Penutupan TN Kelimutu Berdampak Pada Ekosistem, Simak Penjelasannya
Penutupan kawasan TN Kelimutu yang dilakukan sejak 22/3 untuk mencegah penularan dan perkembangan pandemi virus corona ( Covid-19)
Penulis: Romualdus Pius | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | ENDE - Penutupan kawasan TN Kelimutu yang dilakukan sejak 22/3 untuk mencegah penularan dan perkembangan pandemi virus corona ( Covid-19) memberikan dampak pada ekosistem di TN Kelimutu terutama kebebasan satwanya.
Hal ini terungkap dalam tulisan yang terdapat di laman facebook, Kelimutu.
Kepala Taman Nasional Kelimutu, Agus Sitepu yang dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, Senin (20/4/2020) di Ende membenarkan hal tersebut.
• Di Ende Masih Ada Masyarakat Yang Abaikan Protokol Covid-19
Sebagaimana dituliskan dalam laman facebook Kelimutu menyatakan sesuai hasil pemantauan petugas TN Kelimutu, kondisi yang ada benar-benar memberikan kebebasan kepada satwa terutama ayam hutan untuk bergerak bebas dilingkungan yang biasa banyak dilintasi manusia untuk berwisata.
Petugas melihat beberapa ekor ayam hutan berkeliaran di jalan setapak menuju puncak TN Kelimutu. Hal ini menarik karena sebelumnya ayam hutan sulit dilihat oleh petugas ataupun pengunjung di areal TN Kelimutu. Petugas bahkan mengabadikan satwa ini.
• Pemboman Ikan di Flotim Kabur Tinggalkan Perahu Motor
Selain itu petugas juga menemukan bekas sarang ayam hutan yang telah dierami di jalur trekking menuju danau pada beberapa hari sebelumnya.
Dalam laman facebook Kelimutu juga menjelaskan bahwa ayam hutan di TN Kelimutu adalah jenis ayam hutan hijau (Gallus varius) merupakan satu dari tiga spesies ayam hutan asli Indonesia.
Ayam Hutan Hijau tersebar hanya di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara saja dengan habitatnya pada tanah terbuka atau di pinggiran hutan.
Ayam Hutan Hijau umumnya ditemui di wilayah dengan ketinggian 1.500 sampai dengan 3.000 mdpl.
Ayam hutan hijau memiliki ukuran panjang 60 cm pada ayam jantan dan 42 cm pada ayam betina. berbeda dengan ayam hutan merah, ayam hutan hijau memiliki jengger yang tidak bergerigi. Jenggernya berbentuk membulat pada bagian tepi, berwarna merah dan kebiruan di bagian tengah.
Pada pagi dan sore ayam akan mencari makanan berupa biji-bijian, pucuk rumput dan daun, serta serangga. Ayam hutan hijau hidup berkelompok yang terdiri dari 2 hingga 7 anggota.
Di kawasan TN Kelimutu keberadaan ayam hutan ini umumnya di jalan trekking dan tangga parkiran serta jalur emergency. Hanya karena tingginya aktivitas manusia sehingga mereka biasa bersembunyi di hutan sekitar areal wisata kawasan TN Kelimutu.
Secara umum untuk sementara belum diketahui secara khusus tentang ayam hutan di TN Kelimutu, hal ini bisa menjadi tantangan untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam pengenalan tentang ayam hutan di TN Kelimutu.
Pihaknya masih melakukan monitor kira-kira selain ayam hutan apalagi yang selama ini tidak terlihat dan baru terlihat ketika terjadi penutupan TNK Kelimutu.
"Bukan satwa yang menghilang tapi satwa yang biasa ngumpet (sembunyi-red) sulit untuk dilihat karena menghindari manusia atau wisatawan sekarang terlihat bebas berkeliaran di jalur wisata," kata Agus menambahkan saat dikonfirmasi terkait dengan keberadaan satwa di TN Kelimutu. (Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Romualdus Pius)