Perang Tanding di Adonara Flotim
Agus Boli Sesal 6 Warga Tewas Perang Antarsuku di Flores Timur
Wakil Bupati Flotim, Agus Payong Boli sesalkan 6 warga tewas perang antarsuku di Flores Timur
Kepala Desa Sandosi, Beatus Beda Nama menjelaskan, sengketa lahan antarsuku Kwaelaga dan Lamatoka sudah berlangsung lama. "Namun ini baru pertama kali terjadi kontak fisik dan langsung menewaskan enam orang korban," kata Beatus ketika dikonfirmasi via telepon.
Menurut Beatus, pemerintah desa dan kecamatan sudah memfasilitasi masalah ini dan dituangkan dalam berita acara. Beberapa minggu lalu, pemerintab desa dan warga yang bertikai juga sudah pergi ke Polsek Sagu karena ada laporan pengaduan dari suku Lamatokan terkait adanya aktivitas pembersihan rumput oleh suku Kwaelaga di lahan sengketa.
Polisi menindaklanjuti laporan tersebut. Suku Kwaelaga sebagai terlapor sudah dikenai wajib lapor.
"Sehingga menurut pemahaman kami yang awam ini, kalau sudah begitu tidak mungkin lagi melakukan kegiatan di lokasi. Kita pikirnya begitu, ternyata selang beberapa waktu pihak terlapor lakukan kegiatan lagi di sana tanam pohon kelapa dan mente. Itu hari kamis minggu lalu," papar Beatus.
Beatus mengatakan, buntut dari adanya aktivitas di lahan sengketa itu sehingga pihak suku Lamatokan langsung bergerak ke lokasi. Ia memperkirakan ada 20 warga suku Lamatokan ke Wulanwata.
"Mereka bertemu di lokasi. Entah pihak terlapor juga sudah tahu atau belum, kami juga tidak tahu," ujarnya.
Menurutnya, luas lahan sengketa sekitar 200x100 meter, telah ditanami kelapa, mente dan jagung. Letaknya ada di dekat pantai di wilayah Wulanwata, Desa Baobage .
Beatus mengungkapkan, masalah batas tanah itu berlangsung sejak tahun 1990-an. Kedua suku saling klaim memiliki tanah tersebut.
Ia menjelaskan, situasi sudah terkendali setelah aparat TNI dan Polri tiba. Jenazah sempat disemayamkan di rumah adat dan pihak medis sudah melakukan visum.
Camat Witihama Laurens Lebu Raya memastikan semua korban berjenis kelamin laki-laki. Empat korban dari suku Kwaelaga dan dua korban dari suku Lamatokan.
"Saat ini situasi sudah semakin kondusif karena gabungan aparat TNI dan Polri sudah langsung diterjunkan ke lokasi sengketa dan rumah duka. Sementara terkendali. Tidak ada amukan, karena ini masalah ada hubungan dengan adat," kata Laurens via telepon.
Ia menjelaskan, proses evakuasi korban ke rumah duka sedikit terkendala akibat cuaca buruk. Laurens menambahkan tanah yang disengketakan juga bukan tanah ulayat melainkan batas tanah milik perorangan.
"Lokasi itu kan sengketa sudah lama sehingga mereka baku ketemu. Itu kan masalah batas, akhirnya sampai pembantaian itu. Situasi aman terkendali. Lalu kita kerja sama dari romo, pemerintah, kita semua ada di sini," ujar Laurens yang saat dihubungi sedang berada di rumah duka. (ius/ll/kompas.com/ant)