China Ancam Hancurkan Benua Amerika dalam Sekejap, Punya 100 Rudal Antarbenua Siap Tembak
Selain itu, ketegangan Amerika Serikat dan China dalam bidang militer juga terus meningkat sejak negara turai bambu itu meningkatkan kehadiran militer
China Ancam Hancurkan Benua Amerika dalam Sekejap, Punya 100 Rudal Antarbenua Siap Tembak
POS KUPANG.COM -- Perang dagang antara Amerika dan China terus meningkat seiring dengan ekpansi barang-barang produksi China ke pasaran dunia
Selain itu, ketegangan Amerika Serikat dan China dalam bidang militer juga terus meningkat sejak negara turai bambu itu meningkatkan kehadiran militernya di Laut China Selatan
Kedua negara itu juga berseterus mengenai asal muasal virus corona yang dituding Amerika sebagai upaya sengaja Chinas
Perseteruan antara Amerika Serikat dan China tidak hanya soal virus coona (Covid-19).
Ternyata juga ada masalah senjata nuklir.
Dilansir dari hot.grid.id pada Minggu (10/5/2020), bahkan perseteruan antara dua negara soal senjata nuklir sudah memanas sejak pertengahan Februari 2020 lalu.
• Mantan Pacar Megaku Hamil di Hari Penikahan Pria Ini, Suasana Kacau, Mempelai Wanita Pilih Kabur
Ini bermula ketika AS menekan China untuk bergabung dalam perundingan pengendalian senjata nuklir.
Perundingn pengendalian senjata nuklir tersebut diikuti oleh Washington dan Moskow.
Amerika Serikat berusaha mengatasi keengganan Beijing selama ini untuk ikut serta dalam pembicaraan tersebut.
Melansir Antara, seorang pejabat tinggi pemerintahan Donald Trump mengatakan bahwa China sudah lama tidak memasuki perlombaan senjata dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
"China telah sekian lama mengatakan tidak akan memasuki perlombaan senjata dengan AS dan Rusia," kata seorang pejabat tinggi pemerintahan Trump.
"Sekarang adalah waktunya bagi China untuk menaruh kekayaannya di tempat yang tepat, dan membuktikan bahwa negara itu merupakan pemain internasional yang bertanggung jawab."
Perlu Anda tahu, senjata nuklir AS dan Rusia jauh lebih besar daripada China.
Namun, peningkatan militer Beijing di kawasan Asia-Pasifik telah membuat khawatir para sekutu dan pembuat kebijakan AS.