Virus Corona
Tega! Walikota Ini Malah Dibunuh Setelah Terapkan Lock Down Demi Selamatkan Warga dari Virus Corona
Tega! Walikota Ini Malah Dibunuh Setelah Terapkan Lock Down Demi Selamatkan Warga dari Virus Corona
POS-KUPANG.COM - Seorang Walikota dibunuh karena terapkan Lockdwon oleh geng kriminal.
Berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins, Meksiko melaporkan 2.785 kasus infeksi Covid-19, dengan 141 meninggal dan 633 sembuh.
"Negeri Sombrero" kemudian menyatakan keadaan krisis kesehatan, di mana mereka meminta warga lansia di atas 60 tahun untuk tinggal di rumah.
• Heboh! Faisal Harris Tak Makan Masakan Sarita Abdul Mukti Takut Disantet Jennifer Dunn Balas Dendam?
• Bupati dan Wabup Tinjau Lokasi Karantina Pasien OPD di RSUD Manggarai Timur, Begini Kondisinya
• Obat Covid-19 Terus Dikembangkan, China Mulai Meneliti Kemanjuran dan Keamanan Obat Carrimycin
Namun nahas bagi wali kota satu ini, saat dia menerapkan lockdown untuk cegah Covid-19, hal itu justru menyebabkan nyawanya melayang.
Wali kota di Meksiko ditembak mati geng kriminal setelah menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Obed Duron Gomez, Wali Kota Mahahual, dibunuh ketika tengah berkunjung ke Xcalak, yang berlokasi di selatan Negara Bagian Quintana Roo.
Media lokal memberitakan, si wali kota menumpang minibus putih bersama penumpang lain ketika ada kendaraan lain memepetnya.
Dilaporkan Daily Mirror, Rabu (8/4/2020), Gomez ditembaki, di mana dia dilarikan ke rumah sakit dan sempat dirawat sebelum dinyatakan tewas.
Si pelaku melarikan diri, dan polisi menemukan 20 selongsong peluru di lokasi kejadian bersama kendaraan yang mereka pakai untuk menyerang.
Media setempat melaporkan, sebelum ditembak mati, Gomez sempat menerima ancaman dari geng kriminal yang biasanya mengambil narkoba dari Mahahual.
Sebabnya, Gomez memutuskan menerapkan lockdown dengan menutup jalanan kota guna mencegah penyebaran Covid-19, penyakit yang diakibatkan virus corona.
Kantor Jaksa Penuntut Umum Quintana Roo menyatakan, mereka segera menginvestigasi kejadian ini dengan motif penembakan belum diketahui.
Berbagai teori berseliweran, termasuk motif bahwa pembunuhan itu merupakan balas dendam setelah lima penjahat ditangkap pekan lalu.
Warga di Xcalak disebutkan hidup dengan memantau paket berisi kokain yang dijatuhkan dari pesawat pengedar narkoba di Pantai Karibia.
Pengedar asal Kolombia biasanya menggunakan pesawat untuk menjatuhkan barang haram tersebut di laut sebelum diambil menggunakan kapal.
Sering kali, kapal yang digunakan untuk mengambil tidak cukup cepat, sehingga kokain itu tersapu ke pantai, diambil warga lokal dan dijual.
Baca juga berita lainnya:
China merupakan negara pertama dan sumber virus corona yang kini sudah menyebar di lebih dari 200 negara di dunia
Setelah berjuang habis-habisan, China akhirnya bebas dari virus corona setelah tidak ditemukan lagi kasus baru dan pasien yang tersisah sudah dinyatakan sembuh
Pemerintah China pun secara bertahap mulai mencabut status lockdown agar kehidupan kembali normal
Namun kini China kembali melakukan lockdown di sejumlah tempat setelah ditemukan kasus baru
Negara dengan penduduk terbesar di dunia itupun kini bersiap menghadapi serangan kedua Covid-19 yang diduga dalam skala yang lebih besar lagi
• Heboh! Faisal Harris Tak Makan Masakan Sarita Abdul Mukti Takut Disantet Jennifer Dunn Balas Dendam?
• Bupati dan Wabup Tinjau Lokasi Karantina Pasien OPD di RSUD Manggarai Timur, Begini Kondisinya
• Obat Covid-19 Terus Dikembangkan, China Mulai Meneliti Kemanjuran dan Keamanan Obat Carrimycin
• Dukung Gerakan Solidaritas Peduli Covid 19, BBPP Kupang Salurkan Paket Sembako
• Sebanyak 20 ODP di Kabupaten Kupang Selesai Masa Pengawasan
• Tak Gentar Rocky Gerung Bongkar Siapa Luhut Panjaitan Sebenarnya, Sebut Said Didu Hingga Sri Mulyani
Seperti yang telah diwartakan sebelumnya, negara asal muasal munculnya Covid-19 itu sudah tidak ditemukan transmisi lokal.
Mengutip dari Daily Star, pengumuman tersebut disampaikan oleh pemerintah China pada 19 Maret 2020.
Dalam pengumumannya, Kota Wuhan dan daerah di sekitar Hubei sudah tidak ditemukan warga yang terinfeksi virus corona.
Video para petugas medis yang melepaskan maskernya tanda perjuangan mereka menghadapi Covid-19 telah usai pun menjadi viral di media sosial.
Aktivitas warga pun perlahan kembali berangsur normal.
Hal ini tentunya memberikan harapan bagi negara lain yang tengah berada di fase terburuk menghadapi pandemi global ini.
Namun, belum genap sebulan China menghirup udara segar, kabar tak menyenangkan kembali datang.
Sebuah kota di Provinsi Henan kembali ditutup setelah ditemukan beberapa kasus Covid-19.
Melansir dari The Sun, penduduk dilarang bepergian tanpa seizin pihak berwajib, kata pejabat setempat melalui media sosial.
Warga yang hendak keluar rumah harus izin terlebih dahulu.
Pemerintah provinsi tersebut melaporkan satu kasus positif pada Sabtu.
Menurut keterangan pejabat setempat, orang yang terinfeksi telah melakukan kontak dengan dua dokter yang bekerja di Jia.
Kedua dokter itu dinyatakan postif virus corona walaupun tidak menunjukkan gejala.
Kasus ini terjadi ketika Yunnan, provinsi yang berbatasan langsung dengan Myanmar, Laos dan Vietnam melarang warganya meninggalkan pelabuhan.
• Heboh! Faisal Harris Tak Makan Masakan Sarita Abdul Mukti Takut Disantet Jennifer Dunn Balas Dendam?
• Bupati dan Wabup Tinjau Lokasi Karantina Pasien OPD di RSUD Manggarai Timur, Begini Kondisinya
• Obat Covid-19 Terus Dikembangkan, China Mulai Meneliti Kemanjuran dan Keamanan Obat Carrimycin
• Dukung Gerakan Solidaritas Peduli Covid 19, BBPP Kupang Salurkan Paket Sembako
• Dukung Gerakan Solidaritas Peduli Covid 19, BBPP Kupang Salurkan Paket Sembako
Pihak berwajib berusaha mencegah warganya kembali dengan penyakit tersebut.
Sementara itu, Shanghai yang merupakan kota terbesar di China telah menutup tempat-tempat wisata.
Beberapa waktu lalu, kota tersebut telah membuka kembali tempat-tempat hiburan termasuk bar.
Tetapi hanya berlangsung singkat karena kini terpaksa ditutup kembali.
Para ilmuwan mengatakan, orang yang terinfeksi tapi tak menunjukkan gejala Covid-19 sangat mudah menyebarkan virus ke orang lain.
Sebab mereka sendiri mungkin tak menyadari bahwa dalam dirinya terdapat virus.
Sementara banyak negara yang tidak mengetes warganya kecuali mereka mengalami gejala.
China telah melaporkan jumlah total kasus dan kematian yang terjadi di negaranya pada 19 Maret 2020 lalu.
Namun, laporan intelegen AS menyimpulkan bahwa China tak melaporkan data yang sesungguhnya.
Negara lain, termasuk Korea Selatan, memasukkan pasien yang tidak mengalami gejala ke dalam daftar kasus yang terkonfrmasi.
Sebuah studi terbaru mengatakan, kasus virus corona yang paling menular adalah saat seseorang memiliki gejala ringan.
Para ilmuwan menemukan bahwa puncak seorang pasien positif corona untuk menularkan ke orang lain adalah pada minggu pertama.
Temuan baru adanya pasien positif corona di China tersebut dikhawatirkan sebagai gelombang kedua.
Karena gejala yang ditimbulkan minim, dikhawatirkan jumlah orang yang terinfeksi akan lebih besar dari gelombang pertama.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul https://www.kompas.com/global/read/2020/04/09/075936370/terapkan-lockdown-untuk-cegah-covid-19-wali-kota-meksiko-ditembak-mati