Cerita Belajar dari Rumah di Kampung di Flores Timur, Keluhan Data Hingga Sulit Jaringan Internet
Belajar dari rumah menggunakan fasilitas telekomunikasi ( Internet) dan televisi bagi peserta didik selama masa wabah virus corona ( Covid-19)
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | LARANTUKA - Belajar dari rumah menggunakan fasilitas telekomunikasi ( Internet) dan televisi bagi peserta didik selama masa wabah virus corona ( Covid-19) belum memberi hasil maksimal.
Metode pembelajaran yang tidak disiapkan baik untuk guru, siswa atau orang tua dan lingkungan membuat program ini tidak efektif sejak mulai diberlakukan bulan Maret 2020 ketika sekolah diliburkan.
Maksimus Masan Kian, guru mata pelajaran IPA SMPN 1 Lewoleba, 15 Km dari arah Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur mengakui program ini tidak berjalan efektif.
• Belum Dapat Laporan PHK Nakertrans Ende Bakal Pantau Langsung ke Perusahaan
"Saya tidak tahu persis semua perkembangan pembelajaran dari rekan rekan guru yang lain,. Tetapi, saya alami jujur bahwa proses belajar dari rumah tidak efektif. Metode pembelajaran dari rumah sebelumnya tidak disiapkan baik untuk guru, siswa atau orang tua dan lingkungan," kata Maksimus kepada POS-KUPANG.COM, Kamis (16/4/2020) siang.
Di SMPN 1 Lewolema,kisah Maksimus, saat himbauan libur dilakukan, penugasan disepakati bersama melalui rapat dewan guru. Semua guru menyiapkan soal sesuai perkembangan materi terakhir pada pembelajaran normal, diberikan kepada siswa pada hari terakhir penutupan sekoalah.
• Kodim 1618 TTU Panen Raya Jagung di Desa Oenak TTU
Tugas yang diberikan disertakan dengan surat informasi dan permohonan kerja sama orang tua wali murid mengetahui komite sekolah.
Tahap pengumpulan bervariasi. Ada yang melalui grup messenger, grup WhatsApp, bahkan juga disepakati saat masuk kembali ke sekolah semula 21 Maret 2020. Namun sejak ada pembatasan pembelajaran di rumah, tugas secara langsung belum dikumpulkan.
Maksimus mencontohkan dirinya mengasuh mata pelajaran IPA Kelas 7 dengan 50-an peserta diri.Namun hanya 18 anak yang orang tuannya memiliki android. Mereka bisa bergabung dalam proses belajar dilakukan.
"Itupun tidak efektif karena kendala jaringan, pulsa data dan kendala teknis lainnya. Saya mau katakan bahwa proses pembelajaran tidak berjalan efektif," tegas Maksimus.
Ia mengatakan,tawaran aplikasi dari Kemendikbud untuk belajar online juga tidak bisa terlaksana karena anak tidak siap memanfaatkan teknologi dan minimnya fasilitas elektronik. (laporan wartawan POS-KUPANG.COM,eginius mo'a)