Guru "Kampung" Buat Grup WA

KETUA Asosiasi Guru Penulis ( Agupena) Flotim, Maksimus Masan Kian menginisiasi terbentuknya sebuah grup WhatsApp (WA)

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Maksimus Masan Kia 

POS-KUPANG.COM - KETUA Asosiasi Guru Penulis ( Agupena) Flotim, Maksimus Masan Kian menginisiasi terbentuknya sebuah grup WhatsApp (WA) "Suara Guru Kampung" saat sekolah-sekolah diliburkan untuk mencegah penularan virus corona ( Covid-19).

Grup tersebut menghimpun guru-guru kampung se-NTT mulai dari polosok Flores, Timor, Lembata, Sumba dan Alor. Para guru "kampung" ini berdiskusi tentang pembelajaran. Beragam pengalaman para guru dibagikan dan didiskusikan bersama.

Setelah Diberi Peringatan Pemprov NTT Ambilalih Pantai Pede

Maksimus kepada Pos Kupang, Jumat (17/4) menjelaskan, pembelajaran di rumah mulai dilakukan semenjak semua sekolah diliburkan. Semua guru nyaris mengeluhkan kondisi serupa, seperti ketiadaan listrik, orangtua dan atau anak tidak memiliki Hp android, ketiadaan jaringan internet hingga ketiadaan pulsa data.
Maksimus membagikan pengalaman Debby Makalbani, guru SMP Negeri Langfatei di Desa Kuneman, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor.

Kodim 1618 TTU dan Relawan Covid-19 Biinmafo Bagi Masker Gratis kepada Warga

Debby menempuh empat jam perjalanan menggunakan sepeda motor dari Kota Kalabahi menuju sekolahnya. Sementara anak-anak di SMP Negeri Langfatei berasal dari berbagai kampung jaraknya berjauhan. Setiap hari mereka menempuh perjalanan selama dua jam dengan jalan kaki ke sekolah.

"Saya kebingungan memikirkan cara mendampingi anak untuk belajar dari rumah. Untuk belajar online saya angkat tangan. Bagaimana mau terapkan, listrik tidak ada, android tidak punya. Jangankan siswa, orangtua saja tidak milik," kisah Debby.

Debby hanya memberikan tugas dikerjakan para siswa di rumah. Justru di masa libur sekolah karena Covid-19, anak memilih membantu orangtuanya di kebun untuk panen, kebetulan saat ini sedang musim panen.

"Informasi seputar virus corona informasinya masih melalui mulutgram. Kebijakan Mendiknas belajar melalui TVRI, maaf di wilayah ini belum bisa," kata Debby.
Lain lagi pengalaman Erny M Petan, SPd, guru SD Inpres Lili, Kecamatan Fatule'u Kabupaten Kupang.

Ia mengatakan belajar dari rumah merupakan sesuatu yang asing bagi dirinya dan anak-anak.

"Bagaimana proses belajar secara online itu bisa berlangsung, jika kondisi riil orangtua tidak memiliki android, apalagi siswa," keluh Erny.

Ia lalu men-download materi pada aplikasi Rumah Belajar Kemendikbud, namun memori androidnya tidak mampu menampung file-file tersebut. Dengan modal Buku K13, ia menugaskan siswa bekerja berdasarkan materi dan rumusan pertanyaan yang ada di dalam buku tersebut.

"Petunjuk saya siapkan dan bagikan kepada siswa-siswi didampingi orangtua. Jumlah siswa di kelas IVa 22 orang. Hanya 10 orangtua yang memiliki android, delapan orang tertib mengerjakan tugas dan mengirim balik ke saya. Meski tidak tepat jadwal. Sedangkan 12 anak tidak bisa terhubung karena ketiadaan fasilitas digital," kata Erny.

Maksimus berharap pihak terkait di daerah menerjemahkan secara konkrit kebijakan tingkat pusat, melakukan koordinasi terbatas dan ada upaya ekstra untuk mendampingi anak belajar oleh orangtua di rumah melalui petunjuk guru.

"Pemerintah desa bisa menjadi satu elemen penting untuk diajak bekerja sama menghidupkan iklim belajar yang baik di masyarakat di tengah Covid-19," ujar Maksimus. (ius)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved