virus corona
Mengerikan, Kematian karena Corona di Ekuador 5.000 Orang semalam, Kondisi Berubah Jadi Kota Mayat
Ekuador menjadi negara dengan tambahan angka kematian tertinggi akibat corona. Dalam semalan, angka kematian di negara itu capai 5.000 orang
Angka kematian di Ekuador ini tentu mencengangkan. Bagaimana bisa kematian begitu tinggi dalam semalam.
Presiden Ekuador Lenín Moreno pun mengaku pemerintahannya gagal mengatasi krisis kesehatan akibat virus corona di negara itu.
Ketika angka resmi mengenai korban wabah dicek silang dan dicermati, fakta yang mencul setidaknya 6.700 orang meninggal dunia di dua minggu pertama April 2020.
• PENYESALAN Ibu yang Tularkan Virus Corona ke 17 Anaknya, Orang Tanpa Gejala Terungkap Setelah Ini
Data ini menjadikan Guayas area paling terdampak bukan hanya di negara tersebut tapi di seluruh Amerika Latin.
Guayaquil, Kota Mayat
"Kami sudah melihat orang meninggal di mobil, di ambulans, di rumahnya, di jalanan," kata Katty Mejía, seorang pekerja di rumah duka di Guayaquil, ibu kota negara bagian dan kota terbesar di Ekuador.
"Salah satu alasan mereka tidak dirawat di rumah sakit karena alasan kekurangan tempat tidur. Jika mereka ke klinik swasta, mereka harus membayar dan tidak semua orang punya uang," katanya.
• VIDEO - Rocky Gerung Sindir Ganjar Pranowo Terkait Sikap Pemerintah Melawan Wabah Covid-19
Dalam masa pandemi di kota dengan populasi 2,5 juta penduduk itu, rumah duka kewalahan, sebagian harus tutup sementara karena pekerjanya ketakutan terjangkit virus.
Kerabat yang putus asa membiarkan mayat tergeletak di depan rumah, sementara sebagian lain membiarkannya di tempat tidur hingga berhari-hari.
Kota Guayaquil juga mulai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat, memaksa sebagian orang untuk membawa jenazah kerabat ke kota tetangga untuk dimakamkan di sana.
Kebutuhan untuk menguburkan jenazah sangat tinggi hingga sebagian warga menggunakan kotak karton sebagai peti mayat.
Narapidana juga membuat peti mati dari kayu.
Negara Gagal
President Ekuador Lenín Moreno mengakui negara telah gagal mengatasi krisis kesehatan.