Opini Pos Kupang

Virus Corona dan Publik yang Paranoid

Mari membaca dan simak Opini Pos Kupang berjudul virus corona dan publik yang paranoid

Editor: Kanis Jehola
Dok
Logo Pos Kupang 

Mari membaca dan simak Opini Pos Kupang berjudul virus corona dan publik yang paranoid

Oleh: Eras San, Mahasiswa STFK Ledalero

POS-KUPANG.COM - Hari Senin 2 Maret, Presiden akhirnya mengumumkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang positif virus corona atau Covid-19 (sebutan resmi dari World Health Organisation atau WHO).

Hal ini diumumkan setelah dua warga Depok (ibu berusia 61 tahun dan anak perempuan berusia 31 tahun) diketahui positif terjangkit virus corona. Seperti diberitakan beberapa media, penyebaran virus ini berawal dari warga Jepang yang merupakan teman dansa dari wanita berusia 31 tahun dalam suatu acara beberapa waktu lalu. Si wanita kemudian menyebarkan virus kepada ibunya. Kini keduanya sudah dirawat atau dikarantina di rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap.

DBD dan Corona

Menyikapi pengumuman ini, muncul banyak respon dari masyarakat. Mulai dari pertanyaan: kenapa orang Jepang tersebut tidak terdeteksi di Bandara? Bahkan ada yang curiga bahwa pemerintah menutupi data yang sebenarnya.

Lalu, muncul reaksi spontan masyarakat dengan ramai-ramai memakai masker-walaupun sudah ditegaskan oleh Menteri Kesehatan bahwa yang wajib memakai masker hanyalah orang sakit, yang sehat tidak perlu.

Kemudian, ada juga yang mulai memborong kebutuhan pokok di minimarket/supermarket setempat. Dan yang parah, ada yang memanfaatkan momentum ini dengan berbisnis, misalnya menaikkan harga masker setinggi langit. Seperti yang diberitakan bahwa banyak oknum yang mulai menimbun stok master untuk kepentingan bisnis.

Jadi Tersangka ADD Jaksa Kacabjari Manggarai di Reo Hantar Kepala Desa Ruis ke Rumah Tahanan

Selain itu, menurut penulis, kecenderungan untuk memborong makanan bisa juga terjadi karena pengaruh tontonan publik, misalnya film-film hollywood seperti The Flu atau Contagion.

Dalam film Hollywood biasanya digambarkan reaksi publik pasca adanya suatu virus adalah dengan memborong makanan dan kebutuhan lainnya untuk berjaga-jaga. Tontonan publik bersifat sugestif---publik terpengaruh. Lebih dari itu, reaksi ini terjadi pada tempat pertama karena naluri bertahan hidup dari manusia.

Semua reaksi ini adalah respon yang bisa dibilang konsekuensi dari pemberitaan terkait virus corona selama ini. Dua bulan belakangan opini publik terkait virus corona adalah virus yang mematikan---ditambah lagi dengan fakta banyaknya korban meninggal dunia akibat virus ini. Menurut penulis, dibalik semua reaksi ini sebenarnya sedang terjadi gejala publik yang panik berlebihan atau paranoid.

Publik Yang Paranoid

Paranoid bisa diartikan sebagai rasa curiga, rasa tidak percaya, panik, dan rasa takut yang berlebihan. Paranoid berhubungan dengan mental dan tingkah laku. Orang yang paranoid cenderung menaruh rasa curiga, panik dan rasa takut terhadap suatu persoalan secara berlebihan.

Setelah muncul perasaan ini, orang yang paranoid biasanya bertindak yang berlebihan dalam menyikapi suatu persoalan. Jadi, dalam hal ini ada relasi antar perasaan dan tingkah laku.

Dalam hubungan dengan berita "Indonesia Positif Virus Corona", rakyat Indonesia terkhusus di Depok---kemudian dilanda rasa rakut dan cemas, lalu panik, apalagi setelah mengikuti perkembangan terkait banyaknya jumlah korban yang mati karena virus ini.

Ditambah lagi dengan pemberitaan media yang "boombastis" terkait virus satu ini serta hoaks-hoaks yang banyak beredar di media online. Maka, muncullah perasaan dan pikiran kolektif bahwa "INDONESIA DARURAT".

Perasaan takut dan cemas pada taraf tertentu memang baik. Hal ini berarti ada tuntutan untuk waspada, tetapi jika rasa takut dan cemas itu berlebihan atau sampai pada taraf paranoid, maka itu sangat berbahaya. Mengapa berbahaya?.

Hal ini terkait dengan tingkah laku orang yang paranoid. Seperti yang dijelaskan di atas, orang yang paranoid terkadang bertindak berlebihan bahkan bertindak irasional. Tindakan berlebihan ini bisa dilihat dalam fenomena memborong makanan. Seperti yang dilansir oleh Kumparan.com, pasca pengumuman Indonesia positif virus corona, warga di Tangerang berbondong-bondong menyerbu AEON Mall, BSD untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya.

Hal ini juga terjadi di tempat lain. Jika hal ini terus terjadi tentu akan berpengaruh terhadap perekonomian, harga barang akan semakin mahal. Hemat penulis, tindakan ini merupakan suatu tindakan yang berlebihan atau efek publik yang paranoid. Karena, kasus virus corona di Indonesia tidak separah yang terjadi di China.

Adapun korban meninggal dunia akibat virus corona biasanya karena daya tahan tubuh lemah. Selain itu, sudah banyak korban yang disembuhkan. Hal ini berarti publik tidak perlu merasa panik yang berlebihan.

Pemerintah pasti berupaya untuk mengatasi masalah ini. Lebih lanjut, karena virus corona terkait dengan daya tahan tubuh, maka masyarakat dituntut untuk menjaga daya tahan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan sehat serta menjaga kebersihan.

Terkait hal ini, seperti yang dikutip dari CNN.com, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengimbau agar masyarakat menjaga diri sendiri dengan berperilaku hidup bersih dan sehat serta memperkuat daya tahan tubuh. Menurut Terawan, kuncinya tetap terus berdoa, tetap berpikir positif, dan jaga imunitas tubuh. Kalau daya tahan tubuh baik, tidak mudah terkena virus.

Hal Yang Mesti Dilakukan

Selain menjaga daya tahan tubuh dengan menjaga kesehatan dan pola makan, hal penting yang mesti dilakukan lainnya adalah pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mesti melakukan sosialisasi tentang virus corona kepada masyarakat-terkhusus kalangan bawah yang mungkin saja tidak mendapat informasi tentang virus ini dari media online maupun televisi.

Selain itu, pemerintah mesti membatasi penyebaran berita bohong atau hoaks terkait virus corona di media online. Karena berita hoaks akan menambah kecemasan publik dan bisa berakibat lebih buruk lagi seperti tindakan anarkis.

Sembari memberantas hoaks, pemerintah mesti menyajikan infomasi yang benar terkait virus corona ini, serta langkah praktis apa yang mesti dilakukan. Lalu, upaya pengobatan terhadap dua orang yang terdampak mesti digalakkan, agar bisa sembuh. Hanya dengan itu, masyarakat tidak akan dilanda rasa takut berlebihan atau paranoid lagi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved