Berita Puisi
Ini Puisi-Puisi Pos Kupang Minggu Ini, Kepoin Yuk
Puisi-Puisi Pos Kupang Minggu Ini, Puisi Martin Meli, Puisi Fergi Darut, Senja dan Ketiadaan.

Puisi-Puisi Martin Meli
Senja dan Ketiadaan
Senja yang mencium keningmu tanpa sepata kata sajak yang mengalir
Membawa kidung duka tanpa musik melankolis
Bukan kehilangan namun ketiadaan yang menyisahkan sepi dan rindu
Barangkali mimpi mampu menjahit perjumpaan kembali tanpa harus berpamit
Senja kali ini banyak kisah
antara kepergian dan kehilangan yang kekal
Sebab, sebuah perjalanan hidup adalah menuju ketiadaan
Bukan lenyap, tapi tidur dalam tanah yang menyisahkan kenangan pada tatapan
Mungkin, senja adalah perjalananmu pada kehidupan yang penuh warna
Dan pada titiknya adalah hitam dan gelap
Usai.
Tidurlah dalam damai, semua patuah bijakmu akan kubawa mati tanpa jeda
Hingga kekekalan itu tak mengenal akhir
(Magepanda, 18 Desember 2019)
• Cerpen Risky Kolin: Potongan-Potongan Pesan Untuk Natalia
Ibu dan Hujan
Gerimis kali ini lain seperti biasanya
Jatuhnya perlahan-lahan tergenang pada nostalgia
Saat dimana ibu menggoreng jagung dan membuat lawar
Anak-anaknya duduk santai sambil menikmati hujan
Barangkali hujan kali ini seperti rindu
Mengupas masa-masa polos dan kangen tentang keadaan
Rumah yang sederhana menghangatkan kekeluargaan atau
Canda dan tawa di samping tungku api
Sambil mendengarkan cerita-cerita menarik
Antara ibu dan anak-anaknya
Ada ibu yang menjadi sahabat setia mengisahkan
Bahwa suatu saat anak-anaknya akan pergi jauh menimba ilmu
Di negeri asing dan di tanah orang.
Dan ibu bukan mengusir tapi mendukung impian anak-anaknya
Hujan pertanda air mata ibu untuk setiap perjuanganmu
Bukan tangisan penyesalan tapi air mata kebanggaan
(Ritapiret, 30 November 2019)
(Martin Meli, penghuni group KOPI (Kompas Puisi, sekarang tinggal di Unit St. Thomas Aquinas, Ritapiret).
• Wow! Jaket Bomber Semakin Diminati Sambut Natal dan Tahun Baru, Padu Padan Tenun Erwin Yuan
Puisi-Puisi Fergi Darut
Seumpama Doa Seorang Pendosa
1/
Ketika ayat-ayat suci mengekal segala iba.
Kau dan aku peratap dosa penuh doa.
Menebar aroma
Selamat datang bagi yang sedang merayakannya.
Sebab bagi kata,
Tak ada yang lebih bergairah
Dari mengulum sisa-sisa doa.
:Dikuduskannya malam
Sehari sebelum menang
Pada kata yang berceceran
2/
Bagaimana pun juga, serupa mengeja-eja doa,
Bocah kecil pengarang malam
Tak kusebut namanya,
Dipungutnya dari hujan
Yang gugur pada musimnya.
Diberinya tanda, perhentian kesembilan.
Dan lebih sunyi dari sebuah ketiadaan.
• Pementasan Drama Natal 2019 di Gereja Kefas, Wakapolda NTT Jadi Produser
3/
Sambil menunggu rendahnya hujan,
Dilipatnya jarak dalam selembar kertas
Disembunyikannya puisi pada sebatang doa
Sekalipun Tuhan menciptakanmu mata.
4/
Sejak itulah,
Tak ada yang lebih puitis
Dari seumpama doa seorang pendosa.
Di suatu malam, sehabis hujan itu.
(27 November 2019. Fergi Darut, Mahasiswa STFK Ledalero, Maumere. Sekaramg tinggal di Unit Mikhael).