Opini

New Normal, Berdamailah Dengan Keadaan

Maksudnya tentu sekarang anda dan saya sudah harus hidup dalam damai dengan kebiasaan baru akibat virus Corona SARS-2.

Editor: Hasyim Ashari
ISTIMEWA
Theodorus Widodo (kiri) menyerahkan akta hibah dan sertifikat tanah kepada Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya di ruang kerja gubernur, Jumat (3/11/2017). 

Kerjaan tetap harus diurus. Mau makan apa kalau tidak kerja. Cuma sekarang usahakan perbanyak kerja di rumah.

Buat pengusaha, perlu sedikit banting setir. Cari usaha usaha produktif yang bisa dibuat di rumah.
Prinsipnya harus kreatif.

Bagi pemilik restauran misalnya. Tetap pakai take away saja.

Atau kalau anda perbolehkan tamu makan di restauran, meja kursi harap diatur berjauhan.

Coba cermati juga menu yang jadi kesukaan pelanggan. Bikin ramuannya.

Jual mentahan yang belum dimasak.

Biarkan ibu ibu yang sekarang harus tinggal di rumah tidak boleh arisan lagi yang memasaknya.

Jangan jual masakan jadi. Pasti sulit laku.

Bagaimana dengan pegawai yang harus ada di kantor?

Pakai masker selalu dan jaga jarak. Jangan sentuh apapun di kantor (susah juga ya!)

Kalau sentuh sesuatu jangan lupa segera cuci tangan pakai sabun dan air mengalir.

Di kantor minta si boss sediakan tempat cuci tangan lengkap sabun, masker, termo scanner dan lain lain alat  kesehatan yang perlu.

Sekarang ini hidup ASN juga harus lebih berhemat.

Tidak seperti dulu lagi. Yang namanya SPPD pasti sudah jarang dan tidak bisa lagi dipakai suka suka. Sekarang anda kontrol diri sendiri.

Demi kesehatan diri dan keluarga, jangan sering bepergian.

New Normal Life ini penting dan perlu.

WHO sudah nyatakan Virus Corona Sars 2 ini masih akan sangat lama.

Sayangnya tidak seperti penyakit yang lain, Covid-19 ini sangat mudah menyebar dan tidak kenal belas kasihan. Hanya dalam hitungan hari anda akan sulit bernapas.

Kalau selamat tapi sakitnya sudah parah,  akan ada jaringan paru yang rusak yang membuat anda akan sering kesulitan bernapas sesudah itu.

Jabat tangan? Sory. Jangan lagi. Tiru saja orang Jepang. Membungkuk dari jauh.

Atau tangkupkan dua telapak tangan dalam posisi tegak di dada. Kalau sama atasan atau yang perlu dihormati jangan lupa sambil sedikit membungkuk.

Ini adat ketimuran supaya anda jangan dibilang tidak tahu adat.

Bagaimana dengan sektor sektor penggerak ekonomi wilayah? Berdamailah dengan covid-19.
Contoh prime mover kita. Pariwisata.

Sektor ini mesti didisain ulang seluruhnya. Sistem dan fasilitasnya.

Siapkan tandon cuci tangan di pintu masuk lengkap sabun dan washtafel. Jaga kebersihan toilet, kalau perlu bersihnya setara hotel bintang.

Wajibkan pengunjung pakai masker. Jaga jarak. Pakai termo-scanner untuk chek suhu tubuh pengunjung.
Fokuskan promosi pada calon wisatawan domestik.

Jangan banyak berharap wisatawan luar. Juga fokus pada orang muda yang lebih imun dibanding orang tua. Gunakan jejaring digital seluas mungkin.

Utamakan keselamatan dan kesehatan pengunjung.

Sektor pariwisata ini perlu kita bantu juga kalau ekonomi mau selamat.

Caranya?. Jangan lagi anggap rumput di halaman tetangga lebih bagus dari bunga di halaman sendiri.

Mau wisata tidak usah jauh jauh pergi ke luar negeri lagi.

Banyak obyek wisata sendiri yang bagus dan layak dikunjungi.

Sektor transportasi atur duduk penumpang berjauhan.

Hotel hotel hindari pembayaran cash, spot spot cuci tangan diperbanyak, kamar kamar disemprot disinfektans sebelum dipakai dan lain lain.

PHRI harap kerjasama dengan IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia).

Terbitkan Sertifikat Sanitasi dan Kebersihan bagi hotel yang memenuhi syarat.

Pokoknya semua sektor harus sudah  mulai bergeliat kembali dengan SOP dan protokol baru.

Pemerintah sebagai regulator jangan lagi lelet. Harus bergerak cepat. 

Segera tetapkan aturan New Normal.

Semua sektor yang nyaris lumpuh ini sesungguhnya sudah siap aktif kembali dengan regulasi baru.

Kalau diijinkan.

New Normal Life adalah exit strategy yang tepat.

Paling tidak untuk sementara waktu. Sampai ditemukan obat dan vaksinnya.

Habitus baru ini perlu diterima sebagai sesuatu yang normal.

Jika tidak, hukum alam yang berlaku. Yang tidak mampu beradaptasi akan kalah, tersingkir dan lenyap.

Mau bagaimana lagi?

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved