Virus Corona
Ilmuwan China Temukan Kemampuan Agresif Mutasi Virus Corona pada Pasien yang Tidak Dilaporkan
Profesor Li Lanjuan dan rekan-rekannya di Zhejiang University menemukan mutasi virus corona pada sekelompok kecil pasien yang sebelumnya tidak dilapor
Kendati demikian, Prof Li mengingatkan mutasi yang lebih lemah bukan berarti risiko infeksi virus corona penyebab Covid-19 ini juga lebih rendah bagi semua orang.
Di Zhejiang, dua pasien berusia sekitar 30 tahun dan 50 tahun yang tertular strain virus corona yang lebih lemah menjadi sakit yang parah.

Meskipun keduanya pada akhirnya dapat bertahan, namun pasien yang lebih tua membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif.
Ukuran sampel dalam penelitian terbaru ini sangat kecil. Studi lain yang melacak mutasi virus biasanya melibatkan ratusan atau bahkan ribuan strain.
Tim Li mendeteksi lebih dari 30 mutasi virus corona dan di antara mereka sebanyak 19 mutasi atau sekitar 60 persen adalah mutasi virus baru.
Mereka menemukan beberapa mutasi ini dapat menyebabkan perubahan fungsional pada spike protein virus, struktur unik di atas selubung virus yang memungkinkan virus corona mengikat sel manusia.
Untuk memverifikasi teorinya, Li dan rekannya menginfeksi sel dengan strain yang membawa mutasi berbeda.
Jenis yang paling agresif dapat menghasilkan viral load hingga 270 kali lebih banyak dibandingkan jenis yang paling lemah. Strain ini juga membunuh sel-sel dengan sangat cepat.

"Itu adalah hasil tak terduga dari sedikitnya selusinan pasien yang menunjukkan perbedaan dari strain virus yang sebagian besar masih diremehkan," jelas Prof Li.
Gen virus corona yang bermutasi berbeda dari strain paling awal yang diisolasi di Wuhan, tempat virus ini pertama kali terdeteksi.
Virus corona berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan. Pada hari Senin, lebih dari 10.000 strain telah diurutkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia, dan menurut China National Centre for Bioinformation strain tersebut mengandung 4.300 mutasi.
Pengembangan vaksin pertimbangkan mutasi virus
Temuan dari studi ini bisa menjelaskan perbedaan dalam mortalitas regional. Sebab, infeksi pandemi dan tingkat kematian bervariasi dari satu negara dengan negara lain.
Masalah ini juga semakin rumit, sebab tingkat kelangsungan hidup tergantung juga pada banyak faktor, seperti usia, kondisi kesehatan yang mendasari atau bahkan golongan darah.
Di rumah sakit, Covid-19 telah diperlakukan sebagai salah satu penyakit dan pasien telah menerima pengobatan yang sama terlepas dari strain yang mereka miliki.