Rully Akbar Sebut Ahok Jadi Kuda Hitam Pilpres 2024, Persis Jokowi Ketika Pimpin DKI Jakarta

Dalam konteks Pilpres 2024, bekas kompatriot sekaligus penerus Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, yakni Ahok, berpeluang jadi kuda hitam Pilres 2024

Editor: Frans Krowin
kompas.com/antara
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP menunjukkan kartu keanggotaan PDIP seusai berkunjung ke kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Denpasar, Bali, Jumat (8/2/2019). Kunjungan BTP tersebut serangkaian liburannya di Bali. (Nyoman Hendra Wibowo) 

Rully Akbar Sebut Ahok Jadi Kuda Hitam Pilpres 2024, Persis Jokowi Ketika Pimpin Jakarta

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia Denny JA merilis nama-nama tokoh yang dianggap berpotensi maju sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2024.

Daftar itu berisi deretan 14 nama tokoh dan satu sosok misterius. Menurut Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, sosok misterius itu adalah sosok yang saat ini belum terdeteksi peluangnya untuk berlaga pada Pilpres 2024.

"Bisa jadi ada The Next Jokowi yang kita masih belum tahu sebagai faktor kejutan namanya. Bisa jadi nanti ada Mr atau Mrs X yang menjadi capres potensial di 2024," ujar Rully di Kantor LSI Denny JA.

Denny mencontohkan, Joko Widodo atau Jokowi sebagai sosok misterius itu pada Pilpres 2014 silam. Sebab, popularitas eks Wali Kota Solo itu meroket saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta hingga akhirnya menduduki kursi RI-1.

MENGEJUTKAN! Maia Estianty & Hotman Paris Ketahuan Like Unggahan Haters Syahrini, Reaksi Inces?

9 Drama Korea yang Bakal Tayang Bulan Juni 2020, Intip Drakor Apa Saja Lengkap Sinopsis

Ramalan Zodiak Cinta Senin 1 Juni 2020, Cancer Sensitif, Scorpio Terluka, Pisces Canggung

Dalam konteks Pilpres 2024, Rully menyebut, bekas kompatriot sekaligus penerus Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, yakni Basuki Tjahaja Purnama, berpeluang menjadi sosok misterius alias kuda hitam tersebut.

"Bisa jadi Basuki Tjahaja Purnama masuk sebagai sosok misterius, Mr X yang nomor 15 tadi. Dia menjadi sosok yang memberi efek kejut ke depan nanti ketika di 2024 nanti," kata Rully.

Rully menuturkan, nama Ahok saat ini belum masuk bursa karena statusnya yang tidak memegang jabatan pemerintahan ataupun jabatan partai politik tertentu.

Menurut Rully, peluang Ahok akan melebar bilamana ia mendapat amanah mengisi pos-pos penting sehingga dapat menunjukkan kinerjanya dan kembali mencuri perhatian publik.

"Kita belum lihat gebrakan BTP ke depan ya, kita belum tahu apa yang akan dilakukan BTP," ujar Rully.

Rully menambahkan, Ahok juga bisa mengubah citranya sebagai eks narapidana bila menunjukkan prestasi di jabatan baru yang mungkin akan disandangnya.

"Ketika dia misalnya nanti sudah mulai aktif kembali di jabatan-jabatan publik, dari situlah Pak Ahok bisa menunjukkan prestasi ke depan supaya ada efek pemilih untuk memilih Ahok sebagai the next president," kata Rully.

Munculnya Ahok sebagai kuda hitam sepertinya bukan hal yang mengejutkan.

Sebab, Ahok merupakan salah satu tokoh politik paling populer di Indonesia.

Kiprahnya selama memimpin DKI Jakarta pun bisa jadi menjadi modal untuk bertarung di tingkat yang lebih tinggi.

Kendati demikian, peluang Ahok berlaga pada Pilpres 2024 dinilai berat.

