Rocky Gerung Pertanyakan Keputusan Syamsuddin Jadi Anggota Dewas KPK yang Melemahkan Lembaga Itu
Pengamat Politik Rocky Gerung memberikan pujiannya pada satu di antara Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi ( Dewas KPK).
Ia yakin, sebenarnya Syamsuddin memiliki niat yang baik.
Hanya saja Syamsuddin dianggapnya kurang memperhitungkan lagi menjadi Dewas KPK
"Jadi kalau Pak Syamsuddin baru ngeh sekarang itu dia terlambat, bukan hati nuraninya yang terlambat, akal yang terlambat."
"Hati nuraninya pasti bagus banyak orang yang terlambat, hati nuraninya saya tidak ragu tapi kalkulasinya terlalu sederhana waktu menerima tawaran jadi Dewan Pengawas itu," kritik Rocky Gerung.
Lihat videonya mulai menit ke-1:15:
Rocky Gerung Nilai Pimpinan KPK Tak Pantas Bertemu dengan Luhut Binsar
Rocky Gerung mengomentari pertemuan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Rabu (15/1/2020).
Hal itu disampaikan melalui channel YouTube pribadinya Rocky Gerung Official yang tayang pada Selasa (21/1/2020).
Rocky Gerung menilai hal itu merupakan sesuatu yang tidak layak.
"Wajarkah Pimpinan KPK kemudian dipanggil oleh, menghadap bahasanya, saya tidak tahu tapi media menggunakan katanya menghadap," tanya presenter.
"Mungkin ingin meminta pengamanan soal investasi tapi itu tidak layak secara etika bernegara," jelas Rocky Gerung.
Pasalnya, KPK dinilai sebagai lembaga etik yang seharusnya tidak bertemu dengan Luhut yang merupakan bagian dari lembaga eksekutif.
"Karena KPK itu lembaga yang moralnya itu melampaui eksekutif, melampaui legislatif karena dia lembaga etis."
"Sementara Menko itu kepala Birokrasi saja, memang namanya Menko tapi kan enggak ada portofolio moral, portofolio etis," ucap Rocky Gerung.
Yang menjadi pertanyaan mengapa KPK mau bertemu dengan Menko Marves.
"Jadi software demokrasi ada pada KPK, software demokrasi adalah upaya untuk menghasilkan birokrasi yang bermutu gitu."