Smart Women
Merlin Tiran: Peneliti Muda NTT
Merlin Tiran: Peneliti Muda NTT. Hal ini yang kemudian mendasari keinginan Merlin menjadi peneliti.
Penulis: PosKupang | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ela Uzu Rasi
POS-KUPANG.COM|KUPANG- Gadis kelahiran Amarasi, 24 Maret 1992 ini sudah sejak dulu mempunyai keinginan mengetahui segala sesuatu langsung dari sumbernya.
Hal ini yang kemudian mendasari keinginan Merlin menjadi peneliti.
Keinginan untuk belajar dan mencari tahu segala sesuatu dari sumbernya, bukan dari cerita orang atau dari buku-buku.
• Petani Milenial asal Kupang Tembus Pasar Modern
"Beta lebih suka meneliti, melihat-lihat sebenarnya apa sih yang ada di lapangan? Seperti yang selama ini kita pelajari tentang kasus tahun '1965' yang kita baca tentang 7 jenderal seperti apa, ternyata fakta di lapangan itu beda," ungkap Merlin.
"Cerita akar rumput selalu berbeda dengan apa yang ditampilkan.
Sebenarnya ada apa, bisa jadi buku-buku ditulis dari sisi penguasa tanpa mendengar dari sisi akar rumput.

Ini juga yang melatarbelakangi keinginan saya untuk meneliti," tukasnya lagi.
Dengan latar belakang pendidikan Teologi dan keinginan untuk lebih mengenal lapangan, membuat Merlin mulai terlibat dengan penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) pada tahun 2016, perempuan korban kekerasan khususnya tahun 1965 yang adalah pelanggaran HAM berat pada masa itu.
• Media Asing Soroti Perubahan Tradisi Ramadan di Indonesia karena Covid-19, Ini Kebiasaan yang hilang
Ia memulainya dengan menelilti dan berbicara secara langsung dengan para korban pelanggaran HAM di Baun dan Kupang.
Dilanjutkan sampai tahun 2017.
Setelah itu, Merlin mulai meneliti dan fokus ke agama-agama dan nilai toleransi.
Dua tahun lalu, Merlin pindah ke Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sekretaris Dialog Antar Iman di Indonesia ini akhirnya memutuskan resign dan sebelum kembali ke Kupang, dan ia direkrut menjadi peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), program studi Agama dan Lintas Budaya.