Beginilah Potret SDN Fatufuaf Desa Enoraen yang Memprihatinkan, Bikin Trenyuh !
gedung sekolah yang hampir rubuh mengakibatkan sejumlah siswa di SDN Fatufuaf mengaku takut saat mengikuti proses belajar mengajar.
Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
Dikisahkannya, pada 2010 lalu, siswa SMP kelas 3 yang meninggal karena terseret air di sungai saat hendak ke sekolah
"Sehingga dari kami sebagai orangtua kalau bisa ada sekolah di sini, biar anak kami bisa sekolah," katanya saat ditanya mengapa menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Pihaknya merasa senang dan bersyukur saat pihak BBKSDA NTT melakukan pembangunan satu ruang belajar baru bagi sekolah.
Dengan adanya sekolah tersebut, ia tidak perlu khawatir, bahkan cemas saat anaknya mengikuti proses belajar mengajar.
"Kalau bisa ada kelanjutan dari bantuan ini, karena masih kurang juga," ungkapnya diamini sejumlah orangtua siswa lainnya.
Sementara itu, gedung sekolah yang hampir rubuh mengakibatkan sejumlah siswa di SDN Fatufuaf mengaku takut saat mengikuti proses belajar mengajar.
Hal ini diungkapkan Albertus Manuel (11), siswa yang duduk di bangku kelas 4 SDN Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Sabtu (22/2/2020).
Ketakutan para siswa semakin menjadi tatkala gedung sekolah yang beratap daun dan berlantai tanah itu semakin miring karena dimakan usia.

"Kalau hujan, kami takut kalau gedung sekolah jatuh dan menimpa kami," katanya diamini sejumlah rekannya.
Diakuinya, dalam beberapa bulan terakhir ini, siswa kelas 4 saat ini belajar di bawah pohon asam berukuran besar di depan sekolah.
Hal tersebut dilakukan karena satu dari dua gedung sekolah yang berukuran panjang 12 meter dan lebar 6 meter tersebut tidak bisa digunakan.
"Biasanya kami belajar di itu dua gedung, tapi sekarang tidak bisa lagi," paparnya.
Aktivitas sekolah selama ini rutin dilakukan jika tidak ada kendala, jika hujan lebat disertai angin kencang, maka para siswa dipulangkan lebih awal.
Ketidaknyamanan saat belajar juga disampaikan oleh Viktor Peres Obehetan (11) yang ditemui usai ceremonial peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas baru di sekolah tersebut.
Siswa yang duduk di bangku kelas 6 ini mengaku, memasuki musim hujan para siswa sulit menjalani proses belajar karena atap gedung yang bocor.