Butuh Waktu Dua Bulan Evakuasi Bangkai KM Shimpo yang Tenggelam di Pelabuhan Lewoleba
Butuh Waktu Dua Bulan Evakuasi Bangkai KM Shimpo yang Tenggelam di Pelabuhan Lewoleba
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Butuh Waktu Dua Bulan Evakuasi Bangkai KM Shimpo yang Tenggelam di Pelabuhan Lewoleba
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - PT United Sub Sea Service Indonesia, sebagai perusahaan yang mengevakuasi bangkai KM Shimpo 16 diberi limit waktu dua bulan sejak izin evakuasi dikeluarkan Kementerian Perhubungan Indonesia.
Hal ini diungkapkan Kepala Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas 3 Lewoleba, Bambang Arifin Atu saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (24/1/2020).
• Tanaman Jagung di Sikka Dimakan Ulat Gerayat
Bambang mengatakan saat ini para pekerja sudah dalam proses pengerjaan untuk proses evakuasi.
Sebagian alat evakuasi juga sudah dikirim di Lewoleba dan ada juga yang akan tiba Minggu besok dengan kapal Asia Pratama.
Para pekerja perlu membuat ruang mesin kedap supaya mereka bisa mengeluarkan air dari dalam palka kapal, dipasangkan airbag lalu ditarik keluar.
• Rayakan Satu Abad Maximum Illud, Komunitas STFK Ledalero Maumere Hijaukan Mata Air dan Pantai
"Kapal ini tidak dipotong, berusaha diapungkan, setelah itu ditarik ke Surabaya," ungkap Bambang.
Dia menambahkan, dalam proses salvage (evakuasi) perlu ada izin dan izin evakuasi sudah dikeluarkan kementerian.
Selama ini yang menjadi kendala itu ada pada pengiriman alat karena cuaca buruk pengiriman alat mengalami penundaan. Rencananya alat sudah tiba di Lewoleba pada 14 Januari 2020 tapi molor sampai Jumat kemarin.
"Rencana evakuasi kita menunggu dengan pengapungannya. Limitnya diberikan waktu dua bulan evakuasi," tandas Bambang.
Dia menambahkan biaya evakuasi memang berdasarkan kesepakatan antara KM Maju 08 dan KM Shimpo 16, dua kapal yang terlibat dalam kecelakaan laut tersebut.
"Kesepakatan kedua pihak, KM Maju yang menanggung seluruh biaya yang timbul. Ke dalamnya mereka ngatur seperti apa saya tidak punya wewenang."
Bambang mengatakan dari hasil investigasi Syahbandar kecelakaan kapal yang mengangkut ribuan ton semen itu semata-mata diakibatkan oleh keadaan alam.
"Arus waktu itu dan angin cukup kuat makanya kapal tdak bisa hentikan lajunya. Meski sudah dibantu jangkar tapi jangkar tidak mampu menggigit maka tabrak. Ada faktor kelalaian juga cuma kecil sekali. Nahkoda berikan order tapi kapal tetap melaju," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO)