Mengapa di Indonesia Jumlah Pasien Corona Meninggal Lebih Banyak dari yang Sembuh,Penjelasan Pakar?
Mengapa di Indonesia Jumlah Pasien Corona Meninggal Lebih Banyak dari yang Sembuh,Penjelasan Pakar?
Yakni tracing, test, dan juga treat.
Baca Juga: Kakaknya jadi Populer dan Hidup Serba Enak, Adik Kandung Iri dengan Kehidupan Betrand Peto, Sang Ibu Akui Ada Kecemburuan
"Ini matematika simple aja ya, kalau yang meninggal itu dibagi dengan jumlah pasien memang sekarang seolah-olah itu tinggi," terang dr. Erlina.
"Tapi itu lebih karena memang kita tidak mendeteksi banyak orang jadi diagnosisnya tidak masif."
"Padahal WHO selalu mengatakan tiga T, tracing, test, treat," tambahnya.
dr. Erlina menambahkan, tracing dapat dilakukan dengan melacak riwayat perjalanan dari pasien tersebut.
Baca Juga: Bolak-Balik Digosipkan Hamil, Syahrini Diterawang Paranormal Kondang Ini Bakal Alami Guncangan, Mbak You: Masalah dari Keluarga Besar
Pihak terkait harus mengetahui selama 14 hari terakhir, pasien pergi ke mana saja dan berinteraksi dengan siapa.
Setelah melakukan pelacakan, pasti akan menemukan orang-orang yang pernah berkontak langsung.
Kemudian harus menggali informasi dari orang-orang itu perihal keluhan yang merujuk pada gejala corona.
dr. Erlina mengatakan, seharusnya semua orang yang melakukan kontak harus tetap melalui tes.

"Kalau tracing, orang dilacak interaksi pasien ini 14 hari terakhir ke mana saja dengan siapa saja itu dilacak dan ditemukan," jelas dr. Erlina.
"Setelah dilacak ditanyakan apakah ada keluhan."
"Semestinya idealnya mereka semua ini dites," imbuhnya.
Namun kala itu, prosedur tersebut tidak dilakukan oleh pihak terkait.