Rofinus Seran Bria Sebut Babi Mati di Malaka Akibat Terserang Hog Cholera

Rofinus Seran Bria mengatakan, Kematian ternak babi mati di Kabupaten Malaka akibat terserang penyakit Hog Cholera

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/TENIS JENAHAS
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Malaka, Rofinus Seran Bria 

POS KUPANG.COM| BETUN - Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Malaka, Rofinus Seran Bria mengatakan,  Kematian ternak babi mati di Kabupaten Malaka akibat terserang penyakit Hog Cholera, bukan karena Virus African Swine Fever (ASF).

Hog kholera merupakan penyakit sudah menahun dan endemik di wilayah Kabupaten Malaka sejak dulu atau sejak masih bergabung dengan Kabupaten Belu. Apabila babi sudah terserang hog cholera maka biasanya merambat dan tidak bisa diobati. Prosentase kematian babi pun bisa 100 persen.

Pemkab Belu Bangun Cottage dan Penataan Rest Area di Fulan Fehan

"Kalau sudah kena hog cholera, biasanya merambat dan tidak bisa diobati. Kematian bisa 100 persen. Jadi supaya jangan mati, kita vaksinasi. Saat babi masih sehat kita vaksinasi supaya saat musim penyakit seperti ini bisa bertahan penyakit", kata Rofinus kepada Pos Kupang.Com, Rabu (12/2/2020).

Menurut Rofinus, kematian ternak babi akibat terserang hog cholera hampir terjadi di seluruh wilayah Malaka dan jumlahnya besar. Namun Dinas belum memiliki data kematian babi karena tidak dilaporkan. Setelah babi mati, pemiliknya secara mandiri mengubur babi tersebut. Ada pula yang mati dan hilang begitu saja karena babi mati di hutan.

Ini Janji Kadis PUPR Manggarai Setelah Membersihkan Saluran Drainase yang Tersumbat


"Mengenai jumlah kematian hampir tersebar di seluruh wilayah Malaka dan jumlahnya besar. Dan angka di kami tidak terekap karena setelah mati, secara mandiri mereka kubur atau ada yang buang dan ada yang tidak kelihatan, matinya di hutan sehingga angka itu kita tidak dapat. Kalau angka di saya adalah angka vaksinasi", ungkap Rofinus.

Menurut Rofinus, penyakit hog cholera biasa muncul di musim pancaroba atau peralihan musim dari musim panas ke musim hujan. Namun, kejadian kematian babi lebih didominasi pada musim hujan.

Selama ini, kata Rofinus, dinas sudah melakukan upaya antisipasi terhadap serangan penyakit hog cholera dengan cara vaksinasi ternak babi. Sepanjang tahun 2019, dinas sudah melakukan vaksin babi sebanyak 1.640 ekor. Jumlah ini dinilai sangat kurang karena memang petugas mengalami kendala saat melakukan vaksin.

Kendala utama adalah pola beternak babi di Malaka masih lepas bebas, bukan dikandangkan. Pola lepas bebs atau umbar sangat menyulitkan petugas ketika memberikan vaksinasi. Meski diberi vaksin namun jumlahnya tidak banyak karena babi yang bisa tangkap pemiliknya berkisar satu sampai dua ekor.

"Kendala kita adalah beternak babi di Malala masih pola umbar atau lepas bebas. Kalau masih lepas bebas, saat kita vaksin atau memberikan vaksin susah. Petani sering bilang, kami punya babi jinak tapi saya bilang jinak dengan kamu kalau dengan kami tidak. Kita tangkap ambil satu, terus yang lain berteriak dan lari", ujar Rofinus.

Lanjut Rofinus, kematian babi di Malaka benar-benar akibat terserang penyakit hog kholera bukan karena Virus African Swine Fever (ASF). Dinas sudah melakukan pengujian laboratorium dan hasilnya negatif.

Untuk mencegah hog kholera, hal yang harus dilakukan adalah vaksinasi. Vaksinasi dilakukan saat babi dalam kondisi sehat dan dilakukan setiap tahun. Karena daya imunitas selama satu tahun. Untuk memudahkan petugas memberikan vaksin, pemilik babi atau peternak babi diharapkan untuk mengkandangkan ternak babi.

Sesui data dari dinas, populasi ternak babi di Kabupaten Malaka tahun 2019 sebanyak 87.205 ekor, rincian jantan 39.258 ekor dan betina 47.948 ekor. Tiga kecamatan yang populasi ternak babi banyak adalah Kecamatan Malaka Tengah sebanyak 19.150 ekor, disusul Kecamatan Malaka Barat 12.110 ekor dan Kecamatan Weliman 9.020 ekor.

Sedangkan tiga kecamatan yang populasi ternak babi sedikit yaitu, Kecamatan Botin Leobele sebanyak 2.313 ekor, Kecamatan Wewiku 3.793 ekor dan Kecamatan Io Kufeu 4.441 ekor. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Teni Jenahas)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved