Cerpen
Cerpen Sersi Lani Nitbani & Leon Hali Leon: Pohon Kasuari di Napjam dan Lelaki Kurus
Pada suatu masa di sebelah batu Napjam tumbuhlah pohon kasuari yang amat kecil.Setiap hari pohon itu hanya menangis.
POS-KUPANG.COM|KUPANG - Pada suatu masa di sebelah batu Napjam tumbuhlah pohon kasuari yang amat kecil.
Setiap hari pohon itu hanya menangis sebab sulit mendapatkan makanan. Cukup lama ia hidup dalam kesedihan dan badannya kian kurus.
Suatu hari datanglah seorang lelaki yang sama kurus juga tinggi ke hutan di sekitar batu besar Napjam.
• Rencana Penutupan Perbatasan NTT-Timor Leste, Ini Pendapat Konsulat Indonesia di Oekusi
Lelaki itu bergegas dan mengendap-endap seolah tidak ingin kehadiranya dilihat orang lain. Namun dalam diam pohon kasuari kerdil melihat kedatangannya.
Lelaki itu naik ke atas sebongkah batu seukuran meja dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
Ia menggenggam benda itu dengan erat, mendekatkan tangannya ke mulutnya dan nampaklah ia membisikan sesuatu. Sembari mulutnya komat-kamit ia menaruh isi tangannya ke celah batu.
Segera ia pulang, berjalan cepat-cepat dengan kepala menunduk. Berharap tak ada manusia lain yang melihatnya.
Besoknya pohon kasuari yang kesepian itu dikejutkan dengan munculnya kawanan rusa besar dan kecil dari balik semak belukar lalu berputar-putar di sekeliling bongkahan batu.
• Update Virus Corona - Pasien Kasus 01, 02 dan 03 Sudah Sembuh, Ini Permintaan Mereka Usai Diisolasi
Ia heran dan bingung sebab ia tak pernah melihat rusa sebelumnya di tempat ini. Beberapa ekor rusa besar bahkan berlari kencang dan menabrak tubuh mungil kasuari. Ia berteriak kesakitan. Namun tak ada yang mau peduli.
Singkat cerita, di Napjam, rusa-rusa beranak dan bertambah banyak. Jika ia tidak sibuk di kantor Swapraja tempatnya bekerja, setiap hari lelaki kurus tinggi itu akan datang mengunjungi mereka. Berbicara dengan mereka seolah-olah mereka manusia. Peristiwa itu selalu diamati pohon kasuari.
Pohon kesepian yang akarnya telah bertemu dengan sumber makanan dan minuman terbaik sehingga tubuhnya mulai membesar. Tubuhnya mulai meninggi dan memungkinkan ia bisa melihat apa yang terjadi dengan kawanan rusa di hutan Napjam.
Suatu ketika penduduk di sekitar Napjam bertambah banyak. Hutan-hutan dibuka menjadi kebun. Rumah bagi segala jenis hewan perlahan berkurang. Manusia bahkan memburu segala jenis burung, babi dan rusa yang sebelumnya sudah hidup tentram di hutan.
• Tamu Kita: Marciana Dominika Jone: Bekerja Dengan Gembira
Menyedihkan sekali melihat satu per satu pohon ditebang, hewan ditembak atau dijerat dengan tali. Sore itu pohon kasuari melihat pemimpin rusa bertemu dengan lelaki kurus tinggi dan menyatakan protes juga kesedihan mendalamnya akibat kehilangan isteri yang sedang mengandung. Manusai menjerat isterinya dan membawanya pergi.
Lelaki kurus tinggi itu terdiam lama. Wajahnya tegang, memendam amarah. Segera ia ambil sebuah keputusan penting.
"Saat ini juga aku meminta maaf kepada kalian. Aku gagal menjalankan tugas dan tanggungjawabku merawat dan menjaga kalian. Justru saudara-saudarakulah yang telah jahat kepada kalian. Mungkin sudah saatnya aku membiarkan kalian pergi saja dari tempat ini. Carilah kebebasan yang baru. Carilah rumah baru yang aman dan damai."
• Leet Sky Tawarkan All You Can Eat Hanya Rp55 Ribu
Lelaki kurus tinggi itu jatuh tersungkur ke tanah. Dengan tangan gemetar, ia meraih sebongkah tanah dari bekas jejak kaki pemimpin rusa. "Pergilah. Maafkan aku."
Bisiknya sambil mencium sebongkah tanah di tangan kanannya. Seketika ia bangkit berdiri, melempar tanah dari genggamannya ke seluruh penjuru mata angin. Lalu pulang ke rumah dengan mata bengkak diliput kesedihan. Besoknya orang-orang yang masuk ke hutan Napjam dan hendak mencari rusa tidak menemukan apa-apa di sana. Segalanya menjadi sepi dan gersang.
• Antisipasi Corona, untuk Sementara Pemda Ngada Larang Wisatawan Datang ke Ngada
Pohon kasuari melihat semua kejadian ini dan menyimpannya di dalam hati. Kelak ketika tubuhnya telah menua, ia ceritakan kisah ini kepada seorang anak perempuan yang sehari-hari pergi mengambil air di sebuah sumur di dekat pohon kasuari. Kepada anak itu pohon kasuari berpesan, "kalau bisa kisah ini kamu tulis. Meski semua tinggal kenangan."
Manusia memang selalu begitu. Baru menyesal ketika segalanya telah hilang dan tak mungkin kembali seperti semula. (*)