Kisah Guru SMA Recis Bajawa Kunjungi Siswa di Daerah Terpencil Ngada

memang belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Pembangunan belum menyentuh masyarakat secara menyeluruh di wilayah ini.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Kisah Guru SMA Recis Bajawa Kunjungi Siswa di Daerah Terpencil Ngada
POS-KUPANG.COM/GORDI DONOFAN
Kepsek dan guru SMA Recis Bajawa saat kunjungi siswa di wilayah terpencil di Riung Kabupaten Ngada, Kamis (7/5/2020).

Pengalaman yang kurang lebih sama juga dialami Maria Surina. Meski di tempatnya ada jaringan telekomunikasi, namun yang jadi masalah adalah akses listrik yang belum tersedia.

"Di daerah kami ini listrik belum masuk. Jadi kadang tidak bisa cas batrei HP karena memang tidak ada listrik. Paling-paling kami tunggu tetangga yang menghidupkan genset sehinga bisa cas. Rasanya kok belum merdeka begitu ya," cerita Maria.

Menurut Maria, daya juang seperti apapun, kalau situasi seperti ini, apa yang bisa dilakukan? Semua jadi lemah. Dia berharap pandemi covid 19 cepat berakhir sehingga bisa ke sekolah lagi seperti sedia kala.

Herdin Prihatin

Ketika menemui para siswa di kampung masing-masing, Kepala SMA Katolik Regina Pacis Hendrianto Emanuel Ndiwa menyatakan ikut prihatin dengan keadaan yang dialami para siswa.

Dengan turun langsung menemui para siswa yang selama ini tidak terpantau, membuat pihaknya jadi paham kondisi yang dialami para siswa.

Kesulitan yang dialami para siswa mendorong manajemen sekolah untuk mengambil solusi yang tepat.

"Saya bersama team kesiswaan turun ketika mendengarkan laporan dari masing masing guru mata pelajaran dan wali kelas, katanya selama proses pembelajaran jarak jauh ada 19 anak yang sulit berkomunikasi. Ada juga yang lambat dalam mengirimkan tugas kepada bapak dan ibu guru,"kata Herdin.

Sebagai kepala sekolah, setelah mendengar laporan itu, dirinya tergerak hati untuk turun menyapa, memberikan motivasi sekaligus ingin mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh para siswa.

"Saya terharu melihat kondisi siswa. Kelalaian mengirim tugas secara online bukan karena malas tetapi sulitnya akses internet. Mereka punya kemauan yang kuat untuk program belajar online tetapi apa daya akses internetnya belum terjangkau," papar Erdin.

Harus Ada Solusi

Dari pengalaman langsung tersebut, kata Herdin, pihaknya menawarkan model kebijakan guna membantu para siswa agar tetap dapat mengikuti pembelajaran selama pandemi covid 19.

Pertama, yang memungkinkan pembelajaran dan UAS online terlaksana karena terjangkau jaringan telekomunikasi.

Kedua, sejumlah siswa yang tidak punya HP dan yang berada di daerah tidak ada sinyal dapat menggunakan model penugasan.

Tugas tersebut dapat dikirim melalui jasa kendaraan umum, atau dikumpulkan pada saat masuk sekolah nanti.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved