Begini derita Pilu Pengusa Resto, 12 Hari Jualan Dagangan hanya Laku Rp 90 Ribu, SEDIH, Info
Ibu pertiwi sedang berduka lantaran bencana datang silih berganti dari awal tahun hingga kini. Pada Januari hingga pertengahan Februari, bencana banji
POS KUPANG.COM-- Ibu pertiwi sedang berduka lantaran bencana datang silih berganti dari awal tahun hingga kini.
Pada Januari hingga pertengahan Februari, bencana banjir mengguncang Jakarta dan sekitarnya.
Kemudian, awal Maret pandemi virus corona atau Covid-19 mulai mewabah tak hanya di Jakarta, namun akhirnya juga meluas ke semua provinsi di Indonesia.
Hal tersebut berdampak pada lesunya perekonomian para pengusaha restoran di Bandara Halim Perdanakusuma.
Sepinya aktivitas menyebabkan omzet mereka turun secara signifikan.
• PSSI Dapat Bantuan Rp 7,7 Miliar, FIFA Segera Audit Laporan Penggunaan Dana, Simak Info
Ia mengaku pernah mencoba untuk tetap membuka gerai saat masa pandemi. Selama 12 hari, makanan yang dijualnya hanya laku sebanyak Rp 90.000 saja.
Padahal saat hari normal, ia bisa meraup omzet sebanyak Rp 3 juta-Rp 5 juta per hari.
"Itu kenyataan, saya buka 12 hari hanya laku Rp 90.000. Buat apa saya buka? Jadi sekarang ditutup. Belum lagi kami harus tetap membayar full gaji karyawan yang masuk. Beberapa karyawan saya yang pulang kampung sukarela memang enggak digaji, tapi nanti mereka boleh kembali lagi setelah pandemi," ucapnya.
Ia pun kebingungan membayar uang sewa tenan ditambah 15 persen pendapatan sebagai konsesi bagi hasil.
Meski pun pihak pengelola Angkasa Pura 2 memberikan kompensasi penundaan pembayaran.
"Memang kami diberikan keringanan agar pembayaran tempat sewa sejak Maret, ditunda sampai Juli. Tapi tetap saja sulit karena kami diminta untuk bayar sewa full. Padahal banyak tenan yang tutup, listrik dan airnya diputus. Terus bayar sewa penuh untuk apa?" kata JC.
Ia bersama puluhan pengusaha restoran lainnya kemudian mengajukan surat permohonan keringanan biaya sewa.
Namun, hingga kini belum ada jawaban yang memuaskan meski omzet mereka semakin berkurang.
"Kalau kondisinya normal, kami pasti bayar kok. Tapi kami kesulitan sejak Januari, yang harusnya banyak pengunjung karena tahun baru, jadi sepi karena banjir. Ditambah lagi sekarang ada Covid-19. Mudik pun juga katanya ditiadakan, kondisi kami semakin sulit untuk bayar uang sewa secara penuh," jelasnya.
Terlebih lagi, pihak pengelola tetap mewajibkan untuk membayar uang sewa dan konsesi secara full, apabila tidak sanggup, mereka diminta untuk angkat kaki.