BBKSDA NTT Bantu SDN Fatufuaf
BREAKING NEWS: Gedung Sekolah Memrihatinkan, SDN Fatufuaf Dapat Bantuan Ruang Kelas Baru
Kondisi gedung sekolah memrihatinkan, SDN Fatufuaf dapat bantuan ruang kelas baru
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Kondisi gedung sekolah memrihatinkan, SDN Fatufuaf dapat bantuan ruang kelas baru. Gedung sekolah SD Negeri Fatufuaf Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, sangat memprihatikan.
Sekolah yang berada di pemukiman warga ini memiliki dua gedung yang telah berusia 7 tahun ejak dibangun pada 2013 lalu.
Dua gedung ukuran lebar 6 meter dan panjang 12 meter merupakan swadaya dari masyarakat atas dasar memenuhi hak anak-anak desa untuk mengenyam pendidikan dasar.
• TERKINI: Kasus Infeksi Virus Corona di Korea Selatan dan Italia Meningkat, Ini Langkah Pemerintah
Kedua gedung tersebut berdinding bebak (pelepah lontar), beratapkan daun lontar dan berlantai tanah.
Tampak tiang bendera dengan bendera merah putih berkibar dengan gagah di bagian depan sekolah yang memiliki jumlah siswa sebanyak 51 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 itu.
Namun demikian, sekolah itu tampak seperti 'nenek tua' yang sudah renta, atap gedung telah lapuk dan berlubang dimakan waktu.
• Peletakan Batu Pertama Pembangunan Ruang Kelas Baru SDN Fatufuaf Kabupaten Kupang
Lebih memprihatinkan lagi, satu gedung pada bagian kanan tidak digunakan lagi karena tidak layak.
Beruntung beberapa kayu berukuran sedang digunakan untuk menyangga gedung itu, jika tidak, dapat dipastikan gedung itu rata dengan tanah karena telah mencapai kemiringan yang mengkhawatirkan.
"Gedung itu sudah miring sejak akhir 2018 lalu," kata Kepala Sekolah SD Negeri Fatufuaf, Adriana Beti disela peletakan batu pertama pembangunan ruang kelas yang bersumber dari bantuan BBKSDA NTT.
Diakuinya, kedua gedung itu disekat menjadi 3 ruangan belajar bagi para siswa dan ruang guru.
Masing-masing gedung disekat menggunakan bebak dengan ukuran kelas 3 meter kali 6 meter.
Sejak 2018 lalu gedung tersebut menunjukkan kondisi rusak hingga miring, namun pihaknya tetap menggunakan ruangan tersebut untuk proses belajar.
Hingga Desember 2019 lalu, gedung tersebut benar-benar tidak dapat digunakan dan dapat mengancam keselamatan para siswa, pihaknya pun menutup gedung tdan melarang para siswa mendekati gedung itu.
Pasalnya, pasca hujan lebat disertai angin kencang, sekolah tersebut semakin miring dan mengalami kebocoran di sana-sini.
"Waktu masih miring sedikit, kami masih sekolah, namun saat hujan angin makin miring maka kami putuskan untuk tidak sekolah. Anak-anak saya suruh jangan dekat, takutnya sekolah rubuh menimpa mereka," paparnya.
