Renungan Harian Katolik : Liberum Arbitium, Kehendak Manusia
Allah juga berkenan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal kepada dunia untuk penyelamatan dari kuasa dosa.
Renungan Harian Katolik : Liberum Arbitium, Kehendak Manusia
Oleh : Diakon Guido Naikefi, Pr
POS-KUPANG.COM--Ketika Allah menciptakan bumi dan segala isinya, Allah memberikan mandat kepada manusia untuk menguasai dan menaklukkannya. Menguasai dan menaklukan dalam arti ini adalah memelihara dan menjaganya demi kesejahteraan manusia selanjutnya.
Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk mengatur dan mengelola bumi dan segala isinya. Allah juga berkenan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal kepada dunia untuk penyelamatan dari kuasa dosa.
Dalam hal ini pun Allah tetap memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih. Mau menerima Sabda yang menjelma dalam diri Yesus ataukah menolak-Nya. Pilihan adalah sebuah kehendak bebas bagi manusia.
Karena kehendak bebas ini, maka manusia bisa bebas dalam segala hal termasuk dengan tawaran Allah itu.
Rahmat dan anugerah yang diberikan kepada manusia juga adalah sebuah tawaran dan undangan bukan sebuah kemutlakan dari Allah yang mesti diterima oleh manusia. Tetapi perlu diingat bahwa tawaran kasih Allah tetap menyapa manusia setiap hari. Karena itu semuanya tergantung dari manusia untuk menerimanya. Tetapi manusia perlu menyadari diri sebagai ciptaan yang bergantung pada Tuhan sebagai pencipta. Maka manusia perlu memiliki kesadaran akan rahmat Tuhan kepadanya.
Allah telah berupaya dengan berbagai cara untuk menyelamatkan manusia semenjak manusia jatuh dalam dosa. Melalui perantaraan para nabi dalam perjanjian lama, Allah menyelamatkan manusia. Titik puncaknya terjadi saat Allah mengutus anak-Nya sendiri untuk menyelamatkan dan menaklukkan kuasa dosa dalam dunia.
Ini adalah satu bentuk kasih Allah yang sungguh luar biasa kepada manusia. Tetapi semuanya hanyalah tawaran, undangan Allah supaya manusia bisa memperoleh keselamatan.
Dalam injil hari ini, tawaran kasih Allah termanifestasi dalam diri Yesus. Yesus mengatakan bahwa “ Jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya bukan Aku yang menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yoh. 12:47).
Di sini jelas terlihat bahwa kehendak bebas tetap menjadi pilihan dalam menerima tawaran kasih Allah. Manusia itu tidak dipaksa secara otomatis untuk menerima kasih Allah.
Manusia tetap diberi kebebasan untuk menerima atau menolak kasih Allah. Hal ini terjadi supaya manusia itu jangan menerima rahmat sebagai sebuah beban karena terpaksa. Tetapi dengan hati terbuka agar segala Sabda Tuhan terinternalisasi di dalam hati dan mengamalkannya dalam hidup nyata.
Kita manusia tetap diundang untuk tawaran Allah ini. Mendengar dan merenungkan kasih Allah yang sungguh luar biasa. Karena Yesus datang untuk menyelamatkan kita, maka kita pun menerima keselamatan itu dan mengamalkan dalam hidup nyata.
Memang Allah memberikan kita kehendak bebas untuk memilih, tetapi alangkah baiknya kita memilih menerima tawaran Allah itu untuk hidup dan keselamatan kita di akhirat. Kita mestinya jangan tergoda dengan berbagai tawaran dunia yang menggiurkan dan menggelapkan hati kita. Kita memang hidup dalam dunia, tetapi kita jangan larut apalagi hanyut dalam permainan dunia.
Segala yang ada dalam dunia hanyalah sarana yang menghantar kita kepada keselamatan. Dunia hanyalah sarana bukan tujuan. Karena itu, taburkanlah kebaikan di dunia sebagai bekal di akhirat. Tanamkanlah kebenaran dan keadilan di dunia maka segalanya akan indah pada waktunya. Momen hidup kita di dunia adalah momen menabur.