Rully Akbar Sebut Ahok Jadi Kuda Hitam Pilpres 2024, Persis Jokowi Ketika Pimpin DKI Jakarta

Dalam konteks Pilpres 2024, bekas kompatriot sekaligus penerus Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, yakni Ahok, berpeluang jadi kuda hitam Pilres 2024

Editor: Frans Krowin
kompas.com/antara
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP menunjukkan kartu keanggotaan PDIP seusai berkunjung ke kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Denpasar, Bali, Jumat (8/2/2019). Kunjungan BTP tersebut serangkaian liburannya di Bali. (Nyoman Hendra Wibowo) 

Ia menilai, banyak pihak yang sebenarnya ingin Jokowi lengser sebelum masa jabatan berakhir.

"Karena orang menganggap bahwa jangan lama-lama lah kepresidenan," kata Rocky.

"Jadi psikologi orang sebetulnya menginginkan ada perubahan cepet-cepet kan."

Namun, keinginan orang-orang itu disebutnya terbentur dengan rasa takut dianggap melanggar aturan.

"Tapi orang khawatir 'Jangan-jangan disebut makar, jangan-jangan disebut kriminal'," ucapnya.

"Ya biasa aja orang punya opsi untuk mengganti presiden sebelum jabatannya selesai ya biasa aja kan."

Terkait hal itu, Rocky menduga Jokowi kini tengah berusaha agar tak dilengserkan sebelum masa jabatan habis.

"Setiap orang sekarang juga berpikir seperti itu," bebernya.

"Dan presiden juga berpikir bagaimana supaya dia tidak diganti sebelum masa jabatannya habis."

* Sinyal Persaingan Jokowi dan PDIP

Pada kesempatan itu, sebelumnya Rocky Gerung mengungkap adanya sinyal perpecahan antara PDIP dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyatakan perpecahan itu terjadi karena Jokowi belum bisa memenuhi ambisi PDIP.

Menurutnya, kini PDIP cenderung berusaha menguasai kejaksaan.

Sedangkan Jokowi, telah berhasil sepenuhnya menguasai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Secara gampang misalnya PDIP akan memakai kejaksaan sebagai peralatan politik," kata Rocky.

"Etis tidak etis itu soal lain, tapi faktanya begitu."

Lantas, Rocky mengungkap persaingan kekuasaan antara PDIP dan Jokowi.

"PDIP ingin menguasai kejaksaan, ceritanya panjang kemarin," ujar Rocky.

"Jokowi secara real sudah menguasai KPK."

Menurutnya, kedua lembaga negara itu memiliki tugas yang berbeda.

Sehingga besar kemungkinan kejaksaan dan KPK untuk saling menjatuhkan.

"Jadi dua peralatan hukum ini, kejaksaan dan KPK bisa saling menyandera," tegasnya.

Rocky menilai, Jokowi dan PDIP memiliki ambisi berbeda yang sama-sama belum terpenuhi.

Di periode kedua kepemimpinannya, Jokowi disebut ingin meninggalkan 'warisan' untuk pemerintahan selanjutnya.

"Karena dua tokoh di situ punya ambisi yang belum terpenuhi," ucap Rocky.

"Jokowi tentu punya ambisi politik baru setelah dua periode selesai dia mesti tanamin ambisi baru pada dinastinya atau lainnya."

Sementara itu, PDIP memiliki ambisi yang lain.

Rocky menyatakan, PDIP kini merasa kecewa karena Jokowi belum berhasil mewujudkan ambisi partai.

"PDIP masih dalam suasana kejengkelan bahwa kadernya itu tidak memberi ruang manuver yang banyak pada PDIP," bebernya.

"Dan PDIP bisa kehilangan banyak akses politik dan ekonomi karena dianggap presiden kurang melayani kepentingan PDIP. Ini real politiknya begitu," sambungnya.

Terkait persaingan PDIP dan Jokowi, Rocky menilai tak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat.

Untuk itu, ia menyebut rakyat tinggal menunggu momentum persaingan PDIP dan Jokowi itu meledak.

"Rakyat nonton itu dan rakyat mengerti juga akhirnya," ucap Rocky.

"Jadi rakyat menunggu momentum kapan persaingan itu betul-betul meledak sebagai problem politik."(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahok, Kuda Hitam pada Pilpres 2024 yang Terbentur Aturan Pemilu", https://nasional.kompas.com/read/2019/07/03/07573031/ahok-k uda-hitam-pada-pilpres-2024-yang-terbentur-aturan-pemilu?pag e=all

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved