Opini Pos Kupang

Membangun Ekonomi Perbatasan

Mari membaca dan simak isi Opini Pos Kupang berjudul Membangun Ekonomi Perbatasan

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Membangun Ekonomi Perbatasan
Dok
Logo Pos Kupang

Mari membaca dan simak isi Opini Pos Kupang berjudul Membangun Ekonomi Perbatasan

Oleh; Dr. James Adam, MBA (Pengamat Ekonomi Regional & Ketua ISEI Cabang Kupang)

POS-KUPANG.COM - Indonesia adalah salah satu Negara dunia ketiga yang perkembangan ekonominya melaju relatif cepat dibanding beberapa Negara berkembang lainnya. Kepemimpinan Presiden Jokowi periode pertama terjadi perubahan begitu besar jika dibandingkan keadaan Indonesia beberapa waktu silam.

Salah satu yang sangat menonjol yaitu dalam sistim pemerintahan, dengan model kepemimpinan paternalistic Presiden Jokowi telah memberikan warna baru dalam kehidupan bernegara, rasanya tidak ada sekat antara seorang kepala Negara dengan rakyat kecil sehingga beliau terpilih kembali. Jika mungkin aturan memperbolehkan seorang Presiden bisa dipilih untuk lebih dari dua kali, hemat saya Jokowi pasti akan menjadi pilihan berikutnya.

Pemerintah Kabupaten Belu Gelar Rapat dengan Sejumlah Elemen Atasi DBD

Perekonomian nasional bertumbuh cukup baik di era Presiden Jokowi, melalui sejumlah program unggulan pada level nasional maupun daerah, dan masyarakat telah menikmati dampak pembangunan ekonomi tersebut.

Sebut saja jalan Trans pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya dan juga jalan Trans Papua. Kedua proyek raksasa ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa seorang Presiden seperti Jokowi bisa berbuat sangat luar biasa yang harusnya sudah dikerjakan pemerintah sebelumnya.

Harga BBM sama dari Sabang sampai Merauke adalah sesuatu yang tidak pernah dibayangkan pula, tetapi semua sudah terjadi yang menurut kacamata umat Kristiani perubahan spektakuler seperti diatas tidaklah mustahil sebab untuk segala sesuatu ada waktunya.

Perubahan menonjol lainnya adalah di semua pintu masuk daerah perbatasan Negara tetangga telah dipoles begitu rupa yang memberi tanda bagi tetangga kita bahwa tetangga tidak sekedar teman dan sahabat tetapi tetangga adalah keluarga terdekat yang harus disambut dan dilayani dengan lebih baik.

Di Propinsi NTT terdapat 3 pintu perbatasanya itu di Motamasin, Motaain dan Wini yang dulunya tidak dipedulikan orang karena di ketiga lokasi itu hanyalah sebuah titik batas sebagai tempat orang keluardan masuk. Saat ini wajah ketiga lokasi tersebut berubah total dan bahkan telah menjadi objek menarik wisatawan serta menjadi tempat berbagai kepentingan entertaining, politik, sosial, seni dan olahraga serta paling menarik adalah kepentingan ekonomi.

Kondisi ketiga lokasi ini seyogyanya telah membuka peluang besar bagi Pemda setempat dan Pemda Propinsi NTT untuk melakukan sesuatu agar Motamasin, Motaain, dan Wini tidak menjadi pintu mati (Dead Gate) dengan cahaya lampu yang gemerlap hanya pada malam hari. Mengapa para pemerintah daerah belum bangkit padahal Pemda NTT sudah berteriak dengan slogan NTT bangkit NTT sejahtera?.

Apakah Pemda setempat kurang gagasan ataukah tidak mau berpikir untuk membangun ekonomi mulai dari pintu perbatasan, padahal miliaran rupiah APBN telah terpakai untuk memoles ketiga pintu tersebut. Dalam perspektif ekonomi, keberadaan ketiga lokasi itu harusnya gemerlap setiap saat karena ada banyak aktifitas ekonomi yang mestinya dilakukan. Rupanya peluang tersebut tidak menarik cara berpikir para kepala daerah padahal, jika ada aktifitas ekonomi maka tentu banyak pelaku ekonomi akan terkonsentrasi di ketiga lokasi tersebut. Pemerintah daerah tidak harus berpikir untuk membuat lokasi-lokasi itu menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Ekonomi Terpadu (KET), tetapi buat saja ketiga lokasi itu menjadi Special Free Trade Zone bagi pelaku ekonomi selain NTT juga Bali sebagai tetangga terdekat. Menurut hitungan saya, jika Pemda setempat memberi peluang bagi pelaku ekonomi NTT dan Bali bebas melakukan aktifitas ekonomi di ketiga lokasi itu, maka Motaain, Motamasin, dan Wini akan menjadi pintu kehidupan (Life of Gate) bagi pemerintah dan masyarakat Belu, Malaka, dan TTU. Dengan demikian NTT bangkit NTT sejahtera tidak lagi menjadi slogan tetapi menjadi fakta. Bali kita libatkan secara khusus sebab pelaku ekonomi asal Bali tentu sudah memiliki jaringan bisnis yang luas apalagi soal pariwisata.

Zona Perdagangan Bebas Khusus ini, tentu tanpa pajak untuk jenis barang dengan batasan tertentu harus diterapkan, dan berlaku juga bagi pelaku ekonomi Negara Timor Leste, sehingga perdangan antar Negara tidak lagi membutuhkan biaya tinggi sebab semua aktifitas ekonomi termasuk pertukaran barang dan jasa (product & service barter) terkonsentrasi di ketiga pintu tsb.

Perputaran uang dan barang akan cepat jika saja pemerintah bisa membangun infrastruktur perdagangan yang sederhana, menarik, dan cocok dengan budaya masyarakat sehingga tidak membuat masyarakat menjadi culture shock.

Dikatakan zona khusus karena dalam jangka waktu tertentu khusus pelaku ekonomi dari kedua propinsi yang diberikan peluang usaha dalam lokasi-lokasi tersebut, nanti pada waktunya baru dibuka untuk pelaku ekonomi lainya. Pengkhususan itu bukan berarti bahwa orang lain tidak boleh sama sekali, tetapi biarlah pelaku ekonomi kedua propinsi itu lebih dahulu membentuk pintu kehidupan bagi yang lain.

Oleh karena diterapkan perlakuan khusus pada lokasi-lokasi tersebut maka, tentu perdagangan ilegal lintas batas akan dapat teratasi sebab supply, demand dan barter akan terjadi secara terbuka bagi semua orang dalam satu zona bebas tetapi terkontrol dan tersistim secara legal. Jika konsep ini bisa dilakukan maka, Pemda NTT dapat menjadi contoh positif bagi daerah perbatasan lainnya di Indonesia seperti di Papua, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved