Renungan Kristen Protestan, 3 Desember 2019 : Segala Sesuatu Ada Masanya

orang beriman harus diletakan di tangan Allah dan bukan ditangan manusia. Mengapa? Karena Allah mempunyai rencana

Editor: Rosalina Woso
Dok Pribadi/Mesakh A.P. Dethan
Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA 

Dia harus puas mendapat sedikit kebahagiaan yang bisa diperolehnya sementara dia terlibat dalam siklus kejadian-kejadian yang tak ada henti-hentinya. Kematian membuat semuanya menjadi realtif. Orang bisa mengumpulkan harta berlimpah tetapi kemudian ia mati dan hartanya tidak dapat dibawa serta dalam dunia orang mati.

Inilah kesia-siaan hidup (Pengkhotbah (3: 2, 8; 19-21). Pada akhirnya kematian membuat semua pengalaman relatif, termasuk yang diakui oleh orang bijak sebagai pusat keberadaan individu dan sosial. Apa yang kita sangka adil pun sifatnya relatif (3: 16-22), relasi2 (4: 7-12), begitu juga komitmen-komitmen religius (5: 1-6), dan apalagi  kekayaan dan manfaatnya (5: 9-10; 6: 1-9) semuanya terasa sia-sia.

Yang membuat tidak sia-sia hanyalah iman dan ketergantungan orang beriman kepada Tuhan.

Manusia selalu berada dalam dua dimensi yang saling bertentangan: kelahiran atau kematian, menanam atau mencabut,  hidup atau mati, dan itu semua dialami dalam dimensi waktu yang berada dalam jangkauan dan campur tangan Allah.

Dengan menggunakan bentuk khiastik sipenulis pengkhotbah menuliskan kata-kata indah dalam bentuk puisi untuk menegaskan nilai yang diinginkan dan nilai yang tidak diinginkan.

Sipenulis membuat beberapa paralelisme untuk melukiskan apa yang dianggap baik dan tidak baik atau apa yang diinginkan dan tidak diinginkan. Katakanlah: kelahiran = diinginkan (D) , kematian = tidak diinginkan (U); menanam = diinginkan (D), untuk mencabut apa yang ditanam = tidak diinginkan (U).

D                                                                                              U

 Ada waktu untuk lahir,                                 ada waktu untuk meninggal

Ada waktu untuk menanam,                         ada waktu untuk mencabut yang ditanam

 Ada waktu untuk menyembuhkan;            ada waktu untuk membunuh

Ada waktu untuk membangun,                    ada waktu untuk merombak             

Ada waktu untuk tertawa,                            ada waktu untuk menangis  

Ada waktu untuk menari,                              ada waktu untuk meratap

Ada waktu untuk mengumpulkan batu,      ada waktu untuk membuang batu

Ada waktu untuk memeluk,                          ada waktu untuk menahan diri dari memeluk

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved