Bagi Sembako Masker dan APD di TPA
Aksi Sosial Komunitas Munirah, Polwan Berbaur dengan Pemulung
"Mereka memang terdiri dari suku-suku dari luar NTT, namun semenjak dahulu bersama orangtuanya, sudah tinggal di NTT."
Penulis: Sipri Seko | Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Aksi sosial dilaksanakan komunitas "Munirah" yang beranggotakan anggota polisi wanita (polwan). Kali ini yang disasar adalah para pemulung di tempat pembuangan akhir (TPA) Alak. Aksi ini dipimpin langsung Penanggungjawab Komunitas Polwan Munirah, Ny. Andi Karmila Syaril.
Dikatakannya, kegiatan ini sebagai bentuk keprihatinan Komunitas Polwan yang pertama terhadap pandemi virus corona yang mempunyai dampak sosial seperti kesehatan dan ekonomi masyarakat. "Kondisi ini sangat berpengaruh atas kelangsungan kehidupan kaum tidak mampu karena kegiatan atau aktivitas mereka di batasi dangan beberapa kebijakan pemerintah yang salah satunya adalah stay at home," ujarnya.
Selain itu, dalam rangka memasuki bulan suci ini, Polwan melakukan hal ini sebagai wujud kepedulian terhadap sesama tanpa melihat perbedaan suku, agama, kelompok, derajat maupun golongan. Tolong menolong dalam kehidupan adalah sesuatu hal baik yang diajarkan oleh semua agama.
Dalam aksi sosial ini, Komunitas Munirah membagikan bantuan berupa sembako, masker, hand sanitizer dan wadah untuk tempat cuci tangan kepada kurang lebih 40 KK yang bertempat di TPA Alak. Di TPA Alak, mereka juga memberikan oenyuluhan singkat mengenai informasi serta cara pencegahan virus corona (covid-19).
Dia menjelaskan, dana yang dikumpulkan adalah swadaya dari masing-masing kelompok, yang didukung penuh oleh Kapolda NTT, Irjen Pol Hamidin. Dijelaskannya, Komunitas Munirah diisi anggota Polri baru dan ada beberapa senior sebagai pelopor. Komunitas ini terdiri dari kurang lebih 24 orang yang semuanya bertugas di Polda NTT.
"Mereka memang terdiri dari suku-suku dari luar NTT, namun semenjak dahulu bersama orangtuanya, sudah tinggal di NTT," ujarnya.
Dipilihnya TPA Alak, ujarnya, karena lokasi kumuh ini sebagian besar masyarakatnya adalah kurang mampu. "Kegiatan ini sebagai hal yang perlu direfleksikan bagi masyarakat untuk bersyukur. Bahwa kepentingan kemanusiaan adalah hal yang perlu menjadi perhatian bersama tanpa melihat suku, agama, kelompok, derajat, minoritas atau mayoritas. Yang kami lihat adalah bingkai persaudaraan antara umat beragama, kerukunan dan NTT sebagai pelopor silaturahim antar-agama," tegasnya. **