Melihat Kolaborasi Tiga Batu Tungku Lawan Corona di Detusoko

Keberadaan virus corona memaksa semua orang untuk berusaha keras melawan virus tersebut dengan berbagai cara dan kemampuan yang ada

Penulis: Romualdus Pius | Editor: Kanis Jehola
POS- KUPANG.COM/Romualdus Pius
Warga sedang diperiksa kesehatannya oleh petugas Puskesmas Detusoko 

POS-KUPANG.COM | ENDE - Keberadaan virus corona memaksa semua orang untuk berusaha keras melawan virus tersebut dengan berbagai cara dan kemampuan yang ada. Semua bergandengan tangan karena virus corona adalah musuh bersama.

Hal ini seperti yang ditunjukan oleh masyarakat Kampung Detusoko, Desa Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, yang berkoloborasi melawan virus corona yakni melibatkan tiga elemen penting masing-masing pemerintah dan tokoh agama juga tokoh masyarakat.

80 Tukang Ojek di Ngada Dapat Bantuan Selama 3 Bulan

"Ini aksi kecil dari desa suara dari Kampung Kami Detusoko. Jujur belum ada dana khusus terkait Covid-19, kami baru bentuk Team Relawan Covid-19 di desa dua minggu yang lalu, yang di dalamnya ada 3 elemen penting terlibat, Adat, Pemerintah dan Agama,"kata Kepala Desa Detusoko Barat, Nando Watu kepada POS KUPANG.COM, Jumat (24/4) di Detusoko.

Dikatakan berbasis swadaya dan gotong royong menggunakan sumber daya dan potensi yang ada di desa demi memotong rantai penyebaran Covid-19 dan berdasarkan usulan dari masyarakat tingkat akar rumput pihaknya bersepakat untuk melakukan penyemprotan disenfektan di seluruh rumah penduduk.

BRI Kantor Cabang Bajawa Salurkan Bantuan untuk Tukang Ojek

Selain itu dilakukan pembangunan air cuci tangan di tempat umum juga pengusiran secara adat dan menyiapkan ruang isolasi mandiri bagi sanak keluarga yang datang dari zona merah.

"Tidak bisa dipungkiri kehadiran sanak saudara kita dari luar menimbulkan aneka kepanikan, dan konflik sosial, masih rendah pemahaman di tingkat masyarakat dan kebebasan orang yang datang benar-benar dibatasi," kata Nando.
Belum tentu terjamin isolasi mandiri di rumah dengan modal anggota dalam keluarga 6-10 orang bisa isolasi secara mandiri dan sesuai dengan prototipe kesehatan.

"Satu langkah kecil kami dari desa berkolaborasi dengan Paroki (Gereja) yang menyiapkan ruang isolasi mandiri untuk sanak keluarga yang datang dari zona merah," kata Nando.

"Belum ada dana jangan sampai memotong ruang inovasi dan kreasi kita. Gunakan sumber daya yang ada. Kita patungan dan saling memberi dan menyumbangkan dari apa yang kita punya," ujarnya.

Peran tiga batu tungku nyata terjadi yang mana gereja punya gedung asrama putri dan aneka fasilitas di dalamnya dan tempat tidur juga kamar mandi serta WC.

Pemerintah menyiapkan sarana penyemprotan disenfektan dan tempat cuci tangan dan memfasilitasi dengan pihak Puskesmas terkait dengan prosedur dan standar kesehatan.

Sedangkan orang tua menanggung makanan dan perlengkapan tidur. Sementara para tua adat membuat ritual pengusiran penyakit (tolak bala-red).

Para RT dan RW dan keluarga wajib melaporkan tiap anggota keluarga yang datang dari luar sehari sebelum sanak keluarga tiba kepada pihak Desa dan untuk di data, dari mana dia datang, dan melaporkan catatan kesehatan selama perjalanan.

Para pengantar makan khususnya dari keluarga wajib menggunakan masker dan dilarang anak-anak dan orang tua diatas 50 tahun untuk berkunjung.

"Bergandengan tangan mungkin bisa membuat kita saling menguatkan. Petugas Puskesmas tiap hari memeriksa keadaan suhu mereka yang dikarantina, dan memberikan vitamin serta memberikan peneguhan dan hiburan,"kata Nando.

Dan sungguh suatu anugerah pihak desa mendapat sumbangan masker sebanyak 30 buah dari Relawan Covid19 Keuskupan Agung Ende melalui Romo Pastor Paroki, dan juga 30 buah masker, 1 unit Ember dan hand sanitazer dari COOP TLM Indonesia Peduli.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved