Astaga! Anak dan Perempuan Korban Kekerasan di Sikka Naik 12 Persen
Astaga! anak dan perempuan korban kekerasan di Kabupaten Sikka naik 12 persen
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola
Astaga! anak dan perempuan korban kekerasan di Kabupaten Sikka naik 12 persen
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Korban kekerasan terhadap anak dan perempuan didampingi Tim Relawan Untuk Kemanusian ( TRUK) di Maumere, Pulau Flores meningkat 12 persen pada 2019.
Selama 2019 terjadi 92 kasus kekerasan menimpa anak dan perempuan lebih tinggi dibanding 2018 menimpa 80 korban.
• Pemkab Lembata Mulai Rancang Pilkades 2021
"Para korban ini yang datang melapor ke TRUK, dan kami lakukan pendampingan. Yang lain malu melapor. Ada juga masyarakat anggap aib korban kekerasan seksual anak atau kasus inces, sehingga ada korban diusir oleh keluarga dan masyarakat keluar dari kampungnya," kata Koordinator Divisi Perempuan TRUK, Suster Eustochia, SSpS, kepada wartawan dalam catatan akhir tahun 2019 kasus kekerasan perempuan dan anak, Kamis (30/1/2020) di Sekretariat TRUK, Maumere.
Suster Estho, sapaan Eustachia membeberkan dari 92 korban itu, sebanyak 31 kasus menimpa anak perempuan, 20 anak pria dan 41 orang perempuan dewasa.
• Hama Serang Tamanan Jagung Warga di TTS
Locus terjadi kekerasan berada di ranah personal atau rumah tangga, 72 korban mengadu ke TRUK.
Kekerasan dalam rumah tangga menempati uruitan tertinggi 61 orang atau 66, 30 persen korban. Dari 61 korban itu, 24 diantaranya berstatus istri (14 istri sah dan 10 istri tidak sah) dan 37 anak. Selain delapan korban mengalami kekerasan dalam pacaran.
Bentuk kekerasan dialami, demikian Suster Estho, kekerasan psikis menimpa 50 orang, kekerasan ekonomi/penelataran rumah tangga 47 orang ( 25 anak dan 22 perempuan dewasa). Kekerasan fisik dialami 28 orang dan kekerasan seksual menimpa delapan perempuan dewasa dan anak-anak.
"Mestinya tiap tahun angka kekerasan makin turun. Tapi malah terus bertambah. Ada juga proses pemiskinan terhadap istri dan anak-anak. Semua harta dijual, lalu istri diceraikan dengan tidak punya apa-apa," tegas Suster Estho, didampingi Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak Sikka, dr. Bernadina Sada Nenu, Sekretaris TRUK, Heny Hungan, dan staf TRUK.
Dalam ranah komunitas, demikian Suster Estho, 20 korban mengadu ke TRUK. Mereka mengalami berbagai bentuk kekerasan yakni seksual, psikis, fisik dan korban TPPO dialami lima perempuan dewasa. (laporan wartawan pos-kupang.com, eginius mo'a).
pos-kupang.com/eginius mo'a