semacam kerinduan agar Indonesia kembali dipimpin oleh sosok militer.
"Sepertinya siklus sepuluh tahunan ini jadi perhitungan publik supaya dalam lima tahun berikutnya itu adalah dari kalangan militer," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Median Rico Marbun mengatakan, Prabowo perlu melakukan tiga hal jika ingin elektabilitasnya tetap terjaga hingga 2024 mendatang.
Pertama, Prabowo harus menunjukkan kinerja yang baik sebagai Menteri Pertahanan.
Kedua, Prabowo harus bisa meraih simpati tiga jenis pemilih di masyarakat.
"Ketiganya yakni yang suka (aksi) 212, yang tidak suka 212 dan yang merasa tidak ada hubungannya dengan 212.
Nah, kalau dia bisa menarik perhatian dari tiga kelompok pemilih ini, apalagi pemilihnya Pak Joko Widodo itu belum menjatuhkan pilihannya sampai sekarang, sebagian besar masih tersebar secara merata ke calon-calon lain," jelas Rico.
Alasan lain, kata Rico, karena pemilih Anies tidak memilih berdasarkan kompetensi. "Orang yang memilih Anies karena dianggap religius dan dekat dengan ulama. Tidak ada yang salah juga dengan itu.
Tapi karakter pemilihnya begitu. Alasan lain, karena faktor personalnya Anies Baswedan dianggap tutur katanya lebih bagus," ungkap Rico.
Sehingga, faktor kompetensi ternyata belum terlalu dipertimbangkan oleh pemilih Anies. "Itu juga mungkin yang menyebabkan kenapa elektabilitas Anies nomor dua. Ternyata setelah saya sendiri berhadapan dengan datanya, ternyata nomor satu masih Pak Prabowo, bukan Anies Baswedan," katanya.
Jika ingin elektabilitasnya naik, Anies disarankan untuk bekerja dengan lebih serius di DKI Jakarta.
"Jadi apa yang dia lakukan sekarang ini sudah ada limitnya. Itu dia baru bisa naikkan kalau dia kinerjanya membaik. Seperti misalnya mengatasi banjir barulah dia bisa naik (elektabilitasnya)," tambah Rico.
Hal itu pun diamini oleh Adi, bahwa salah satu yang menyebabkan elektabilitas Anies kalah dibandingkan tokoh lainnya yaitu persoalan banjir.
Menurut dia, sejumlah polemik seperti Formula E dan lem aibon tidak cukup ampuh untuk membuat elektabilitasnya turun.
Namun, lain halnya dengan persoalan banjir yang terjadi sejak awal 2020 hingga saat ini.
"Kalau survei sebelumnya semakin Anies dikritik habis-habisnya, orang semakin simpatik kepada Anies. Tapi sekarang dengan banjir, tanpa di-bully pun Anies turun dengan sendirinya," ujarnya. "Jadi banjir di Jakarta mengalahkan Anies," tutup Adi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Capres dari Militer Diprediksi Mendapat Elektabilitas Tinggi pada Pilpres 2024", https://nasional.kompas.com/read/2020/02/23/22105831/capres- dari-militer-diprediksi-mendapat-elektabilitas-tinggi-pada-pilpres