Peringati Hari Difabel Internasional, Para Dokter di Lembata Periksa Kesehatan Penyandang Difabel
Peringati Hari Difabel Internasional, para Dokter di Lembata periksa kesehatan penyandang Difabel
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Peringati Hari Difabel Internasional, para Dokter di Lembata periksa kesehatan penyandang Difabel
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Forum Peduli Kesejahteraan Difabel dan Keluarga ( FPKDK) Kabupaten Lembata bekerja sama dengan para dokter dari RUSD Lewoleba menggelar pengobatan gratis bagi para difabel dan keluarga di Taman Kota Swaolsa Titen.
Pengobatan gratis dilaksanakan dalam rangkaian peringatan Hari Difabel Internasional pada 3 Desember mendatang.
• Pemda dan Masyarakat Sumba Timur Dukung TransNusa Layani Rute Waingapu
Ketua Panitia sekaligus Ketua Divisi Medis FPKDK Lembata Yeremias Ronaldi Sunur atau yang akrab disapa Dokter Jimmy kepada wartawan, Minggu (1/12/2019) menjelaskan, pengobatan gratis kepada para difabel dan keluarganya itu diselenggarakan dalam rangka Hari Difabel Internasional.
Sebelum pengobatan gratis, lanjutnya, terlebih dahulu digelar misa bersama di Gereja Paroki Beneauks Lewoleba.
Pengobatan gratis, terang dr Jimmy, melibatkan tim dokter dari RSUD Lewoleba dan sejumlah petugas medis dibantu relawan FPKDK Lembata.
• Hari Ini KPU NTT Sosialisasi Terima Kasih Telah Memilih pada Pemilu 2019
"Kegiatan pengobatan gratis tidak saja untuk obati tapi juga screaning sakitnya agar ke depan bisa dirujuk ke fasilitas primer atau sekunder dan apakah cukup ke dokter umum saja atau harus ke dokter spesialis," jelas dr Jimmy.
Dalam kegiatan itu, terdapat sebanyak 100 orang yang berhasil menjalani pemeriksaan dan pengobatan gratis. Ia merincikan, terdapat 80 orang dewasa dan 20 anak-anak difabel yang menjalani pemeriksaan.
Ia menerangkan, kegiatan seperti itu menunjukkan inklusifisme di mana mengajarkan kepada para difabel dan masyarakat bahwa semuanya setara; tidak saja dalam aspek manusiawi, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan, baik aspek sosial, spiritual, psikologis, dan medikal.
"Sesuai dengan prinsip difabel orang dengan kemampuan berbeda tidak dianggap sebagai kekurangan fisik atau cacat fisik, tapi berbeda dan tidak diperlakukan berbeda dan berlebihan tapi setara dan sama dengan kita," tegas dr Jimmy.
Ia mengharapkan pengobatan gratis bisa menscreaning dan yang sakit dan sulit menjangkau sisi medis bisa dijemput dan diajak ke fasilitas kesehatan.
Setelah di-screening dan diketahui sakitnya apa, nantinya bisa dibuat rujukan ke tempat medis lebih layak.
Selain itu, melalui pengobatan gratis juga pihaknya bisa mendata dengan lebih jelas kekurangan, kemampuan, ada eksistensi bahwa orang difabel tidak saja tersembunyi dan tidak dijamah tapi diharapkan ada pemerhati, donatur, dan orang yang peduli bisa memberikan sumbangsih dalam bentuk apapun, baik tenaga, pikiran, dan dana yang bermanfaat bagi mereka.
Sementara itu, Ketua Forum Peduli Kesejahteraan Difabel dan Keluarga (FPKDK) Kabupaten Lembata Ramsy Langoday, menyebutkan selain pemeriksaan kesehatan.
Para dokter, relawan dan anak-anak sekolah juga diajarkan bahasa isyarat yang penting diketahui semua orang supaya bisa berkomunikasi dengan para difabel. Kata Ramsy, pengetahuan bahasa isyarat ini sangat penting diketahui oleh siapa saja supaya bisa menciptakan dunia yang ramah terhadap difabel.
Ramsy menambahkan paradigma berpikir masyarakat seharusnya diubah. "Bukan difabel yang menyesuaikan dunia kita, tapi kita harus menyesuaikan dunia mereka. Itu namanya inklusi," pungkasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO