Kisah Aldo Making Bocah Korban Selamat Gigitan Ular Berbisa yang Mematikan di Lembata
Kisah Aldo Making bocah korban selamat gigitan ular berbisa yang mematikan di Lembata
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Kisah Aldo Making bocah korban selamat gigitan ular berbisa yang mematikan di Lembata
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Marianus Ekeng Seresan Domaking atau biasa dikenal dengan nama Aldo Making masih terbaring di Ruang Bedah RSUD Lewoleba, Kabupaten Lembata, pada Sabtu (25/1/2020).
Namun kondisi Aldo sudah berangsur membaik setelah mendapat perawatan insentif dari tim dokter RSUD Lewoleba selama hampir dua minggu.
• Warga Aljazair yang Berenang Dari Timor Leste ke Australia Masih Diperiksa di Imigrasi Atambua
Bocah berusia 12 tahun ini adalah korban gigitan ular berbisa paling mematikan, Daboia ruselli simanensis. Ular yang tergolong langka ini memang banyak ditemukan di wilayah Lembata khususnya di Kecamatan Ile Ape.
Syukurlah berkat koordinasi cepat Dokter PTT RSUD Lewoleba, dr Maria Natalia Indawati Lelaona, dr Venia dan dr Ita, ketiganya berhasil mendatangkan Tri Maharani, satu-satunya dokter ahli Toxinologi di Indonesia dan nyawa Aldo bisa diselamatkan.
• Siapkan Program TMMD ke-107, Kodim 1618 TTU Mulai Bongkar Pondasi Kapela Nian
Saat ditemui POS-KUPANG.COM di RSUD Lewoleba, Sabtu (25/1/2020), ayah Aldo, Thomas Lima Domaking (44) mengisahkan kejadian itu terjadi pada Selasa (14/1/2020) sekitar pukul 17.30 Wita.
Saat itu dia bersama istrinya, Maria Goretti Bengan (46) sedang berada di kebun di Desa Muroona, Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata. Saat itu, Aldo Making bersama saudara kembarnya Aldi Making memang sedang menggembala sapi sejak siang hari.
"Saya lagi kerja kebun, kemudian saya suruh Aldo dan Aldi pergi ikat sapi, saya suruh mereka dua ikat sapi karena sapi sudah sore jadi sapi harus ikat setelah diberi makan. Posisi sapi sudah di luar kebun ada kawanan sapi lain sementara merumput," kata Thomas.
Kemudian, Thomas menambahkan saat itu ada satu ekor sapi yang keluar dari kawanan dan lari ke arah luar kebun. Jadi Aldo segera mengejar satu ekor sapi itu untuk diikat. Saat itulah Aldo dipagut ular di kaki kiri bagian tumit.
"Saya masih upaya lepas sapi dan cari rumput rumput launa untuk gosok di bekas luka sampai darah kering," tambah Aldo seraya menambahkan begitu memagut tumitnya ular tersebut langsung menghilang di antara semak-semak rumput.
Lebih lanjut Thomas mengisahkan ular yang memagut putra bungsunya itu oleh warga setempat biasa disebut ular keramek dan memang sangat berbahaya. Panjangnya bisa 40 cm saja dan warna kulitnya hitam kecokelatan.
Setelah itu, Aldo masih sempat melanjutkan aktivitas mengikat sapi.
"Setelah kembali ke kebun baru dia kasitau saya bilang ular pagut. Waktu itu dia sduah drop, racunnya sudah menjalar. Lalu saya Minta kakaknya Aldi untuk bawa dia ke jalan, kalau ada kendaraan lewat bisa nunpang ke puskesmas. Pas dia keluar ada warga lewat dan langsung antar ke puskesmas Waipukang. Saya lalu menyusul," ujar Thomas.
"Saat itu ada tindakan dari medis puskemas tapi saya lihat kondisi anak saya makin drop jadi langsung rujuk ke UGD rumah sakit sekitat jam 10 malam," tambah Thomas.
Dia melanjutkan saat dibawa ke rumah sakit, kondisi putranya sudah cukup parah. Dia mengalami muntah darah, kencing darah, dan mimisan. Tim dokter pun, kata Thomas, langsung mengambil tindakan kurang lebih tiga jam.