Prediksi Pilpres 2024, Prabowo Subianto Kalah Dari Sandiaga Uno, Anis Baswedan dan Ganjar Pranowo

Reino Barack Kirim Pengacara ke Belanda untuk Somasi Laurens, Ahli Tarot Ingatkan ini ke Syahrini

Ahok Makin Romantis, Ucapkan Ini Pada Istrinya Puput Nastiti Dewi: Saya Bersyukur Memiliki Kamu

Statusnya sebagai narapidana kasus penodaan agama merupakan penyebabnya.

Ahok terbentur Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pada Pasal 227 huruf (k), salah satu syarat pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden adalah: "Surat keterangan dari pengadilan negeri yang menyatakan bahwa setiap bakal calon tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih."

Dalam kasus penodaan agama, Ahok divonis 2 tahun penjara setelah dinilai melanggar Pasal 156a KUHP yang berbunyi, "Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa".

Dengan kondisi tersebut, bekas bupati Belitung Timur itu dinilai tak mungkin maju sebagai calon presiden ataupun wakil presiden karena pasal yang dikenakan kepadanya memiliki ancama penjara selama lima tahun.

"Dilihat dari ancamannya, dari UU itu ya ancamannya 5 tahun. Mau vonisnya 2 tahun atau 6 bulan, itu soal lain, bukan itu yang dimaksud," kata pengamat hukum dan tata negara Irman Putra Sidin.

Sejak bebas pada Januari 2019, Ahok memang seolah ingin menyingkir dari dunia politik.

Meski kini tercatat sebagai kader PDI Perjuangan, Ahok tak pernah banyak memberi komentar soal politik. 

* Singgung Sandiaga Uno Capres 2024, Rocky Gerung Nilai Jokowi Tak Rela Anies Baswedan Jadi Presiden 

Pengamat Politik Rocky Gerung menilai Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) sengaja melemparkan wacana Sandiaga sebagai Capres.

Rocky Gerung juga menilai, Jokowi kini tengah berusaha agar tak dilengserkan dari posisinya sebelum masa jabatan berakhir,  tahun 2024.

Salah satu upaya itu, kata Rocky Gerung dengan melemparkann wacana yang menjagokan Sandiaga Uno dalam Pilpres 2024. Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyebut banyak pihak yang sebetulnya ingin Jokowi lengser sebagai presiden.

Namun, menurutnya ada rasa takut jika hal tersebut dianggap makar dan menyalahi aturan.

Hal itu disampaikannya melalui tayangan YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (24/1/2020).

Mulanya, Rocky menyinggung nama Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Ia menilai, Anies Baswedan punya potensi besar menjadi presiden di 2024.

Namun, menurut Rocky, Jokowi tak rela jika Anies Baswedan bakal menjadi presiden setelahnya.

Karena itu, Jokowi justru menjagokan Sandiaga Uno di Pilpres 2024.

"Jadi Pak Jokowi juga menginginkan Anies enggak jadi presiden," ucap Rocky.

"Karena dia cari siapa yang bisa ditunjukkan. Sandi kemarin dipuji-puji."

Pernyataan Jokowi itu diduga merupakan bentuk usaha menjatuhkan nama Anies Baswedan.

"Tapi itu kan dipuji dalam rangka, disodorkan untuk melemahkan nama Anies kan," bebernya.

"Jadi orang dengan mudah baca bahwa Pak Jokowi ingin melecehkan Anies dengan mengajukan nama Sandi."

Namun, Rocky menilai apa yang dilakukan Jokowi itu tak ada artinya.

Bahkan, Sandiaga Uno disebutnya juga tak bakal peduli dengan ucapan Jokowi itu.

"Dan orang tahu bahwa ya itu permainan ecek-ecek lah," ucap Rocky.

"Dan Sandi mungkin mengabaikan 'Ah itu lelucon aja'."

Tak hanya itu, Rocky bahkan menduga Jokowi tengah berusaha mengadu domba Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

"Atau dalam upaya untuk adu domba segala macam, kan itu kelihatannya begitu," tutupnya.

Lantas, Rocky menyinggung soal masa jabatan Jokowi hingga 2024 mendatang.

Ia menilai, banyak pihak yang sebenarnya ingin Jokowi lengser sebelum masa jabatan berakhir.

"Karena orang menganggap bahwa jangan lama-lama lah kepresidenan," kata Rocky.

"Jadi psikologi orang sebetulnya menginginkan ada perubahan cepet-cepet kan."

Namun, keinginan orang-orang itu disebutnya terbentur dengan rasa takut dianggap melanggar aturan.

"Tapi orang khawatir 'Jangan-jangan disebut makar, jangan-jangan disebut kriminal'," ucapnya.

"Ya biasa aja orang punya opsi untuk mengganti presiden sebelum jabatannya selesai ya biasa aja kan."

Terkait hal itu, Rocky menduga Jokowi kini tengah berusaha agar tak dilengserkan sebelum masa jabatan habis.

"Setiap orang sekarang juga berpikir seperti itu," bebernya.

"Dan presiden juga berpikir bagaimana supaya dia tidak diganti sebelum masa jabatannya habis."

* Sinyal Persaingan Jokowi dan PDIP

Pada kesempatan itu, sebelumnya Rocky Gerung mengungkap adanya sinyal perpecahan antara PDIP dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyatakan perpecahan itu terjadi karena Jokowi belum bisa memenuhi ambisi PDIP.

Menurutnya, kini PDIP cenderung berusaha menguasai kejaksaan.

Sedangkan Jokowi, telah berhasil sepenuhnya menguasai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Secara gampang misalnya PDIP akan memakai kejaksaan sebagai peralatan politik," kata Rocky.

"Etis tidak etis itu soal lain, tapi faktanya begitu."

Lantas, Rocky mengungkap persaingan kekuasaan antara PDIP dan Jokowi.

"PDIP ingin menguasai kejaksaan, ceritanya panjang kemarin," ujar Rocky.

"Jokowi secara real sudah menguasai KPK."

Menurutnya, kedua lembaga negara itu memiliki tugas yang berbeda.

Sehingga besar kemungkinan kejaksaan dan KPK untuk saling menjatuhkan.

"Jadi dua peralatan hukum ini, kejaksaan dan KPK bisa saling menyandera," tegasnya.

Rocky menilai, Jokowi dan PDIP memiliki ambisi berbeda yang sama-sama belum terpenuhi.

Di periode kedua kepemimpinannya, Jokowi disebut ingin meninggalkan 'warisan' untuk pemerintahan selanjutnya.

"Karena dua tokoh di situ punya ambisi yang belum terpenuhi," ucap Rocky.

"Jokowi tentu punya ambisi politik baru setelah dua periode selesai dia mesti tanamin ambisi baru pada dinastinya atau lainnya."

Sementara itu, PDIP memiliki ambisi yang lain.

Rocky menyatakan, PDIP kini merasa kecewa karena Jokowi belum berhasil mewujudkan ambisi partai.

"PDIP masih dalam suasana kejengkelan bahwa kadernya itu tidak memberi ruang manuver yang banyak pada PDIP," bebernya.

"Dan PDIP bisa kehilangan banyak akses politik dan ekonomi karena dianggap presiden kurang melayani kepentingan PDIP. Ini real politiknya begitu," sambungnya.

Terkait persaingan PDIP dan Jokowi, Rocky menilai tak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat.

Untuk itu, ia menyebut rakyat tinggal menunggu momentum persaingan PDIP dan Jokowi itu meledak.

"Rakyat nonton itu dan rakyat mengerti juga akhirnya," ucap Rocky.

"Jadi rakyat menunggu momentum kapan persaingan itu betul-betul meledak sebagai problem politik."(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahok, Kuda Hitam pada Pilpres 2024 yang Terbentur Aturan Pemilu", https://nasional.kompas.com/read/2019/07/03/07573031/ahok-k uda-hitam-pada-pilpres-2024-yang-terbentur-aturan-pemilu?pag e=all

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved