Kisah Inspiratif
Pria Tunanetra di Manggarai Timur NTT Ini Setia Rawat Istri dan Anaknya yang Alami Gangguan Jiwa
Pria Tunanetra di Manggarai Timur NTT Ini Setia Rawat Istri dan Anaknya yang Alami Gangguan Jiwa
Pria Tunanetra di Manggarai Timur NTT Ini Setia Rawat Istri dan Anaknya yang Alami Gangguan Jiwa
POS-KUPANG.COM - Pria Tunanetra di Manggarai Timur NTT Ini Setia Rawat Istri dan Anaknya yang Alami Gangguan Jiwa
Ada pepatah lama yang mengatakan, ‘cinta kepada keluarga adalah cinta tak terhingga’.
Anda setuju?
• Potret Betrand Peto Sebelum & Sesudah Diangkat Ruben Onsu dan Sarwendah Jadi Anak, Fotonya Viral
• Diisukan Bakal Pisah Ranjang, Reino Barack Malah Puji Pelayanan Syahrini, eks Luna Maya Makin Cinta
• Pendaftaran Gratis, Raknamo Fun Run 2019 Sediakan Total Hadiah Hingga Rp 32 Juta
Martinus Adat (64) setuju dengan pepatah tersebut. Karena dia juga begitu mencintai keluargnya.
Martinus Adat adalah seorang suami sekaligus ayah penderita tunanetra di Kampung Mano-Nancang, Kelurahan Mandosawu, Manggarai Timur, Flores, NTT.
Walau penjadi penderita disabilitas dan membutuhkan bantuan orang lain, tetap setia merawat istri dan anaknya yang menderita gangguan jiwa.
Pria yang sejak lahir sudah tak bisa melihat ini dengan keterbatasannya, merawat bahkan memasak untuk istrinya, Paulina Dihus, serta anak sulungnya, Fransiska Jemita (26).
Keluarga kecil ini tinggal di Kampung Mano-Nancang yang berada di pedalaman Manggarai Timur, Flores.
Jarak dari Kota Borong, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Timur, ke Kampung Mano-Nancang sekitar 43 kilometer.
Menguntungkan Martinus dan keluarganya tinggal di sebuah rumah reyot berukuran 5x6 meter, berlantai semen, berdinding papan, dan beratap seng.
Namun, kondisi bagian dalamnya sangat tak layak. Dua tempat tidur dan kelambunya sudah usang.
Di ruang tamu, ada meja tua serta dua bangku panjang untuk mereka duduk atau untuk menyambut tamu yang berkunjung.
Dapur rumah juga terlihat sangat memprihatinkan.
Kompas.com berkesempatan berbincang dengan Martinus, Jumat (13/12/2019). Ia bercerita, sebelum istrinya sakit, keduanya bahu membahu menghidupi keluarga.
Namun ketika istrinya sakit pada 2007 lalu, Martinus harus berjuang sendirian menghidupi rumah tangga.
"Untuk menghidupkan keluarga, saya menerima beras dari tetangga atau keluarga atau orang yang memiliki kecukupan yang berkunjung saat berkunjung ke rumah.”
“Hidup kami atas belas kasihan tetangga dan orang yang selalu mengunjungi rumah kami," ujar Martinus.
Dengan keterbatasan itu, Martinus tidak bisa bekerja.
Tetangga Martinus, Donikus Wangku menjelaskan, Martinus memasak untuk keluarganya setiap hari.
Martinus bisa meraba beras, periuk dan meletakkan periuk di tungku api. Beras yang diperoleh keluarga ini dari belas kasihan dari tetangga atau warga lain.
"Kondisinya sangat memprihatinkan dan penuh sengsara," tutur Wangku.
Wangku menjelaskan, keluarga ini selalu berada di dalam rumah.
Selain tetangga sekitar, beberapa kali suster atau petugas dari Paroki mengantar beras untuk dimasak. Beberapa kali Martinus mendapatkan uang dari warga.
Uang itu digunakan untuk membeli sayuran dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
"Masakan nasi dan sayur dari Bapak Martinus sangat enak untuk mereka makan bertiga," ujar Wangku.
Tuna netra sejak kecil
Wangku menjelaskan, dari berbagai cerita tetangga, Martinus mengalami tunanetra sejak lahir.
Beberapa tahun silam, Martinus pernah dirawat di salah satu panti di Kupang serta dilatih kepekaan. Ia dilatih untuk bisa meraba uang atau benda lainnya di panti tersebut.
Setelah memiliki keterampilan itu, Martinus pulang ke Kampung Mano Nancang dan menetap di kampung tersebut.
Ia kemudian menikah dengan Paulina.
Dari pernikahannya, Martinus memiliki dua anak. Anak sulungnya, Fransiska dan Berno Edon (14) yang kini duduk di bangku kelas II SMPN 6 Mano.
Berno mendapatkan beasiswa untuk sekolah. Wangku menjelaskan, anaknya yang sakit biasa cari kayu api untuk masak.
Namun, kadang-kadang anak itu hanya membawa beberapa batang kayu. Fransiska sakit parah tahun 2007 lalu.
Dia jalan-jalan sendirian, bicara sendirian, dan tidur larut malam.
Tak banyak yang diminta Martinus. Ia hanya ingin ada orang yang bisa memperbaiki dapurnya agar ia bisa memasak untuk anak dan istrinya.
"Saya minta dapur yang reyot diperbaiki sehingga saya bisa masak di dapur yang baik," ujar Martinus. (Markus Makur)
Istri Terbaik di Dunia, Suami Koma 5 Tahun, Dia Lakukan Hal Ini Hingga Suami Aadar
Kisah nyata dari sepasang suami-istri di Tiongkok ini seperti kisah fiksi. Kesetiaan dan kasih sayang yang ditunjukkan pasangan ini, seperti kisah rekaan dalam novel.
Suaminya sakit, istrinya istrinya dengan setia merawatnya lebih dari 20 jam sehari selama hampir 2.000 hari.
Li Zhihua, dari Xiangyang di Provinsi Hubei, menderita cedera otak serius dalam kecelakaan lalu lintas pada 2013.
Istrinya menjadi pengasuh satu-satunya dan dia hanya tidur dua hingga tiga jam sehari untuk membersihkan, memberi makan, dan berbicara dengannya.
Hal pertama yang dikatakan Li kepada istrinya setelah bangun tidur adalah: "Istriku, aku mencintaimu!"
Kisah mengharukan mereka dilaporkan minggu ini oleh beberapa outlet berita China.
Menurut laporan, Li jatuh dari sepeda motor pada Agustus 2013, saat mengendarainya untuk bekerja.
Menjelaskan kondisinya, Dr Wan Qing'an mengatakan kepada wartawan, "Ketika dia dibawa ke rumah sakit, dia dalam kondisi vegetatif. Dia tidak bisa menanggapi apa pun."
Istrinya, Zhang Guihuan (57), mengenang, "Dokter memberi tahu saya bahwa ia mungkin berada dalam kondisi vegetatif yang persisten."
Li Zhihua koma selama 5 tahun ini yang dilakukan istrinya, Zhang Guihua (Ist)
Dia mengatakan dia tidak mau menerima diagnosis dan ingin membuktikan bahwa para dokter salah.
Hari demi hari, pasangan yang gigih itu tinggal di sebelah tempat tidur Li untuk mengobrol dengannya dan memainkan lagu-lagu favoritnya, berharap kondisinya akan membaik.
"Hal-hal ini sangat membantu untuk merangsang sistem sarafnya," kata Dr Wan.
Wanita berkemauan keras itu hanya tidur dua hingga tiga jam sehari dan merawat Li dalam segala aspek yang memungkinkan. Akibatnya, ia kehilangan 10 kilogram selama itu.
• Potret Betrand Peto Sebelum & Sesudah Diangkat Ruben Onsu dan Sarwendah Jadi Anak, Fotonya Viral
• Diisukan Bakal Pisah Ranjang, Reino Barack Malah Puji Pelayanan Syahrini, eks Luna Maya Makin Cinta
• Jedar Tanyakan Sosok Pembohong, Jawaban Luna Maya Jadi Sorotan Singgung Suami Syahrini Reino Barack?
• Persembahkan Pantun dan Lagu, Siswa TK Kartika VII-7 Dapat Pujian Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa
• Duh, Lagi Betrand Peto Cium Sarwendah Hingga Terjatuh, Istri Ruben Onsu Tolak Dipeluk
Zhang berkata untuk memberi makan suaminya, dia harus hati-hati memasukkan makanan ke dalam dan kemudian dengan lembut menekan lidahnya untuk memberi tahu suaminya bahwa dia bisa makan.
Li secara ajaib mendapatkan kembali kesadarannya tahun lalu.
Pria itu terus tinggal di rumah sakit untuk menjalani perawatan pemulihan.
Dr Wan berkata meskipun Tuan Li tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas, dia sepenuhnya sadar akan keadaan di sekitarnya.
Li Zhihua akhirnya tersadar tahun lalu setelah koma selama 5 tahun.
Cuplikan yang direkam kemarin di rumah sakit menunjukkan bahwa istri membantu Li untuk berlatih berjalan dengan bantuan sebuah kruk.
Video itu juga memperlihatkan dia memijat suaminya.
Dr Wan mengatakan Li telah membuat kemajuan besar setelah mengambil bagian dalam skema pemulihan selama lebih dari setahun.
Berbicara tentang Zhang, kepala perawat Xia Li berkata, "(Zhang) mengajar banyak gerakan kepada pasangannya dan dengan sabar menunjukkannya kepadanya tanpa mengeluh."
Berbicara tentang masa depan, Zhang berkata, "Saya tidak pernah berpikir untuk menyerah. Selama dia masih hidup, aku akan terus melayaninya."
Dikurung Orang Tua
Cerita berbeda dari tanah air. Warga Desa Sungai Baung, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) melaporkan kondisi memprihatinkan seorang remaja bernama Rahmadi kepada pihak berwenang pada Rabu (21/8/2019).
Rahmadi (17) diketahui dikurung oleh orangtua kandungnya dalam kotakkecil dan dikunci dari luar.
Oleh kedua orangtuanya, ia dikurung seperti itu sudah sejak tiga tahun yang lalu.
Dikurung dalam kotak dan ditelantarkan membuat tubuh Rahmadimengecil.
Hal itu diperparah karena Rahmadi memang memiliki keterbelakangan mental dan susah berbicara.
Tetangga Rahmadi menuturkan, kondisi buruk yang dialami oleh remaja berusia tujuh belas tahun itu sudah sejak Almarhumah Nyami (50) orang tua angkat Rahmadi meninggal dunia pada tahun 2016 lalu.
Sebab sejak Rahmadi kecil sudah diasuh orangtua angkatnya tersebut dan tinggal di Pulau Jawa.
Namun sepeninggalan ibu angkatnya, ia dikembalikan ke rumah orang tuanya di Sumatera Selatan hingga sekarang.
Bahkan sebelum dikurung di dalam kotak, Rahmadi juga pernah mengalami hal yang hampir serupa.
Ia sempat tinggal di bawah pohon pisang.
Sementara itu, dr. Fadly yang menangani Rahmadi di RSUD Talang Ubi melakukan perawatan darurat serta melakukan pengecekan gizi kepadanya.
Menurutnya, dengan berat badan dan tinggi badan Rahmadi seperti saat ini memang tidak seusai dengan ana berusia tujuh belas tahun lainnya.
Kedua orangtua Rahmadi ketika ditemui Dinas Sosial PALI, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak PALI, Dinas Kesehatan PALI, serta Kades Sungai Baung mengungkapkan alasan di balik pengurungan terhadap anak remajanya itu.
Alasan ekonomi keluargalah yang membuat Rahmadi harus dikurung oleh orangtuanya.
Sebab keduanya tak bisa menjaga Rahmadi selama dua puluh empat jam, sementara mereka harus bekerja di ladang untuk menyadap karet demi menyambung hidup sehari-hari.
Tambah mereka, apabila anaknya ditinggal sendirian di rumah tanpa dikurung, maka Rahmadi bisa keluyuran.
Kedua orangtuanya takut apabila remaja yang mengalami keterbelakangan mental tersebut berbuat aneh-aneh ketika ditinggal dirumah tanpa dikurung di dalam kotak.
"Kalau ditinggalkan sendirian, dia (Rahmadi) suka keluyuran. Jadi, takutnya kalau main kejalan bisa tertabrak kendaraan," kata Bari (50), Ayah Kandung Rahmadi, dikutip dari SRIPOKU.com.
Selain itu, dirinya mengurung Rahmadi di belakang rumah dalam kotak layaknya sebuah kandang kambing, lantaran tidak percaya jika bisa ditinggal sendirian.
Hal ini lantaran kondisi Rahmadi yang mengalami gangguan keterbelakangan mental serta tunawicara.
"Kalau ditinggal sendirian di rumah, kami juga takut terjadi apa-apa. Karena dia (Rahmadi) suka sembarangan pegang barang," katanya, dikutip dari SRIPOKU.com.
Setelah pertemuan tersebut, Bari (50) dan Warti (48), orangtua dari Rahmadi bersedia untuk mengurus remaja itu dengan layak.
"Jika mereka (orang tua Rahmadi) masih melakukan hal sama (mengurung dan memukul) anaknya, maka mereka siap diproses secara hukum. Itu tertuang dalam surat perjanjian yang dibuat," ungkap Fahruddin, Kepala Bidang Sosial dan Rehabilitasi Dinas Sosial PALI, Kamis (22/8/19).
"Jadi, setelah kita mediasi dan melakukan pendekatan, penyuluhan dan pencerahan secara persuasif pada orang tua, dalam surat perjanjian itu mereka bersedia mengurus dan merawat kembali anaknya dengan baik," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul https://regional.kompas.com/read/2019/12/15/07000051/kisah-suami-tunanetra-di-pedalaman-flores-setia-rawat-istri-dan-anak-yang?page=all#page2