Kisah Guru SMA Recis Bajawa Kunjungi Siswa di Daerah Terpencil Ngada

memang belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Pembangunan belum menyentuh masyarakat secara menyeluruh di wilayah ini.

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Kisah Guru SMA Recis Bajawa Kunjungi Siswa di Daerah Terpencil Ngada
POS-KUPANG.COM/GORDI DONOFAN
Kepsek dan guru SMA Recis Bajawa saat kunjungi siswa di wilayah terpencil di Riung Kabupaten Ngada, Kamis (7/5/2020).

Herdin dan empat guru juga berjumpa dengan orang tua salah seorang siswa dari Manggarai Timur di perbatasan.

Perjumpaan para guru dengan para siswa menjadi momen penuh haru, sejak para siswa dirumahkan pertengahan Maret 2020 lalu.

Para siswa tampak terharu dan berkaca-kaca menyambut kedatangan Kepala sekolah dan para gurunya.

Ini sungguh di luar dugaan para siswa. Demikian juga orang tua para siswa yang tampak terharu menyambut kedatangan para guru.

Signal Tidak Ada

Dalam safari ini, guru-guru Regina Pacis berhasil menjumpai 11 siswa. Selain itu juga berjumpa dengan orang tua siswa yang berasal dari Kabupaten Manggarai Timur di perbatasan.

Keluarga Anastasia sedikit berkeluh kesah kepada para guru. Bahwa putrinya punya kerinduan ikut pembelajaran dan UAS online. Namun di wilayah ini sama sekali tidak ada signal dan listrik.

Akses jalan juga sangat buruk. Sehingga sejak pembelajaran online diberlakukan akibat pandemi covid 19, Anastasia, putri mereka tidak bisa mengerjakan tugas secara online.

Keadaan beberapa tempat memang serba sulit. Kesulitan ini mengharuskan guru mencari solusi lain untuk siswa.

Di Bajawa Utara, Alowulan, Wae Saok, Lindi, Damu dan Ruping Mok para guru yang menggunakan kendaraan sepeda motor, menjumpai 10 siswa di rumah mereka masing-masing.

Para guru memang melakukan safari untuk melihat dari dekat kesulitan yang dihadapi para siswa selama belajar dari rumah dengan sistem online hingga menjelang UAS online.

Dari perjumpaan itu, para guru mengetahui kondisi keluarga para siswa secara langsung. Beberapa tempat bertemu siswa ketika mereka kembali dari sawah dan kebun.

Kondisi serba sulit jika harus mengikuti pembelajaran dan UAS online juga dialami siswa lainnya, Emiliana Tanggo. Di daerahnya, hanya tempat-tempat tertentu yang muncul jaringan.

Dirinya pun harus berjalan beberapa jauh untuk mencapai tempat yang ada sinyal sekedar mendapat informasi dari sekolah. Belum lagi kesulitan tidak ada listrik. Sehingga, ada jaringan pun tidak bisa ada solusi kalau batrei HP lemah.

"Keadaan seperti ini memang bikin kami lemah untuk ikut pembelajaran online. Kami bingung dengan keadaan ini. Kapan semua ini akan berakhir," keluh Emiliana.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved