Kisah Pilu Gadis Kecil Diperkosa 30 Pria 'Teman ayahnya' Demi Uang, Hidupnya Diselamatkan Konselor

Kisah pilu seorang gadis kecil di India. Kehilangan masa kana-kanak karena jadi korban pemerkosaan teman-teman sang ayah hingga diselamatkan konselor

Editor: Adiana Ahmad
KOMPAS.com/Shutterstock
Ilustrasi korban perkosaan 

"Siapa kamu memberi konseling anak saya tanpa izin?"

Saat itu, sang anak sudah dalam perjalanan menuju rumah aman.

Selama dua bulan terakhir, ia tinggal di sana bersama anak gadis lainnya - semuanya merupakan korban kekerasan seksual.

India memang memiliki rekam jejak yang buruk terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak. Mayoritas kasus kekerasan itu dilakukan oleh orang yang dikenal korban, seperti saudara, tetangga dan atasan, menurut data resmi yang tersedia.

Pada tahun 2017, menurut data termutakhir, terdapat 10.221 kasus perkosaan menimpa anak-anak di India. Kasus tindak kejahatan terhadap anak-anak dalam beberapa tahun terakhir juga terus meningkat.

Tinggal di rumah aman

Para konselor mengatakan bahwa kisah-kisah mengerikan seperti yang dikisahkan di atas bukanlah hal baru.

Di rumah aman di mana gadis itu kini tinggal, ada tiga anak perempuan lainnya yang berusia antara 12 sampai 16 tahun, yang telah dilecehkan secara seksual oleh ayah mereka.

Seorang konselor menceritakan bahwa ia pernah membantu mengantarkan seorang gadis berusia 15 tahun yang tengah hamil besar - akibat diperkosa sang ayah - ke ruang ujian.

"Ketika kami meminta gadis itu untuk menyerahkan bayinya setelah lahir nanti, ia mengatakan, 'Kenapa saya harus memberikan bayi saya? Ini anak ayah saya. Saya akan membesarkannya'," kisah konselor itu.

Di rumah aman, gadis yang kisahnya Anda baca di atas tidur dengan nyenyak selama beberapa hari pertama. Ia kemudian mencorat-coret dan menuliskan pesan yang menggambarkan betapa ia mencintai Amma-nya (ibunya).

Sang ibu mengatakan bahwa anaknya "mengarang kisah (eksploitasi seksual) ini karena ia sedang bertengkar dengan kami dan ingin memberi kami pelajaran".

Dulu, ibunya menuturkan, segalanya tidak seburuk sekarang. Suaminya bekerja dan memiliki pendapatan sekitar Rp200 ribu per hari.

Kini, sang ibu menjadi satu-satunya orang yang tinggal di rumah itu - suaminya di penjara menanti persidangan, sementara anak perempuannya tinggal di rumah aman.

"Saya adalah Ibu yang penuh kasih sayang. Dia membutuhkan saya," ujar sang ibu kepada BBC.

Cat dinding di rumahnya mengelupas dari tembok. Tanpa kehadiran buah hatinya, dinding-dinding rumah itu menjadi tempat tersimpannya semua memori sang anak. "Ia selalu menggambar dan mencorat-coret dinding. Itu yang biasanya ia lakukan," tutur sang ibu.

"Teman. Jika saja aku bisa mengekspresikan dengan bebas perasaanku yang terdalam maka itu sendiri sudah merupakan suatu hal yang luar biasa," tulis gadis itu di secarik kertas dan menempelkannya di daun pintu.

Beberapa bulan sebelumnya, ibu dan anak itu bertengkar.

Ketika gadis itu pulang sekolah, ia mengambil krayon berwarna biru, lalu menggambar sebuah pohon palem dengan rumah bercerobong yang mengepulkan asap di daun pintu depan rumahnya.

Itulah yang banyak anak perempuan seusianya akan gambar dari imajinasi mereka.

Lalu ia menuliskan sebuah permohonan maaf dengan terburu-buru di pintu dan pergi.

"Maaf Amma (Ibu)," tulis gadis itu.(*)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved