Hujan Kurang Ratusan Hektar Lahan Sawah di Wanga, Sumba Timur Tak Bisa Digarap

Akibat hujan kurang ratusan hektar lahan sawah di Wanga, Sumba Timur tak bisa digarap

Penulis: Robert Ropo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/ROBERT ROPO
Lahan untuk sawah milik petani Wanga yang kering akibat air irigasi turun dratis. 

Akibat hujan kurang ratusan hektar lahan sawah di Wanga, Sumba Timur tak bisa digarap

POS-KUPANG.COM | WAINGAPU - Sampai saat ini wilayah pesisir Sumba Timur belum banyak turun hujan hingga sampai akhir Januari 2020. Debit air irigasi Wanga yang bersumber dari mata air Kataka kini menurun dratis.

Ratusan hektar lahan yang merupakan dahulu lahan sawah kini berubah menjadi lahan tidur. Lahan tanpak kering kerontang dan tanahnya pecah-pecah hingga debu tanah berterbangan kian kemari, meskipun kini memasuki pertengahan musim hujan pada biasanya.

Telat Datang Pupus Harapan Ivon Ikuti SKD

Sebagian warga Desa Wanga di Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur yang dulunya merupakan petani padi sawah kini harus banting stir untuk bisa bertahan hidup. Mereka memilih untuk melaut dan juga bekerja di PT Muria Sumba Manis (MSM).

Helmince Natang (32) warga Desa Wanga ketika ditemui POS-KUPANG.COM di kediamanya, Kamis (30/1/2020) mengatakan, dari dahulu ia bersama suaminya Matius Domu Jaka Tamu biasa bekerja padi sawah. Namun pada musim hujan tahun ini mereka tidak bisa bekerja sawah karena debit air irigasi tersebut sangat menurun dratis hingga tidak dapat kebagian air akibat hujan tidak turun normal.

Ini Jadwal Seleksi Perangkat Desa di TTS

"Ya sekitar 2 kali hujan mungkin itu juga hujanya tidak lebat. Tapi kalau tahun lalu hujan sedikit bagus bahakan sampai banjir di kampung ini,"ungkap Helmince.

Kata dia, mereka bisa dapat bertahan hidup hingga saat ini karena suaminya selain bekerja di kebun PT. MSM dan juga biasa mencari ikan di laut. Sehingga upah dari PT MSM dan hasil jual ikan mereka masih bisa bertahan hidup.

"Suami saya kerja di PT.MSM bagian di kebun tanaman tebu. Dia juga sering pergi melaut sehingga upah dan hasil dari melaut ini kami bisa makan dan minum serta kebutuhan lain dalam rumah tangga masih tercukupi,"kata Helmince.

Helmince juga sangat berharap banyak agar bisa turun hujan yang normal, sehingga bisa mereka juga berkebun seperti menanam jagung atau pun kembali mengolah lahan padi sawah mereka.

Domianus Ke Lomi (52) juga kepada wartawan mengaku, musim hujan kali ini sangat kurang, sehingga menyebabkan debit air diirigasi menurun dratis dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hujan yang turun baru sekitar 2 kali itu pun tidak lebat pada musim hujan kali ini.

Lomi mengaku, akibat turun dratisnya debit air, pada musim panen kali ini dari luas lahan 50 hektar pada normalnya biasa panen hingga mencapai 40 karung ukuran 100 Kg, namun ia hanya peroleh 4 karung saja. "Hingga saat ini saya belum bajak sawah, karena takut gagal yang kedua kali soalnya air hujan kurang, debit air irigasi sangat menurun,"ungkap Lomi.

Nurlin Rihi (44) juga mengatakan, kurang dratisnya debit air irigasi itu bukan karena hadirnya PT MSM, namun karena ketiadaan hujan. Sejauh ini hujan sangat kurang.

"Kalau bilang debit air irigasi kurang dratis karena PT MSM tidak mungkin, karena PT MSM hadir bukan pada musim ini saja, musim-musim sebelumnya saat PT MSM sudah ada pun air tidak kurang, kami tetap tanam padi sawah dan panen dengan normal meskipun di musim kemarau. Memang hujan kali ini sangat kurang tanaman tebu milik perusahan saja ada yang mati,"ungkap Nurlin.

Nurlin juga mengaku, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga ia bekerja di PT MSM di bagian tanam tebu dengan upah yang diberikan perhari lumayan bagus. "Untung adanya PT MSM ini kami bisa kerja dan dapat upah sehingga kebutuhan ekonomi kami masih bisa tercukupi,"pungkas Nurlin.

Sekertaris Desa Wanga, Albertus Lili Kondamara ketika dikonfirmasi POS-KUPANG. COM membenarkan itu. Dikatakanya, pada musim hujan kali ini di daerah Wanga dan sekitarnya hujan sangat kurang.

Menurut Albertus, jika hujan banyak apalagi di daerah Kamanggi dan di wilayah Wanga dan sekitarnya tentu akan banyak debit air dan semua saluran irigasi kelimpahan air.

"Betul juga masyarakat omong itu pak, salah satunya itu karena hujan kurang bukan karena hadirnya PT MSM. Pada musim hujan tahun-tahun sebelumnya juga PT MSM sudah ada tapi masyarakat masih bisa garap sawah karena airnya melimpah sebab hujan banyak turun,"ungkap Albertus.

Albertus juga mengatakan, total luas lahan sawah di Wanga milik para petani yang merupakan warga setempat mencapai ratusan lebih hektar. Karena kurangnya hujan sampai saat ini dipastikan ratusan lebih hektar lahan sawah akan tidak digarap petani sebab debit air turun dratis.

"Jadi yang tidak bisa digarap oleh para petani itu sekitar ratusan hektar karena kekurangan debit air ini. Yang ancang-ancang bisa garap ya hanya paling tinggi sekitar 10 hektar saja,"kata Albertus.

Kata Albertus, karena cuaca hujan yang tidak jelas, sebagain masyarakat yang dulunya merupakan petani padi sawah, kini, selain mereka bekerja di PT MSM, melaut dan juga beternak. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved