Corona di Ende

Di Ende Masih Ada Masyarakat Yang Abaikan Protokol Covid-19

Di Kabupaten Ende masih ada masyarakat yang mengabaikan protokol penanggulangan Covid-19

Penulis: Romualdus Pius | Editor: Kanis Jehola
POS- KUPANG.COM/Romualdus Pius
Tim KAE tanggap Covid-19 membagikan APD kepada masyarakat di perbatasan KAE 

POS-KUPANG.COM | ENDE - Di Kabupaten Ende masih ada masyarakat yang mengabaikan protokol penanggulangan Covid-19 meskipun ada juga yang patuh mengikuti protokol tersebut.

Ketua tim Keuskupan Agung Ende (KAE) tanggap Covid-19, RD Reginald Piperno mengatakan hal itu kepada POS KUPANG.COM, Senin (20/4) di Ende.

Pria yang akrab dipanggil RD Perno mengatakan dalam pantuan pihaknya masih terlihat ada warga masyarakat Kabupaten Ende yang mengabaikan protokol penanggulangan Covid-19 seperti yang terlihat di Kecamatan Detusoko.

Pemboman Ikan di Flotim Kabur Tinggalkan Perahu Motor

RD Perno mengungkapkan bahwa pada saat tim KAE tanggap Covid-19 melintas di daerah itu terhampar sebuah pemandangan sangat miris justru di Pasar Detusoko terlihat ribuan orang tumpah ruah di sekitaran pasar bahkan membuat jalan lintas utara macet total.

"Semua orang tanpa beban kesana kemari tanpa masker, berdesak-desakan, memenuhi ruas jalan,"kata RD Perno.

UPDATE Corona Manggarai: ODP Selesai Dipantau Bertambah Jadi 19

Para pedagang duduk berdesak-desakan sambil menjajakan barang dagangan tanpa pelindung diri. Begitupun di terminal, begitu banyak orang lalu lalang,ujar RD Perno.

Dan sebagian besar adalah para remaja usia SMA. Sementara pasar itu sendiri letaknya tidak jauh dari kantor camat dan kantor polisi yang juga merupakan tim gugus tugas dari Covid-19 itu sendiri.

"Kemanakah mereka semua?. Itu pertanyaan yang saya sempat lontarkan dalam mobil. Saya sempat mengabadi moment ini dan sempat saya sharekan," kata RD Perno.

Hal ini jauh berbeda ketika melintasi Pasar Ropa di Kecamatan Maurole yang juga hari pasarnya sama yakni hari Rabu. Situasi pasar sepi, tetap ada transaksi jual beli tapi sangat terbatas.

"Situasi seperti ini kami alami hampir di semua wilayah utara, mulai dari Welamosa sampai ke Kotabaru," ujarnya.

Tidak ada orang yang duduk berkumpul di pinggir jalan, tidak ada juga keramaian sebagaimana biasa. Masyarakat memang masih beraktifitas tapi tidak banyak orang. Setiap desa yang dilewati ada pos penjagaan.

"Sangat berbeda dengan situasi ketika kami melintasi perjalanan dari Ende menuju Detusoko. Sepanjang jalan kami masih menjumpai orang muda duduk berkumpul di tenda-tenda, orang hilir mudik tidak jelas arahnya. Berbuat seolah-olah tidak terjadi apa-apa sementara perayaan Paskah sendiri akhirnya di rumah saja,"kata RD Perno.

"Pertanyaan mengapa ada perbedaan yang mencolok antara dua wilayah ini, terus menghantui pikiran saya sepanjang perjalanan menuju Kotabaru," kata RD Perno.

Pertanyaan ini akhirnya terjawab ketika tiba di tapal batas utara Ende di Ratebobi, pihak Kecamatan Kotabaru, Rm. Safan ( Pastor rekan paroki Kotabaru), Ria Bewa Kotabaru, menceritakan bahwa sejak virus ini mulai merebak, dan Jokowi mulai mengumumkan bahwa semua bekerja dari rumah, tiga batu tungku yakni, tokoh pemerintah, tokoh adat dan tokoh agama mereka duduk bersama, membangun pemahaman bersama dan menjadikan masalah ini sebagai masalah bersama.

"Mereka sepakat untuk bersama-sama, mencegah agar virus ini tidak masuk ke kampung halaman mereka. Dan hal ini di lakukan hampir di semua kecamatan wilayah utara kabupaten Ende,"kata RD Perno.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved