VIDEO: Petani Kacang Banting Stir Jadi Nelayan. Gara-Gara Tak Ada Hujan di Sumba Timur. Ini Videonya
VIDEO: Petani Kacang Banting Stir Jadi Nelayan. Gara-Gara Tak Ada Hujan di SUmba Timur. Di Desa Hambapraing, contohnya, hujan baru turun 7 kali.
Penulis: Robert Ropo | Editor: Frans Krowin
VIDEO: Petani Kacang Banting Stir Jadi Nelayan. Gara-Gara Tak Ada Hujan di Sumba Timur. Ini Videonya
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU – VIDEO: Petani Kacang Banting Stir Jadi Nelayan. Gara-Gara Tak Ada Hujan di Sumba Timur. Ini Videonya
Selama ini, hujan di Sumba Timur sangat kurang. Kondisi ini mengakibatkan para petani tak bisa bercocok tanam.
Mereka mengharapkan curah hujan seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Hujan relatif kurang, sehingga sampai sekarang petani belum bisa tanam.
• VIDEO: Sampai Sekarang, 151 SMA/SMK di NTT Belum Berlistrik. UNBK 2020 Terancam? Simak Videonya
• VIDEO: Penyakit DBD Merajalela di Maumere. RSUD Penuh. Pasien Tidur di Lorong-lorong. Ini Videonya
• VIDEO: Prevalensi Stunting di Belu Menurun Dratis. Bupati Punya 2 Cara Jitu. Simak Videonya
Hujan juga tidak merata, sehingga sampai saat ini banyak lahan tak bisa ditanami bibit kacang tanah, jagung dan dan lainnya.
“Ada petani terpaksa tanam, tapi benih yang ditanam itu tak bisa tumbuh karena tidak ada hujan. Tanam saja sudah gagal, bagaimana bisa panen,” ujar para petani di Kampung Maudolung, Desa Hambaprang, Kecamatan Kanatang, Sumba Timur.
Di desa ini, tanaman kacang tanah dan jagung jadi sandaran utama warga. Namun dalam tahun ini, dua benih tersebut tak bisa ditanam, karena tak ada hujan.
Kepada POS-KUPANG.COM, petani Kampung Maudolung, Desa Hambapraing, Dominikus Deta (49) didampingi istrinya, Taroci Wadang, mengatakan, sampai sekarang benih tanamannya masih utuh.
Hingga saat ini, katanya, hujan yang mengguyur desa itu dan desa lain di Kecamatan Kanatang, baru 7 kali. Hujan itu pun tidak lebat.
Selama ini, katanya, ia memiliki lahan kacang seluas 1 hektare. Jikalau hujan bagus, maka hasil yang diperoleh juga bagus. Karena sekali panen, ia bisa mendapatkan hasil sekitar 1 ton kacang tanah.
Satu ton kacang itu, katanya, diisi dalam 20 karung, dimana setiap karung berkapasitas 50 kg.
Lantaran sampai sekarang benih kacang belum ditanam, sehingga ia rugi 1 ton kacang tanah. Padahal, kacang tanah merupakan sandaran utama ekonomi keluarga.
"Hujan sangat kurang, jadi kami belum tanam. Tidak tanam saja sudah rugi, apalagi kalau benih kacang tanah itu ditanam padahal hujan tidak ada,” ujarnya.
• VIDEO: Detik-detik Kapal Mini Tangker, Uji Coba Sandar di Pelabuhan Lewoleba. Ini Videonya
• VIDEO: Prevalensi Stunting di Belu Menurun Dratis. Bupati Punya 2 Cara Jitu. Simak Videonya
• VIDEO: Dua Hari Berturut-turut, Polisi Bekuk 4 Pelaku Curanmor Di Ende. Ini Videonya
Istrinya Troce Wadang, menambahkan, biasanya pada musim hujan itu, pada saat seperti ini kacang tanah sudah tinggi. Bahkan ada yang sudah berbuah.
"Memang ada petani yang paksa tanam saat hujan pertama turun. Tapi benih yang tumbuh itu sudah mati semua karena tidak ada hujan," ungkap Troce.
Troce juga mengatakan, karena gagal tanam, ia bersama suaminya banting stir menjadi nelayan.
“Untuk sementara kami banting stir jadi nelayan. Kalau suami mencari ikan, maka saya menenun. Cara ini kami lakukan supaya bisa dapat uang," ungkap Troci. (POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)
Tonton Videonya Di Sini: